BAB II URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu telah dilakukan Wibowo et al 2004 berjudul “Analisa Pengaruh Word of Mouth dan Perceived Value Product Terhadap
Keputusan Pembelian Tata Rias Oriflame di UK. Petra”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa word of mouth dan perceived value product berpengaruh
terhadap keputusan pelanggan dalam membeli produk tata rias Oriflame. Dimana variabel independen word of mouth dan perceived value product terhadap
pembentukan ekuitas merek sebesar 53,1 , sedangkan sisanya 46,9 dijelaskan oleh faktor- faktor lain. Yang mana word of mouth memiliki hubungan yang lebih
kuat daripada perceived value product.
B. Promosi dan Komunikasi 1. Pengertian Promosi dan Komunikasi
Promosi adalah suatu komunikasi dari penjual dan pembeli yang berasal dari informasi yang tepat yang bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku
pembeli yang tadinya tidak mengenal menjadi mengenal sehingga menjadi pembeli dan tetap mengingat produk tersebut. Maka. Berdasarkan pengertian
tersebut maka promosi merupakan aktivitas komunikasi yang berasal dari informasi yang tepat.
Promosi memiliki ciri yaitu Laksana, 2008 : 134-135: 1.
Promosi sebagai alat bantu untuk mengidentifikasi produk 2.
Sebagai alat untuk menghimbau pembeli
Universitas Sumatera Utara
3. Sebagai alat untuk meneruskan informasi dalam proses pengambilan
keputusan membeli. Perusahaan- perusahaan yang berada dalam persaingan yang begitu ketat
sekarang ini harus berupaya semaksimal mungkin untuk menyampaikan suatu pesan kepada para konsumen yang hendak diraihnya. Perusahaan yang melakukan
komunikasi kepada konsumen haruslah melakukan komunikasi yang bersifat persuasif. Setiadi, 2003: 244 dalam komunikasi persuasif persuasi ini yang
dikehendaki justru perubahan perilaku, keyakinan dan sikap yang lebih mantap seolah- oleh perubahan tersebut bukan atas kehendak komunikator akan tetapi
justru atas kehendak komunikan sendiri. Maka ketika komunikasi persuasi yang dilakukan oleh perusahaan berhasil dan mampu menarik perhatian konsumen
sehingga melakukan pembelian riil, diharapkan terjadi pemasaran dari mulut ke mulut yang dilakukan oleh konsumen itu sendiri.
1.1 Proses Komunikasi
Unsur yang dasar dalam komunikasi adalah informasi. Sebagai suatu proses, proses yang asasi dalam komunikasi adalah penggunaan bersama.
Menurut Bovee dan Thill dalam Purwanto 2006: 11- 13 proses komunikasi terdiri dari 6 tahap, yaitu:
1. Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan
2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan
3. Pengirim menyampaikan pesan
4. Penerima menerima pesan
5. Penerima menafsirkan pesan
Universitas Sumatera Utara
6. Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik kepada
pengirim.
Gambar 2.1 Proses komunikasi Sumber: Purwanto, 2006: 12
a. Tahap pertama: Pengirim Mempunyai Suatu Ide Atau Gagasan
Sebelum proses penyampaian pesan dapat dilakukan, pengirim pesan harus menyiapkan ide atau gagasan apa yang ingin disampaikan kepada pihak lain atau
audiens.
b. Tahap Kedua : Pengirim Mengubah Ide Menjadi Suatu Pesan
Dalam suatu proses komunikasi, tidak semua ide dapat diterima atau dimengerti dengan sempurna. Agar ide dapat diterima dan dimengerti secara
sempurna, pengirim pesan harus memperhatikan beberapa hal, yaitu subjek apa yang ingin disampaikan, maksud tujuan, audiens, gaya personal, dan latar
belakang budaya. Tahap I
Pengirim mempunyai gagasan
Tahap II Pengirim mengubah ide
menjadi pesan
Tahap III Pengirim mengirim
pesan
SALURAN dan
MEDIA
Tahap VI Penerima mengirim ide
pesan
Tahap V Penerima menafsirkan
pesan
Tahap IV Penerima menerima
pesan
Universitas Sumatera Utara
c. Tahap Ketiga : Pengirim Menyampaikan Pesan
Tahap berikutnya adalah memindahkan atau menyampaikan pesan melalui berbagai saluran kepada si penerima pesan.
Dalam menyampaikan pesan, Setiadi, 2003: 249 komunikator harus memilih saluran komunikasi yang efisien untuk menyampaikan pesan. Saluran
komunikasi terdiri atas dua jenis besar, yaitu: 1.
Saluran Komunikasi Personal Saluran komunikasi ini mencakup dua orang atau lebih yang
berkomunikasi secara langsung satu sama lain. Mereka dapat berkomunikasi dengan cara tatap muka, melalui telepon atau melalui surat. Saluran komunikasi
personal memperoleh efektivitasnya melalui peluang untuk mengindividualkan penyajian dan umpan baliknya.
2. Saluran Komunikasi Non- Personal
Saluran komunikasi non-personal menyampaikan pesan tanpa melakukan kontak atau interaksi pribadi. Tetapi dilakukan melalui media, atmosfer, dan
acara.
d. Tahap Keempat : Penerima Menerima Pesan
Komunikator antara seseorang dengan orang lain akan terjadi, bila pengirim komunikator mengirimkan suatu pesan dan penerima komunikan
menerima pesan tersebut. Jika seseorang mengirim sepucuk surat, komunikasi baru bisa terjalin bila penerima surat telah membaca dan memahami isinya.
Universitas Sumatera Utara
e. Tahap Kelima : Penerima Menafsirkan Pesan
Setelah penerima menerima pesan, tahap berikutnya adalah bagaimana ia dapat menafsirkan pesan. Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus mudah
dimengerti dan tersimpan di dalam benak si penerima pesan.
f. Tahap Keenam : Penerima Memberi Tanggapan dan Umpan Balik ke Pengirim
Umpan balik feedback adalah penghubung akhir dalam suatu mata rantai komunikasi. Umpan balik tersebut merupakan tanggapan penerima pesan yang
memungkinkan pengirim untuk menilai efektivitas suatu pesan. Setelah menerima pesan, komunikan akan memberi tanggapan dengan cara
tertentu dan memberi sinyal terhadap pengirim pesan. Di samping itu, adanya umpan balik akan dapat menunjukkan adanya faktor- faktor penghambat
komunikasi, misalnya perbedaan latar belakang, perbedaan penafsiran kata- kata,
dan perbedaan reaksi secara emosional. 2. Bauran Promosi
Istilah promosi banyak diartikan sebagai upaya membujuk orang untuk menerima produk, konsep, dan gagasan. Strategi promosi berarti sebuah program
terkendali dan terpadu dari metode komunikasi dan material yang dirancang untuk menghadirkan perusahaan dan produk- produknya kepada calon konsumen,
menyampaikan ciri- ciri produk yang memuaskan kebutuhan untuk mendorong penjualan yang pada akhirnya memberi kontribusi pada kinerja laba jangka
panjang.
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan mengembangkan program pemasarannya melalui Boyd, 2000: 65-66:
1. Iklan advertising yakni bentuk presentasi dan promosi gagasan barang
dan jasa nonpribadi yang dibayar oleh sponsor tertentu. 2.
Penjualan perorangan personal selling suatu proses membantu dan membujuk satu atau lebih calon konsumen untuk membeli barang atau jasa
atau bertindak sesuai ide tertentu dengan menggunakan presentasi oral
komunikasi tatap muka
3. Promosi Penjualan sales promotion insentif yang dirancang untuk
mendorong pembelian atau penjualan suatu produk.
4. Humas public relations Stimulasi permintaan yang tidak dibayar dan
nonpribadi atas sebuah produk, jasa, atau unit bisnis dengan menghasilkan
berita- berita menarik.
Jenis promosi produk dan jasa dapat dikategorikan ke dalam marketing communication mix komunikasi pemasaran terpadu yang terdiri atas sarana-
sarana komunikasi seperti: Sales force personal selling, Periklanan, Promosi penjualan, Penjualan langsung database marketing, Public relations,
Sponsorship, Eksibisi, Corporate Identity, Packaging pengemasan, Point of sale, merchandising, Word of mouth, Internet dan media baru.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pemasar dalam pemilihan alat promosi:
1. Ciri alat promosi 2. Tipe pasar produk, harus menciptakan:
Universitas Sumatera Utara
a. Menciptakan kesadaran,
b. Menciptakan pengertian
c. Pengingat yang efisien
d. Pembuka jalan
e. Meyakinkan kembali
3. Komunikasi dari Mulut ke Mulut Word Of Mouth
Philip Kotler 2003: 206 mengatakan “Tidak ada sebuah iklan atau seorang penjual pun yang akan mampu meyakinkan anda secara persuasif tentang
kualitas suatu produk selain teman, kenalan, pelanggan lama, atau ahli yang independen”. Ini mengindikasikan bahwa terjadinya suatu penggunaan suatu
produk kemungkinan besar akan dipengaruhi oleh orang yang kita percaya. Pernyataan diatas menunjukkan bahwa betapa kuatnya komunikasi dari
mulut ke mulut mempengaruhi seorang konsumen dalam melakukan keputusan pembelian. Dunia pemasaran dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat
membuat konsumen pada akhirnya menjadi satu kekuatan yang memiliki potensi yang luar biasa, karena dalam kehidupan sehari- sehari konsumen melakukan
pembicaraan mengenai suatu hal termasuk tentang suatu produk. Dan pada saat seperti inilah timbul istilah yang dikenal dengan word of mouth, buzzmarketing
atau dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan pemasaran dari mulut ke mulut atau getok tular.
Dalam perkembangannya, fenomena word of mouth marketing yang setelah dilakukan penelitian dimana, konsumen yang merekomendasikan merek
ternyata sangat berpengaruh dalam keputusan pembelian membuat berdirinya
Universitas Sumatera Utara
suatu organisasi resmi yang khusus membahas tentang word of mouth marketing yang disebut dengan WOMMA Word Of Mouth Marketing Association.
WOMMA Word of Mouth Marketing Association memberikan
pengertian Word of Mouth is The act of consumers providing information to
other consumers. Yakni tindakan konsumen yang menyediakan informasi kepada konsumen lainnya.
Sedangkan Word of Mouth Marketing: Giving people a reason to talk
about your products and services, and making it easier for that conversation to take place. It is the art and science of building active, mutually beneficial
consumer-to-consumer and consumer-to-marketer. Yakni memberikan orang alasan untuk membicarakan produk dan jasa anda, yang memudahkan orang untuk
membicarakannya. Pemasaran mulut ke mulut merupakan seni dan pengetahuan akan pembangunan aktif yang saling menguntungkan antara konsumen dengan
konsumen, konsumen dengan pemasar. Yuswohady 2008: xiv membuat suatu formula yang memudahkan orang
untuk memahami kekuatan dari word of mouth marketing. Formula itu adalah E=wMC
2
, dimana E: Energi marketing yang begitu dashyat: wM: Word of Mouth, dan C
2
: Customer Community baik yang offline maupun yang online. Yang penjelasan sederhana dari formula tersebut adalah bahwa energi marketing yang
dashyat akan didapat jika anda mampu menggabungkan dan menyintesakan kekuatan dua elemen pemasaran masa depan, yaitu word of mouth dan komunitas
pelanggan.
Universitas Sumatera Utara
Word of mouth komunikasi dari mulut ke mulut sekarang ini menjadi sangat efektif karena perkembangan teknologi yang begitu pesat membuat, para
konsumen dengan mudah membicarakan suatu produk, selain ketika bertatap muka, word of mouth juga dapat terjadi melaui media internet melalui jejaring
sosial dan juga media handphone yang memungkinkan terjadinya word of mouth. Yang akhirnya teknologi makin mempercepat sampainya bahasa lisan.
Oleh karena itu, Mark Hughes, 2007: 31 bahasa lisan tidak hanya sepuluh kali lebih efektif dibanding iklan cetak atau TV, bahasa lisan juga lebih
penting pada saat ini dibanding kapanpun di masa lalu karena empat alasan, yaitu: 1.
Persaingan iklan meningkat ke level tak terbendung. 2.
Biaya operasional media tradisional semakin meningkat, bercampur dengan masalah persaingan yang ada.
3. Kita sudah dibohongi berkali- kali oleh iklan, sepertinya satu- satunya
pesan yang kita percaya saat ini berasal dari orang biasa seperti saya dan anda.
4. Teknologi makin mempercepat sampainya bahasa lisan
a. Kondisi untuk word of mouth komunikasi dari mulut ke mulut
Balter and Bultman dalam Hoskins mengatakan ”everybody talks about products and services, and they talk about them all the time. Word of mouth is not
about identifying a small subgroup of highly influential or well connected people to talk up a product or service. It’s not about mavens or bees or celebrities or
people with specialist knowledge. It’s about everybody.” Yang berarti setiap orang berbicara mengenai produk dan jasa, merek membicarakannya setiap saat.
Universitas Sumatera Utara
Word of mouth bukan merupakan identifikasi penyebaran yang tingi akan subgroup yang kecil atau orang yang berpengaruh untuk berbicara mengenai
produk atau jasa. Hal ini tidak mengenai mavens atau saingan atau selebriti dengan pengetahuan yang spesial. Hal ini mengenai semua orang.
Suatu produk yang diluncurkan ke pasar, pada dasarnya haruslah memiliki nilai yang mampu membuat produk itu menjadi bahan pemberitaan
perbincangan. Dimana sebenarnya pemasar mampu menghasilkan dampak besar dalam waktu yang lebih singkat dan dengan lebih sedikit uang dibandingkan
sebelumnya. Tentu saja konsumen ikut serta dalam proses penyampaian cerita. Tidak ada satupun pemasar dapat melakukan sesuatu tanpa partisipasi aktif dari
orang itu. Ada tiga situasi pembelian lainnya dimana konsumen seringkali dimotivasi
untuk mencari masukan dari orang lain: a.
Bila produk sangat jelas bagi orang lain b.
Bila produk sangat kompleks c.
Bila produk tidak dapat dengan mudah diuji terhadap suatu kriteria objektif.
Komunikasi dari mulut ke mulut juga memenuhi kebutuhan tertentu dari pengirim informasi. Kemampuan untuk memberi informasi dan menggoncang
orang lain dalam keputusan mereka membuat orang merasa berkuasa dan prestise yang tinggi. Mempengaruhi orang lain juga membantu pemberi pengaruh
menghapus keraguan mengenai pembeliannya sendiri. Selain itu, dengan memberi informasi kepada orang lain, seorang pengirim dapat meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
keterlibatannya dengan kelompok dan meningkatkan interkasi sosial serta keterpaduan kelompok.
b. Menghidari untuk Negative Word of Mouth Komunikasi dari mulut ke mulut yang bersifat negatif
Word of mouth sendiri terdiri atas dua bagian yaitu Positive word of mouth PWOM dan Negative word of mouth NWOM. Dan yang menjadi satu
perhatian serius adalah bahwa ternyata penyebaran Negatif word of mouth jauh lebih cepat menyebar daripada positive word of mouth, dimana berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan ternyata, rata- rata orang Indonesia membicarakan hal yang baik positive word of mouth kepada 7 orang, namun untuk hal yang
berbau negatif, mereka bisa menyebarkannya ke 11 orang lainnya SWA 08XXV16-29 April 2009.
Namun, NWOM sebenarnya dapat dihindari, selama terdapat pemahaman akan penyebab dan terdapat katalisator akan NWOM, dan ada tindakan nyata
yang dilakukan oleh para pekerja untuk memastikan bahwa terdapat kualitas pelayanan yang tinggi yang akhirnya membuat konsumen mengalami kepuasan,
yang mana hal inilah akan berkontribusi dalam terciptanya PWOM. Ada beberapa jenis Negatif WOM yang tergantung dari mana hal itu
bermula, yaitu: a.
Negatif WOM yang berasal dari konsumen yang tidak puas dimana konsumen merasa tidak puas sesuai dengan apa yang diharapkan.
b. Negatif WOM yang berasal dari serangan kritik atau pesaing yang biasanya
mengandung bahaya, kebohongan.
Universitas Sumatera Utara
c. Negatif WOM juga akan menyebar dengan begitu cepat ketika ada kegagalan
produk, isu keselamatan, atau skandal yang pada akhirnya bisa saja tersebat dengan tidak proporsional sesuai dengan apa yang sebenarnya.
Maka, jika perusahaan melihat dengan jeli sebenarnya konsumen pelanggan akan berubah menjadi agen penjualan yang independen. Sehingga,
bagi suatu perusahaan salah satu yang menjadi perhatian penting adalah tidak hanya bagaimana seorang konsumen menjadi konsumen seumur hidup consumer
lifetime tetapi juga bagaimana mereka menjadi pemasar melalui word of mouth dan mencari calon pelanggan baru bagi perusahaan. Oleh karena itu, bagi
perusahaan, Ennew dalam jurnal Ryan Storey yang berjudul Word of Mouth Marketing and Viral Marketing, Deconstructing The “Buzz” mengemukakan
pendekatan dalam memanajemen WOM: 1.
Mendengarkan dengan aktif 2.
Bertanya dengan efektif 3.
Berorientasi konsumen 4.
Berupaya agar selalu dengan konsisten menepati janji 5.
Membantu konsumen dalam pencarian informasi 6.
Manajemen internal WOM budaya 7.
Menemukan apa yang dikatakan oleh pesaing dan pelanggan. Penyebaran WOM itu sendiri akan seperti virus, dimana akan selalu ada
perbincangan, dan setiap konsumen akan membicarakan mengenai suatu produk.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Faktor- faktor yang mempromosikan komunikasi dari mulut ke mulut
Sumber : Mowen dan Minor 2002: 181
I. Kebutuhan Pengirim Informasi
A. Untuk membangkitkan keberanian dan prestise.
B. Untuk menghapus kesalahan akibat pembelian pria wanita.
C. Untuk menciptakan keterlibatan dengan masyarakat atau kelompok yang diinginkan.
D. Untuk mendapatkan manfaat yang berwujud
II. Kebutuhan Penerima Infomasi
A. Untuk mencari informasi dari beberapa sumber yang dapat dipercaya tentang produk
yang ditawarkan B.
Untuk menurunkan keinginan tentang kemungkinanan resiko pembelian. 1.
Resiko dapat berasal dari produk karena kompleksitas atau harganya 2.
Resiko dapat berasal dari perhatian para pembeli tentang apa yang akan dipikirkan oleh orang lain.
3. Resiko dapat berasal dari kekurangan kriteria objektif dimana produk telah
dievaluasi
C. Untuk menghabiskan waktu dalam menghabiskan pencarian informasi
Universitas Sumatera Utara
WOM Episode
WOMUnit
Venue
WOMUnit Action
Dimensions
- Propensity - Reach
- Depth - Population
- Demographics - Topicality
- Velocity - Audience
- Credibility - Timeliness
- Distibution - Rules - Polarity
- Spread - Clarity
- Source - Diversity
Gambar 2.2 Proses Terjadinya WOM Sumber: Cambridge Marketing College www. marketingcollege.com
Creator Action
Sender Receiver
Participants
Venue Outcomes
Consumption Inquiry
Conversion Relays
Re-creation
Universitas Sumatera Utara
c. Kepemimpinan Opini Opinion Leaders
Dalam mempelajari komunikasi dari mulut ke mulut kita dapatkan bahwa beberapa orang lebih sering memberi informasi daripada yang lainnya. Individu-
individu yang seperti ini disebut dengan Pemimpin Opini. Pemimpin opini merupakan konsumen yang mempengaruhi keputusan pembelian orang lain.
1. Penghubung Connectors
Seorang penghubung merupakan orang yang mampu memberikan pengaruh kepada orang lain atas pembelian suatu produk, dimana seseorang dapat
dikatakan sebagai connectors jika ia kenal banyak orang. Dimana kemampuan mereka yang mampu merambah berbagai dunia yang berbeda merupakan fungsi
sesuatu yang terkait dengan sifat khas pribadi, terkait dengan perpaduan antara sifat-sifat ingin tahu,percaya diri, kepedulian sosial, dan semangat hidup.
Connector mampu menjalani perannya sebagai seorang penghubung jika ia memiliki banyak kenalan, karena kenalan merupakan sumber kekuatan sosial,
sehingga makin banyak kenalan kita, maka makin besar kekuatan atau kekuasaan kita.
2. Mavens
Mavens market adalah orang- orang yang mempunyai informasi
mengenai berbagai jenis produk, tempat berbelanja, segi- segi lain dari pasar, dan memulai pembahasan dengan para konsumen serta memberi jawaban atas
pertanyaan dari konsumen akan informasi pasar. Para mavens memiliki pengetahuan dan keterampilan sosial untuk memicu
epidemi ketok tular. Kendati demikian yang membuat maven berbeda bukan
Universitas Sumatera Utara
banyaknya pengetahuan yang mereka miliki melainkan cara mereka menyebarluaskan pengetahuan itu.
3. Konsumen Pengganti Surrogate Consumer
Konsumen Pengganti adalah orang yang bertindak sebagai agen yang dipertahankan oleh konsumen untuk membimbing, mengarahkan pemimpin, dan
atau mentraksaksikan kegiatan- kegiatan pasar. Karakterisik Pemimpin Opini
a. Terlibat dalam kategori produk
b. Mereka tertarik pada produk
c. Membaca majalah khusus mengenai produk
d. Mengetahui banyak tentang produk tersebut
e. Percaya diri dan secara sosial lebih aktif dari pada pengikutnya
f. Mempunyai status sosial yang lebih tinggi dari para pengikut, meskipun
mereka termasuk dalam kelompok teman sebaya yang sama. g.
Cenderung lebih inovatif dalam pembelian
4. Hambatan dalam Promosi dan Komunikasi
Gangguan noise di dalam suatu sistem dapat menghambat komunikasi yang efektif. Saat ini, masyarakat dihujani dengan begitu lebih dari 1.000 pesan
komersial setiap hari. Hal ini merupakan gangguan dalam sistem dan bukan hanya menimbulkan hambatan penerimaan pesan, tapi juga menyebabkan penerimaan
menjadi berbeda dari apa yang diinginkan penyampai pesan. Yang membuat komunikasi bahkan menjadi lebih sulit, konsumen terlibat dalam praktik- praktik
yang dirancang untuk melindungi diri mereka sendiri dari pesan- pesan yang tidak
Universitas Sumatera Utara
diinginkan, memahami tindakan apa yang diinginkan dan mengapa, dan dipertanyakan apa yang telah dikatakan.
Mengenai hal- hal tersebut, para peneliti sampai pada kesimpulan sebagai berikut:
a. Eksposur Selektif Selective Exposure
Kebanyakan orang membuka diri terhadap pesan dan media yang sesuai dengan sikap mereka saat itu. Sebaliknya, konsumen membuang pesan yang tidak
sesuai dengan sikap mereka atau apa yang mereka anggap menganggu dan membosankan.
b. Persepsi Selektif Selective Perception
Orang- orang dapat melakukan distorsi atau salah menginterpretasikan maksud dari sebuah pesan jika berbeda dengan sikap mereka. Semakin besar
perubahan sikap yang diharuskan untuk membuat responden menerima posisi yang dianjurkan di dalam pesan, maka semakin dapat dipastikan bahwa pesan
terdistorsi dan ditolak. c.
Rentensi Selektif Selective Rentention Orang- orang cenderung cepat melupakan komunikasi yang secara
substantive berbeda dengan sikap mereka. Orang- orang mengingat untuk jangka waktu yang lebih panjang pesan- pesan yang mendukung sikap mereka.
Universitas Sumatera Utara
C. Produk dan Kualitas 1. Pengertian Produk Product dan Kualitas
a. Produk Product
Kotler dan Armstrong 2003: 337 mendefenisikan produk sebagai berikut semua yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki,
digunakan atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan pemakainya.
1. Perencanaan Produk
Perencanaan produk memiliki 5 lima tingkat, yaitu: 1.
Manfaat inti core benefit Produk inti terdiri dari jasa untuk memecahkan masalah manfaat inti yang
dicari konsumen ketika mereka membeli suatu produk. 2.
Produk Pasar Bagian dari produk, tingkat mutu, sifat, rancangan, nama, pengemasan,
dan sifat yang lain yang digabungkan untuk memberi produk inti. 3.
Produk yang diharapkan Serangkaian atribut dan kondisi yang biasanya diharapkan oleh konsumen
ketika mereka membeli produk itu. 4.
Produk yang ditingkatkan Produk yang melampaui harapan konsumen.
5. Produk potensial
Semua peningkatan dan transformasi yang pada akhirnya akan dialami produk tersebut di masa depan.
Universitas Sumatera Utara
2. Klasifikasi Produk
Berdasarkan konsumen yang mengunakannya, produk dan jasa dibagi ke dalam dua kategori, yaitu: Laksana, 2008: 69-73
1. Barang Konsumsi consumers goods
a. Barang kebutuhan sehari- hari convenience goods, yaitu barang yang
pada umumnya seringkali dibeli, segera dan memerlukan usaha yang sangat kecil untuk membelinya.
b. Barang belanjaan shopping goods yaitu barang yang dalam proses
memilih dan membelinya dan dibeli oleh konsumen dengan cara membanding- bandingkan berdasar kesesuaian, mutu, harga, dan
modelnya. c.
Barang khusus speciality goods, yaitu barang yang memiliki ciri unik atau merek khas dimana kelompok konsumen bersedia berusaha keras
untuk membelinya. 2.
Barang Industri a.
Bahan dan suku cadang material and spart, yaitu barang- barang yang seluruhnya masuk ke dalam produksi jadi. Bahan baku dibedakan 2 kelas
besar 1.
Barang hasil pertanian dan barang hasil alam 2.
Bahan jadi dan suku cadang, dipecah lagi menjadi dua, yaitu: 1.
Bahan komponen 2.
Suku komponen
Universitas Sumatera Utara
b. Barang modal capital items yaitu barang- barang yang sebagian masuk
ke hasil barang jadi akhir. Terdiri dari:
1. Instalasi yaitu untuk bangunan untuk pabrik dan kantor dan
peralatan tetap misal mesin bor 2.
Peralatan tambahan digunakan sebagai pembantu pelaksanaan tugas operasi industry, tapi tak punya arti langsungm tidak
menjadi bagian produk yang dibuat, umurnya pendek. Misal: alat- alat kantor, hard truk, dll.
c. Perbekalan dan layanan supplies and services:
a. Perbekalan operasional Operating supplies, yakni convenience goods
untuk industry, umurnya pendek, harga rendah, tapi tak punya arti langsung.
Misal: oil, pelumas, dll. b.
Usaha pelayanan business services yakni perawatan dan perbaikan, dilakukan dengan kontrak perjanjian.
Misal: perbaikan alat kantor. Klasifikasi produk berdasarkan karakteristik sifat:
1. Barang tahan lama durable goods yaitu barang berwujud yang biasanya
bertahan lama dengan banyak sekali pemakaian. 2.
Barang tidak tahan lama non- durable goods yaitu barang berwujud yang biasanya dikonsumsikan satu atau beberapa kali.
Universitas Sumatera Utara
3. Jasa service yaitu kegiatan, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan
untuk dibeli.
b. Kualitas
Kualitas adalah salah satu alat pemasaran yang penting. Kualitas produk mempunyai dua dimensi, yaitu tingkatan dan konsistensi. Dalam mengembangkan
produk, pemasar lebih dahulu harus memilih tingkatan kualitas yang yang dapat mendukung posisi produk di pasar sasarannya. Dalam dimensi kualitas tersebut
berarti kualitas kinerja yaitu kemampuan produk untuk melakukan fungsi- fungsinya. Perusahaan jarang menawarkan tingkatan kinerja yang kualitasnya
setinggi mungkin, namun sebaliknya, perusahaan lebih memilih tingkatan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan pasar sasarannya dan tingkatan kualitas produknya.
Selain tingkatan kualitas yang tinggi juga dapat berarti konsistensi kualitas produk yang tinggi. Dalam konsisten yang tinggi tersebut kualitas produk berarti
kualitas kesesuaian, bebas dari kecatatan dan kekonsistenan dalam memberikan tingkatan kualitas yang akan dicapai dijanjikan. Semua perusahaan harus
berusaha keras memberikan tingkatan kualitas kesesuaian yang tinggi. 2. Persepsi Kualitas Perceived Quality
Menurut Aaker dalam Simamora, 2003: 281, persepsi kualitas perceived quality adalah kualitas suatu produk menurut pemikiran subjektif konsumen.
Dalam persepsi kualitas terkandung keyakinan terhadap performans suatu merek. Persepsi konsumen terhadap kualitas adalah penilaian konsumen secara
menyeluruh terhadap kinerja produk atau jasa ferrinadewi, 2008:61. Dalam melakukan penilaian terhadap kinerja produk, kemampuan konsumen untuk
Universitas Sumatera Utara
melakukan penilaian sangat tergantung pada apakah atribut- atribut intinsik produk dapat dirasakan dan dievaluasi pada saat hendak melakukan pembelian.
Keterbatasan konsumen disebabkan karena terbatasnya pengetahuan mereka tentang cara pembuatan suatu produk atau bahkan konsumen sendiri tidak
memiliki cukup banyak waktu melakukan penilaian. Akibatnya konsumen cenderung untuk mengandalkan atribut ekstrinsik seperti nama merek, nama toko,
dan harga dalam mengevaluasi kualitas produk. Atribut ekstrinsik produk ini berperan sebagai jalan pintas yang menyediakan sejumlah informasi bagi
konsumen dalam melakukam evaluasi. Menurut Durianto 2001:96 perceived quality dapat didefenisikan sebagai
persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan. Karena
perceived quality merupakan persepsi dari pelanggan maka perceived quality tidak dapat ditentukan secara obyaktif. Persepsi pelanggan akan melibatkan apa
yang penting bagi pelanggan karena setiap pelanggan memiliki kepentingan yang berbeda terhadap suatu produk atau jasa. Maka dapat dikatakan bahwa perceived
quality berarti akan membahas keterlibatan dan kepentingan pelanggan. Mengingat kepentingan dan keterlibatan pelanggan berbeda- beda,
perceived quality perlu dinilai berdasarkan sekumpulan kriteria yang berbeda. Perceived quality yang tinggi bukan berarti harapan pelanggan rendah pelanggan
merasakan kepuasan yang tinggi jika harapannya jauh lebih rendah dari kinerja atau kenyataan. Perceived quality mencerminkan perasaan pelanggan secara
menyeluruh mengenai suatu merek. Apabila perceived quality dari suatu merek
Universitas Sumatera Utara
tinggi, maka kemungkinan besar program perikalanan dan promosi yang dijalankan akan efektif. Tetapi perceived quality dapat juga mengakibatkan
kesuilitan yang berarti jika program pemasaran tidak direncanakan dengan baik. a.
Perceived quality Menghasilkan Nilai Secara umum perceived quality dapat menghasilkan nilai- nilai sebagai berikut:
1. Alasan untuk membeli
Keterbatasan informasi, uang dan waktu membuat keputusan seorang pelangan sangat dipengaruhi oleh perceived quality suatu merek yang telah adadi
benak konsumen, sehingga seringkali alasan keputusan pembeliannya hanya didasarkan kepada perceived quality dari merek yang akan dibelinya.
2. Differensiasi atau posisi
Pada saat informasi yang objektif tidak tersedia tentang merek produk, maka perceived quailty menjadi sangat berguna dalam memenuhi pendapat
konsumen. 3.
Harga Premium Salah satu keuntungan dari perceived quality adalah memberikan ruang
pilihan dalam menentukan premium price harga premium. Harga premium dapat meningkatkan laba yang secara langsung meningkatkan profitabilitas. Pada
gilirannya, perceived quality dapat meningkatkan tingkat pengembalian ROI return on investment sejalan dengan pengembangan dan perluasan merek yang
inovatif yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan pelanggannya.
Universitas Sumatera Utara
4. Perluasan saluran distribusi
Para pengcer akan termotivasi untuk menjadi penyalur produk merek dengan perceived quality yang tinggi, yang berarti dapat memperluas distribusi
dari merek tersebut. 5.
Perluasan merek Merek dengan perceived quality yang kuat dapat digunakan untuk
memperkenalkan kategori produk baru, yang beraneka ragam. Produk dengan perceived quality kuat akan mempunyai kemungkinan sukses yang lebih besar
dibandingkan dengan yang perceived quality nya lemah.
Gambar 2.3 perceived quality menghasilkan nilai Sumber : Durianto, dkk 2001: 101
D. Keputusan Pembelian
Proses pengambilan keputusan yang rumit sering melibatkan beberapa keputusan. Suatu keputusan melibatkan pilihan diantara dua atau lebih alternatif
tindakan atau perilaku. Keputusan selalu mensyaratkan pilihan diantara perilaku yang berbeda. Adapun inti dari pengambilan keputusan konsumen comsumer
decision making adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan Perceived quality
Alasan untuk membeli
Differensiasi atau posisi Harga premium
Perluasan saluran distribusi
Perluasan merek
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan memilih
salah satu diantaranya.
2.3.2 Tahapan – tahapan Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Tahapan- tahapan dalam proses pengambilan keputusan pembelian
adalah: Setiadi, 2003:16 – 20 1.
Pengenalan Masalah Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah
kebutuhan dimana terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh adanya
rangsangan internal maupun eksternal. 2.
Pencarian informasi Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk
mencari informasi yang lebih banyak. Adapun sumber- sumber informasi konsumen dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu:
1. Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan.
2. Sumber komersil: iklan, tenaga penjualan, penyalur kemasan dan
pameran. 3.
Sumber umum: media massa, organisasi konsumen 4.
Sumber pengalaman: pernah menangani, menguji, menggunakan produk.
3. Evaluasi Alternatif
Ada beberapa proses evaluasi keputusan. Kebanyakan model dari proses evaluasi konsumen sekarang bersifat kognitif, yaitu mereka memandang
Universitas Sumatera Utara
konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama berdasarkan pertimbangan yang sadar dan rasional.
Konsumen mungkin mengembangkan seperangkat kepercayaan merek tentang dimana setiap merek berada pada ciri masing- masing. Kepercayaan
merek menimbulkan citra merek. 4.
Keputusan membeli Pada tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi merek- merek yang
terdapat pada perangkat pilihan. Konsumen juga membentuk tujuan membeli untuk merek yang paling disukai
5. Perilaku sesudah pembelian
Setelah pembelian terhadap suatu produk yang dilakukan konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan dan ketidakpuasan. Konsumen tersebut
juga akan terlibat dalam tindakan-tindakan sesudah pembelian dan penggunaan produk yang akan menarik minat pasar.
6. Kepuasan sesudah pembelian
Apa yang menentukan konsumen akan merasa sangat puas, cukup puas, atau tidak puas atas suatu pembelian? Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari
dekatnya antara harapan dari pembeli tentang produk dan kemampuan dari produk tersebut.
7. Tindakan- tindakan sesudah pembelian
Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen pada suatu produk akan mempengaruhi tingkah laku berikutnya. Jika konsumen merasa puas, maka ia
Universitas Sumatera Utara
akan memperlihatkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli produk itu lagi. Konsumen yang tidak puas akan berusaha mengurangi ketidakpuasannya.
8. Penggunaan dan pembuangan sesudah pembelian
Para pemasar juga harus mengontrol bagaimana pembeli menggunakan dan membuang suatu produk. Pada akhirnya, pemasar perlu mempelajari
pemakaian dan pembuangan produk untuk mendapatkan isyarat- isyarat dari msaalah- masalah dan peluang- peluang yang mungkin ada.
Gambar 2.4 Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Sumber: Setiadi, 2003
Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam keputusan pembelian adalah: Setiadi, 2003: 11-15
1. Kebudayaan
Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang.
2. Sub- Budaya
Sub- budaya dibedakan menjadi empat jenis: Kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok, ras, area geografis.
3. Kelas Sosial
Kelompok sosial merupakan kelompok- kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat.
Mengenali Kebutuhan
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Keputusan Membeli
Perilaku Pasca Pembelian
Universitas Sumatera Utara
A. Faktor- faktor Sosial