membentuk UU yang menjadi landasan yuridis serta menganggarkan dana untuk pelaksanaan program pemerintah.
Dari fungsi DPR yang sangat penting bagi perkembangan negara, KPK melakukan program peningkatan kapasitas peran dan fungsi DPRD dengan
membuat modul atau buku tentang Kedudukan Peran dan Kelembagaan DPRD dalam Konteks Good Governance, Meningkatkan Kapasitas Fungsi
Legislasi dan Pegawasan DPRD dalam konteks Pencegahan Korupsi, dan Meningkatkan Kapasitas Fungsi Penganggaran DPRD dalam Konteks Pencegahan
Korupsi. Diharapkan dengan keluarnya modul itu, bisa dijadikan DPRD dalam menjalankan tugasnya untuk membantu dalam memberantas korupsi.
Selain meliris modul itu, KPK juga membuat pelatihan mengenai peningkatan peran dan fungsi DPRD agar transformasi pengetahuan itu bisa
maksimal dilakukan. Pelatihan yang dilakukan selama satu tahun ini 2008 masih dilaksanakan di 6 Provinsi.
D. Penelitian dan pengembangan
Menyadari pentingnya pengetahuan tentang korupsi ini perlu dilakukan pengkajian kembali seputar masalah-masalah korupsi secara komprehensif.
Pengkajian itu meliputi pengertian atau defenisi dan sebab-sebab korupsi dilakukan, dan juga bentuk serta bagaimana korupsi itu dilakukan. Dengan
diketahui modus operandinya, penanggulangan masalah korupsi akan lebih mudah ditangani. Selanjutnya perlu dikaji latar belakang serta motif tindakan korupsi
dilakukan, sampai seberapa jauh atau dampaknya bagi negara dan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu strategi pencegahan korupsi adalah meneliti korupsi secara terus-menerus,
64
yang tujuannya untuk melihat perkembangan korupsi yang dimana modernisasi yang membuka sumber-sumber kekayaan dan kekuasaan
baru, melipatgandakan kegiatan-kegiatan yang diatur oleh pemerintah menjadi sebab korupsi berkembangbiak.
65
Fungsi penelitian juga berusaha mengembangkan wacana berpikir dalam mendukung pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan yang berkenaan
dengan korupsi dan pemberantasannya. Fungsi ini juga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pelaksanaan pendeteksian dalam melihat akar
permasalahannya. KPK yang menjadi peneliti disini mencoba mencari persepsi masyarakat
akan keberadaan KPK yang dimana hasilnya masyarakat lebih menaruh harapan besar kepada KPK dari pada lembaga penegak hukum lainnya. Sedangkan
tanggapan masyarakat akan skala prioritas program kerja lebih memprioritaskan pemberantasan korupsi dengan melakukan penangkapan dan memenjarakan
koruptor dan mengusahakan pengembalian uang negara yang hilang. Dari hasil ini sangat jelas masyarakat lebih mengutamakan hasil jangka pendek yang
mempengaruhi kepada kehidupan sehari-hari yaitu adanya perbaikan pelayanan PN, berkurangnya pungutan liar dan bertumbuhnya perekonomian negara.
Sedangkan dalam melakukan kegiatan preventif seperti melakukan pendidikan antikorupsi, sosialisasi, pelaksanaan goodgovernance, pengawasan
pelaksanaan reformasi birokrasi di pemerintahan dianggap sebagai sampingan seiring berjalannya program penindakan. Sehingga dapat disimpulkan melalui
64
Ibid. Hal 96
65
Rohim. Modus Operandi Tindak Pidana Korupsi.jakarta, Penerbit Pena Multi Media. 2008. Hal.6
Universitas Sumatera Utara
data yang diperoleh dari masyarakat bahwa masih kurangnya pemahaman masyarakat akan strategi pemberantasan korupsi dan wewenang KPK dalam
memvonis para koruptor lebih besar pengaruh pengadilan yang dilihat bahwa masyarakat lebih mengutamakan penindakannya dan kurang memperhatikan
proses pencegahannya. Tindakan represif juga mempengaruhi terhadap pencegahan yaitu dengan
adanya tindakan hukuman bagi koruptor, bisa menimbulkan efek jera. Namun, masyarakat juga menginginkan adanya sifat pencegahan tanpa hukuman
preventif nonpunitif dimana menurut masyarakat melalui penelitian KPK, bahwa KPK belum melakukan suatu tindakan yang membuat para koruptor memiliki
sikap malu 71,61
66
Birokrasi yang fungsinya memberi pelayanan kepada masyarakat menjadi salah satu objek kajian KPK, yaitu mempelajari usaha inovasi pelayanan publik
agar lebih menjawab pencapaian pemerintahan yang baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang majemuk yang dalam studi KPK di tahun 2008 yakni
mengkaji layanan di bidang kesehatan. Dari segi pemerintahan, KPK meneliti akan besarnya pengaruh
pengawasan dalam pencegahan korupsi yaitu melakukan identifikasi bagaimana strategi meningkatkan peran dan fungsi pengawasan yang dimana sampai saat ini
masih dalam proses analisis dan belum ditemukan hasilnya. Berbicara mengenai pengawasan, KPK dalam melakukan survei integritas
yang dilakukan di 50 pemkopemkab dan 40 instansi tingkat pusat berusaha mengawasi dan mengkontrol laju perkembangan pelayanannya yang dimana
66
www.seputar-indonesia.com
Universitas Sumatera Utara
nantinya, hasil dari survei ini bisa dijadikan rekomendasi atau kritikan kepada instansi yang bersangkutan untuk memperbaiki dan meningkatkan integritasnya.
Selain itu, KPK juga melakukan pengkajian tentang utang luar negeri yaitu melihat bagaimana efektifitas pengelolaan dana tesebut agar secara dini
ditemukan adanya penyimpangan yang dimana utang luar negeri merupakan isu yang sedang hangatnya di negara saat ini.
Sedangkan berbicara mengenai peraturan perundangan yang menjadi landasan hukum dalam melakukan suatu program pemerintahan, KPK mengkaji
peraturan itu untuk ikut berperan dalam merevisi peraturan sehingga adanya potensi terjadinya korupsi. Di tahun 2008, KPK mengkaji 4 peraturan
perundangan yang diyakini adanya potensi terjadinya korupsi, karena adanya tumpang tindih peraturan sehingga mempersulit implementasinya.
Begitu juga hal implementasi kebijakan tersebut, KPK juga mengambil peran pengawasannya melalui studinya tentang Rencana Aksi Daerah
Pemberantasan Korupsi Provinsi Jawa Timur dan e-procurement serta promosi Good Governance dan Island of Integrity yang menyangkut seluruh lembaga
negara dalam pelaksanaannya. Disini dapat dilihat bahwa KPK berusaha menjadikan dirinya lembaga yang disegani oleh lembaga negara lainnya yaitu
menjalankan wewenangnya untuk mendorong setiap lembaga negara dalam menjalankan rencana pemberantasan korupsi di Indonesia dan memberikan
rekomendasi pemikiran untuk menunjang keberhasilan rencana tersebut. Dalam melakukan pengembangan, KPK menarik perhatian kepada kerja
sama dengan lembaga donor internasional. Dukungan dunia dalam pemberantasan korupsi yang sudah di konvensikan dalam UNCAC tidak disiasiakan KPK.
Universitas Sumatera Utara
Kerjasama dengan Republik Federal Jerman melalui Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit GTZ yang berupa bantuan buku-buku untuk perpustakaan,
pojok anti korupsi yang akan dibuat dibeberapa Perguruan Tinggi dan SMU. Kerja sama ini diharapkan membuka ruang ke masyarakat untuk mengakses data
mengenai korupsi agar harapannya antusias masyarakat dalam melakukan pengkajian mengenai korupsi dapat dipenuhi dengan adanya data-data di
perpustakaan yang berada di kantor KPK. Selain itu, kerja sama dengan GTZ yang memberi bantuan dana tidak langsung yang berjumlah sekitar 2 juta euro
berupa pelatihan knowledge management dan studi banding bagi staff untuk pengembangan kapasitas KPK.
Begitu juga dengan bantuan-bantuan luar negeri seperti Uni Eropa, KPK lebih memilih pengadaan pelatihan dan pendidikan bagi kepolisian dan staffnya
dari pada pengadaan barang. Ini merupakan komitmen KPK membentuk dirinya menjadi lembaga yang kuat yang didukung sumber daya manusia yang memadai.
Sama halnya dalam penguatan daerah terkena bencana seperti Aceh dan Nias atas kerja sama dengan Asian Development Bank ADB, KPK tidak lagi
mengutamakan pengadaan barang yang sifatnya konstruktif, tetapi lebih kepada penguatan kelembagaan pemerintahannya yaitu melakukan sosialisasi good
governance yang nantinya pemerintah daerah mampu menjalankan tata kelola pemerintahan yang baik agar berkurangnya penggelapan dana bantuan yang
berasal dari dalam maupun luar negeri. Bentuk-bentuk pencegahan ini diarahkan kepada bagaimana menciptakan
pemerintahan yang mampu mandiri mengurus kehidupannya yang dimulai dari akar-akar masalahnya. Proses hingga ditemukan hasil dari program pencegahan
Universitas Sumatera Utara
ini butuh waktu yang tidak singkat, dikarenakan perlunya penelaahan masalah terus-menerus dan dukungan lembaga lain dalam perwujudannya melalui
implementasi.
E. Pembinaan Jaringan Kerja Sama E.1. Kerja sama Nasional dan Daerah