Aspergillus, Penicillium, Trichoderma, Phanerochaeta, Cellulomonas, Pseudomonas, Thermospora, dan Streptomyces. Fungi perombak bahan organik umumnya
mempunyai kemampuan yang lebih baik dibanding bakteri dalam mengurai sisa-sisa tanaman hemiselulosa, selulosa dan lignin. Umumnya mikroba yang mampu
mendegradasi selulosa juga mampu mendegradasi hemiselulosa Alexander, 1977. Kehadiran fungi pada serasah daun umumnya bersifat saprofit dan berperan sebagai
pengurai bahan organik. Fungi tersebut berperan besar dalam menjaga kelangsungan daur unsur hara khususnya daur karbon, nitrogen, dan fosfor Hobbie et al,. 2003.
4.6. Hubungan antara Tingkat Salinitas dengan Jumlah Rata-Rata Fungi
Hubungan antara tingkat salinitas dengan jumlah rata-rata koloni fungi sangat mempengaruhi proses dekomposisi serasah daun A. Marina. Hubungan salinitas
dengan jumlah rata-rata koloni fungi yang telah mengalami proses dekomposisi pada kontrol dan setelah aplikasi fungi pada beberapa tingkat salinitas dapat dilihat pada
Gambar. 2 di bawah ini.
Gambar 2. Perbandingan Jumlah Rata-Rata Fungi setelah Aplikasi Fungi pada Beberapa Tingkat Salinitas
Universitas Sumatera Utara
Jumlah rata-rata koloni fungi pada serasah daun A. marina yang mengalami dekomposisi dengan aplikasi fungi jauh lebih besar jika dibandingkan dengan kontrol
tanpa aplikasi fungi kecuali pada salinitas III 20-30 ppt. Pada salinitas 0-10 ppt, aplikasi Penicillium sp. menunjukkan jumlah populasi terbesar yaitu 31,07 x 10
2
cfuml, diikuti dengan aplikasi Aspergillus sp. dengan jumlah populasi sebesar 30,46 x 10
2
cfuml dan aplikasi Curvularia sp. dengan jumlah populasi terkecil sebesar 18,21 x 10
2
cfuml.
Pada salinitas 10-20 ppt, aplikasi Aspergillus sp. menunjukkan jumlah populasi terbesar, yaitu 52,08 x 10
2
cfuml, diikuti dengan aplikasi Curvularia sp. dengan jumlah rata-rata koloni fungi sebesar 48,17 x 10
2
cfuml dan aplikasi Penicillium sp. dengan jumlah rata-rata koloni fungi terkecil sebesar 38,46 x 10
2
cfuml. Pada salinitas 20-30 ppt, aplikasi Curvularia sp. menunjukkan jumlah rata-rata koloni fungi terbesar yaitu 24,03 x 10
2
cfuml, diikuiti dengan aplikasi Aspergillus sp. dengan jumlah rata-rata koloni sebesar 17,37 x 10
2
cfuml dan aplikasi Penicillium sp. dengan jumlah rata-rata koloni fungi terkecil sebesar 13,70 x 10
2
cfuml.
Dapat disimpulkan bahwa pada salinitas I 0-10 ppt aplikasi Penicillium sp. paling berperan dalam meningkatkan jumlah rata-rata koloni fungi yang diperoleh.
Pada salinitas II 10-20 ppt aplikasi Aspergillus sp. paling berperan dalam meningkatkan jumlah rata-rata koloni fungi yang berperan dalam dekomposisi serasah
daun A. marina. Pada salinitas III 20-30 ppt aplikasi Curvularia sp. paling berperan dalam meningkatkan jumlah rata-rata koloni fungi yang diperoleh.
Menurut Affandi 2000 menyatakan bahwa fungi tanah seperti Aspergillus, Trichoderma, dan Penicillium berperan penting dalam menguraikan selulosa dan
hemiselulosa. Fungi banyak berperan dalam proses dekomposisi serasah karena memilki kemampuan untuk menghasilkan enzim selulose yang berguna dalam
penguraian serasah.
Serasah daun mangrove pada lingkungan estuaria merupakan suatu bahan dasar nutrisi penting. Walaupun miskin nutrisi saat jatuh dari pohon, daun-daun
mangrove menjadi nutrisi yang diperlukan untuk proses-proses pengkayaan
Universitas Sumatera Utara
enrichment mikroba Odum, 1971. Fell dan Masters 1973, yang mempelajari proses degradasi daun mangrove, mendapatkan 66 marga fungi. Sebagian besar
Aspergillus, Penicillium, Trichoderma, Fusarium, Curvularia, dan Drechslera.
Pada salinitas 20-30 ppt setelah aplikasi fungi menunjukkan jumlah rata-rata koloni fungi paling sedikit bila dibandingkan dengan salinitas 0-10 ppt dan 10-20 ppt.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa tingkat salinitas 20-30 ppt dianggap ekstrim sehingga fungi tidak mampu tumbuh secara optimal dan hanya beberapa fungi saja yang dapat
bertahan hidup. Menurut Solic dan Krstulovic 1992, Hrenovic et al, 2003 bertambahnya salinitas akan memberikan efek negative terhadap kelimpahan dan
populasi fungi. Tingginya tingkat salinitas merupakan faktor pembatas yang mengontrol jumlah koloni fungi yang menyebabkan rendahnya tingkat aktivitas fungi.
Secara keseluruhan tampak bahwa jumlah rata-rata koloni fungi terbanyak yaitu pada salinitas 10-20 ppt. Hal ini terjadi karena faktor lingkungan yang sesuai.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi petumbuhan fungi seperti salinitas, temperatur, pH dan lainnya, mempunyai pengaruh besar terhadap jumlah rata-rata
koloni fungi. Menurut Dwidjoseputro 2005, menyatakan bahwa karena faktor luar yang bebeda tersebut, mikroorganisme mempunyai tanggapan yang berbeda-beda pula
untuk menyesuaikan diri terhadap pengaruh tertentu dari luar. Faktor yang paling penting dalam aktivitas fungi adalah persedian makanan. Fungi adalah
mikroorganisme yang paling dapat menyesuaikan diri dengan keadaan dan paling tahan dibandingkan dengan golongan lain, berdasarkan kemampuannya
mendekomposisi bahan organik. Selulosa, tepung getah, lignin maupun protein dan gula merupakan sumber bahan makanan yang mudah didekomposisi dan mudah
tersedia bagi fungi untuk hidup dan beraktivitas Buckman Nyle 1982.
4.7 Perbandingan Indeks Keanekaragaman Jenis Fungi setelah Aplikasi Fungi pada Berbagai Tingkat Salinitas
Indeks Shannon dan Wiener untuk keanekaragaman jenis fungi pada serasah daun A. marina setelah aplikasi fungi Aspergillus sp., Curvularia sp., dan Penicillium sp. yang
Universitas Sumatera Utara
mengalami proses dekomposisi pada berbagai salinitas disajikan pada Tabel 11. di bawah ini.
Tabel 11. Indeks Keanekaragaman Jenis Fungi pada Dekomposisi Serasah Daun
A. marina pada kontrol dan Setelah Aplikasi Fungi pada Beberapa Tingkat Salinitas
Salinitas Perlakuan
H’
Kontrol 1,82
Aspergillus sp. 1,38
0-10 ppt
Curvularia sp. 1,91
Penicillium sp. 1,46
Kontrol 2,17
Aspergillus sp. 1,29
10-20 ppt
Curvularia sp. 1,19
Penicillium sp. 1,48
Kontrol 1,56
Aspergillus sp. 1,40
20-30 ppt Curvularia sp.
1,46 Penicillium sp.
1,94
Nilai rata-rata Indeks Shannon untuk keanekaragaman jenis fungi pada serasah daun A. marina yang telah mengalami proses dekomposisi di lingkungan pada
berbagai tingkat salinitas dengan aplikasi Aspergillus sp., Curvularia sp., dan Penicilium sp. berkisar dari rendah sampai sedang. Nilai Indeks Keanekaragaman
Shannon pada fungi yang mengalami dekomposisi pada lingkungan dengan salinitas 0-10 ppt tertinggi terdapat pada aplikasi Curvularia sp. yaitu 1,91, diikuti pada kontrol
yaitu 1,82, diikuti aplikasi Penicillium sp. yaitu 1,46 dan aplikasi Aspergillus sp. yaitu 1,38. Pada aplikasi Curvularia sp. menunjukan indeks keanekaragaman paling besar.
Universitas Sumatera Utara
Serasah daun A. marina pada salinitas 10-20 ppt pada kontrol, nilai Indeks Keanekaragaman Shannon menunjukkan nilai tertinggi yaitu 2,17, diikuti aplikasi
Penicillium sp. yaitu 1,48, diikuti aplikasi Aspergillus sp. yaitu 1,29 dan aplikasi Curvularia sp. yaitu 1,19. Pada kontrol tanpa penambahan fungi menunjukan indeks
keanekaragaman paling besar.
Serasah daun A. marina pada salinitas 20-30 ppt setelah aplikasi Penicillium sp., nilai Indeks Keanekaragaman Shannon menunjukkan nilai tertinggi yaitu 1,94,
diikuti pada kontrol yaitu 1,56, diikuti aplikasi Curvularia sp. yaitu 1,46 dan aplikasi Aspergillus sp. yaitu 1,40. Pada aplikasi Penicillium sp. menunjukan indeks
keanekaragaman paling besar.
Dari data di atas didapatkan indeks keanekaragaman terbesar setelah aplikasi Penicillium sp. pada salinitas 20-30 yaitu 1,94.. Menurut penelitian Emma L.
Silitonga 2010 bahwa jumlah jenis fungi yang terdapat pada serasah daun Rhizopora mucronata yang belum mengalami dekomposisi kontrol dan yang mengalami
dekomposisi pada berbagai tingkat salinitas didapatkan 15 jenis fungi dengan 8 genus fungi. Indeks diversitas fungi tertinggi terdapat pada 20-30 ppt yaitu sebesar 1,93.
Pada aplikasi Penicillium pada salinitas 20-30 ppt didapatkan nilai indeks keanekaragaman paling besar yaitu 1,94. Ini diduga jumlah koloni rata-rata yang lebih
merata dibandingkan dengan jumlah koloni rata-rata pada aplikasi lain di setiap salinitas. Jumlah koloni berkisar antara 0,05-3,62 cfuml. sedangkan pada aplikasi dan
salinitas yang lain menunjukkan perbedaan yang cukup nyata. Menurut Barus 2004, suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman spesies yang tinggi apabila
terdapat banyak spesies dengan jumlah individu masing-masing spesies yang relatif merata. Dengan kata lain bahwa apabila suatu komunitas hanya terdiri dari sedikit
spesies dengan jumlah individu yang tidak merata, maka komunitas tersebut mempunyai keanekaragaman yang rendah.
Menurut Magurran 1988 dalam Rahmawaty 2000, indeks keanekaragaman rendah jika nilainya 1,5, keanekaragaman sedang jika nilainya 1,5-3,5, dan
keanekaragaman tinggi jika nilainya 1,5.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan