BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan dalam politik yang dialami Indonesia yang dilihat dari awal jatuhnya kekuasaan Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto, dalam waktu yang
singkat tampil pemimpin baru Negara Republik Indonesia, antara lain B.J. Habibie, Abdurrachman Wahid, Megawati Soekarno Putri dan sekarang Susilo
Bambang Yudhoyono yang terpilih melalui pemilihan presiden secara langsung di Indonesia. Banyak perubahan yang sangat signifikan di negeri ini, salah satunya
adalah mengenai kepemimpinan nasional. Persepsi masyarakat yang dikondisikan pada pemerintahan Soeharto bahwa tidak ada pemimpin yang mampu memimpin
negeri ini dengan baik pasca pemerintahannya tidaklah terbukti. Sejarah mencatat bahwa pasca pemerintahan Soeharto hanya dalam tempo sekitar enam tahun lahir
empat pemimpin nasional, yakni B.J Habibie, K.H. Abdurrachman Wahid, Megawati Soekarno Putri, bahkan patut disyukuri bahwa setelah kepemimpinan
Megawati Soekarno Putri iklim demokrasi semakin nyata dan tumbuh subur, di mana salah satu wujudnya adalah pemilihan presiden secara langsung yang
melahirkan Presiden keenam negeri ini, yakni Susilo Bambang Yudhoyono. Dari perjalanan sejarah Indonesia yang dulu hingga sekarang dikenal oleh
negara-negara dunia sebagai negara yang kaya sumber daya alamnya, masih berjuang dalam peningkatan taraf hidup bangsa agar keluar dari zona kemiskinan.
Peningkatan taraf hidup bangsa yang menjadi salah satu tujuan negara Republik Indonesia yang tertuang dalam UUD 1945 dan diterjemahkan pemerintah dalam
program-program pembangunan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam kehidupan negara di berbagai belahan dunia, birokrasi berkembang merupakan wahana utama dalam penyelenggaraan negara, dalam berbagai bidang
kehidupan bangsa dan dalam hubungan antar bangsa. Birokrasi bertugas menerjemahkan berbagai keputusan politik ke dalam berbagai kebijakan publik,
dan berfungsi melakukan pengelolaan atas pelaksanaan berbagai kebijakan tersebut secara operasional, efektif, dan efisisen
1
. Sebab itu disadari bahwa birokrasi merupakan faktor penentu keberhasilan keseluruhan agenda
pemerintahan, termasuk dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN clean government dalam keseluruan skenario perwujudan kepemerintahan
yang baik good governance
2
Sangat disayangkan apabila reformasi birokrasi tidak dapat di implementasikan dalam kehidupan bernegara untuk mewujudkan cita-cita bangsa
Namun pengalaman bangsa kita dan bangsa-bangsa lain menunjukkan bahwa birokrasi tidak senantiasa dapat menyelenggarakan tugas dan fungsinya
tersebut secara otomatis dan independen serta menghasilkan kinerja yang sangat signifikan. Keberhasilan birokrasi dalam meningkatkan pembangunan ditentukan
oleh beberapa faktor diantaranya yang perlu diperhitungkan adalah reformasi birokrasi yang menekankan komitmen dan konsistensi semua pihak yang berperan
dalam penyelenggaraan negara baik dari unsur aparatur negara maupun warga negara untuk bersama-sama mewujudkan clean government dan good governance
sesuai posisi dan peran masing-masing dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara.
1
Prof.DR. Sondang P. Siagian,MPA. Kerangka Dasar Ilmu Administrasi Cetakan ke-2.Jakarta.PT Rineka Cipta. 2001. Hal 49
2
Prof. Dr. Mustopadidjaja AR
.
Reformasi Birokrasi Sebagai Syarat pemberantasan KKN. Hal 1
Universitas Sumatera Utara
Indonesia. Terseok-seoknya kehidupan reformasi birokrasi di bumi Nusantara bisa dilihat banyaknya penyelewengan keuangan negara diberbagai instansi
pemerintah yang diyakini menjadi pemicu terhambatnya pembangunan sehingga mengakibatkan keterpurukan ekonomi yang berimplikasi sangat luas dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara yakni merosotnya kesejahteraan masyarakat yang terindikasi dari semakin meningkatnya pengangguran dan kemiskinan di
Indonesia
3
Makin berkembangnya penyakitpatologi birokrasi di Indonesia menyebabkan perlunya melahirkan reformasi birokrasi. Indonesia sebagai salah
satu negara berkembang developing country tidak luput dari masalah patologi .
Kebobrokan birokrasi di republik kita sudah jamak dirasakan, telah mendarah daging dan berurat akar. Sehingga timbul pertanyaan bagaimana
mungkin birokrasi bisa mengurus keperluan publik jika mengurus dirinya sendiri saja tidak mampu? Isu-isu publik yang menjadi agenda dalam pengambilan
kebijakan seperti KKN, struktur yang gemuk dan tidak efisien, profesionalisme rendah, minimnya gaji, dan cara pandang feodal sudah menjadi wajah publik
birokrasi kita, apa pun bidangnya. Oleh karena itu reformasi birokrasi pun kemudian menjadi soal mendesak yang banyak dibahas dan memiliki nilai jual
dalam politik Indonesia yang terindikasi dalam kampanye politik calon-calon pemimpin di seluruh Indonesia dan bahkan telah terealisasi menjadi salah satu
program pemerintah.
3
Dari data Badan Pusat Statistik angka pengangguran terbuka pada Agustus 2007 mencapai 10,01 juta orang atau turun sekitar 8,42 persen dari 10,93 juta orang pada Agustus 2006, dan turun 5,08
persen dari 10,55 juta orang pada Februari 2007. Sedangkan jumlah penduduk miskin penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan di Indonesia pada bulan Maret 2006 sebesar 39,05 juta
17,75 persen. Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Februari 2005 yang berjumlah 35,10 juta 15,97 persen, berarti jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 3,95 juta.
Universitas Sumatera Utara
tersebut khususnya korupsi. Pada era demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, dan demokrasi pancasila, bahkan pasca reformasi tidak pernah sepi dari isu-isu
korupsi. Tindak pidana korupsi telah terjadi secara meluas, yang
perkembangannya pun terus meningkat dari tahun ke tahun, baik dari jumlah kasus yang terjadi maupun jumlah kerugian keuangan negara. Kualitas tindak
pidana korupsi yang dilakukan juga semakin sistematis dengan lingkup yang memasuki seluruh aspek kehidupan masyarakat dan dianggap pula telah menjadi
suatu penyakit yang sangat parah yang tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga telah merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi
masyarakat, menggerogoti demokrasi, merusak aturan hukum, dan memundurkan pembangunan
4
Birokrasi yang sakit seperti itu yang merusak citra bangsa dan meningkatkan ketidakpercayaan serta ketidakpatuhan masyarakat terhadap hukum
akan menjadi corong dan memberikan kontribusi pada penguasa. Semangat , serta memudarkan masa depan bangsa.
Kondisi tersebut menjadi salah satu faktor utama penghambat keberhasilan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur sebagaimana
diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Ketidakberhasilan Pemerintah dalam memberantas korupsi juga semakin
memperburuk citra Pemerintah di mata masyarakat yang tercermin dalam bentuk ketidakpercayaan dan ketidakpatuhan masyarakat terhadap hukum. Apabila tidak
ada perbaikan yang berarti, maka kondisi tersebut akan sangat membahayakan kelangsungan hidup bangsa.
4
Lihat Hamid Basyaib, Richard Holloway, dan Nono Anwar Makarim.”Mencuri Uang Rakyat : 16 Kajian Korupsi Di Indonesia”, jilid 4; Jaka Aksara Foundation. 2003.
Universitas Sumatera Utara
keberpihakannya banyak diarahkan pada kepentingan segelintir orang atau pun kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat; bekerja dengan lamban, tidak
akurat, berbelit-belit, dan sudah barang tentu tidak efisien serta memberatkan masyarakat. Sebaliknya, birokrasi yang terlalu kuat dengan kemampuan
profesional yang tinggi tapi tanpa etika dan integritas pengabdian, akan cenderung menjadi tidak konsisten, bahkan arogan, sulit dikontrol, masyarakat menjadi serba
tergantung pada birokrasi. Dalam perkembangan birokrasi seperti ini, juga akan memberikan dampak negatif bagi pengembangan inisiatif masyarakat. Namun
pada sisi yang berseberangan hal tersebut telah sangat menguntungkan pihak- pihak tertentu yang jumlahnya sangat sedikit bila dibandingkan dengan
masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Melihat kondisi Indonesia saat ini yang mana perkembangan birokrasi
yang tidak berpihak pada masyarakat dan semakin tidak patuhnya masyarakat terhadap hukum maka komitmen pemerintah saat ini yang ingin mengubah
birokrasi Indonesia agar memihak kepada masyarakat membuat kebijakan baru yaitu membentuk suatu lembaga yang menjadi motor dalam pelaksanaan
reformasi birokrasi yang dikhususkan kepada pemberantasan patologi-patologi birokrasi yang menghambat pembangunan dimana salah satunya adalah korupsi
5
Banyak negara .
6
5
Makmur. Patologi Serta Terapinya Dalam Ilmu Administrasi dan Organisasi. Bandung, Refika Aditama. 2007.
sepakat bahwa korupsi merupakan bentuk kejahatan yang dapat dikategorikan sebagai tindak pidana “luar biasa” . Disebut luar biasa karena
6
Pada tanggal 11 Desember 2003, PBB meraih dukungan kuat untuk memerangi korupsi di seluruh dunia. Sebanyak 94 negara dari 125 negara yang hadir di Merida, Meksiko, meratifikasi
Universitas Sumatera Utara
umumnya dikerjakan secara sistematis, punya aktor intelektual, melibatkan stakeholder di suatu daerah, termasuk melibatkan aparat penegak hukum, dan
punya dampak merusak dalam spektrum yang luas. Karakteristik inilah yang menjadikan pemberantasan korupsi semakin sulit jika hanya mengandalkan aparat
penegak hukum biasa, terlebih jika korupsi sudah membudaya dan menjangkiti seluruh aspek dan lapisan masyarakat.
Bentuk dari keseriusan dunia dalam menentang korupsi yang dinyatakan dalam UNCAC United Nations Convention Against Corruption, Konvensi
Perserikatan Bangsa-bangsa Menentang Korupsi dimana negara-negara yang merupakan anggota PBB diwajibkan untuk meratifikasi hasil Konvensi PBB
tentang pemberantasan korupsi.
7
Konvensi UNCAC adalah sebuah terobosan karena negara yang meratifikasi sepakat untuk mengembalikan aset-aset yang dikorup, saling
membantu, membekukan rekening bank, melucuti properti, dan mengekstradisi tersangka pelaku. Masalahnya, korupsi sudah berskala transnasional. Koruptor di
satu negara menyimpan uang haram itu di negara lain. Karena itu, kerja sama lintas batas negara memang menjadi urgen. Konvensi ini juga memperlakukan
korupsi lebih dari sekedar kriminal biasa karena menggoyahkan kestabilan negara-negara dan mengikis kelembagaan demokrasi.
Konvensi PBB Memerangi Korupsi UN Convention Againts Corruption. Hanya dibutuhkan 30 tanda tangan untuk bisa memberlakukan konvensi itu, dan ada 84 negara yang melakukannya
7
Pasal 6 ayat 1 UNCAC adalah “ Setiap Negara Peserta wajib, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar sistem hukumnya, memastikan kebedaan suatu badan atau badan-badan, sejauh diperlukan, yang
mencegah korupsi dengan cara-cara seperti: a. Melaksanakan kebijakan-kebijakan yang disebut dalam Pasal 5 dari Konvensi ini dan dimana
diperlukan, mengawasi dan mengkoordinasikan pelaksanaan dan kebijakan-kebijakan tersebut.
b. Meningkatkan dan menyebarluaskan pengetahuan mencegah korupsi
Universitas Sumatera Utara
Konvensi UNCAC menuntut negara yang meratifikasi untuk membentuk suatu badan khusus untuk memerangi korupsi
8
dan juga agar meluncurkan undang-undang yang melarang aktivitas, seperti pencucian uang money
laundering, mencegah korupsi, dan saling bekerja sama satu sama lain
9
Kisah sukses negara yang mampu bangkit dari keterpurukan akibat korupsi umumnya dimulai dari komitmen rakyat dan pemimpinnya yang kemudian
diturunkan dalam berbagai kebijakan. Selain dalam bentuk undang-undang, komitmen ini juga diwujudkan dalam pembentukan gugus kerja khusus, yang
bersifat independen dan bertugas khusus untuk memberantas korupsi. Pada . Namun,
ratifikasi itu juga sangat tergantung pada aturan hukum dan kemajuan administrasi di negara masing-masing, yang diperlukan oleh konvensi itu. Komitmen politik
tentunya juga sangat diperlukan untuk implementasinya.
Indonesia selaku anggota PBB ikut mengambil bagian dalam konvensi anti korupsi PBB UNCAC tersebut, dimana dari masalah internalnya sangat
membutuhkan hasil konvensi anti korupsi tersebut karena telah menjamurnya korupsi di Indonesia yang berpengaruh terhadap stabilitas dan keamanan
masyarakat, merusak lembaga-lembaga, nilai-nilai etika, keadilan, penegakan hukum serta mengacaukan pembangunan yang berkelanjutan.
8
Pasal 36 UNCAC adalah “Setiap Negara peserta wajib, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar sistem hukumnya, memastikan keberadaan suatu badan atau badan-badan atau orang-orang yang
memiliki kekhususan untuk memerangi korupsi melalui penegakan hukum. Badan atau badan- badan atau orang-orang tersebut wajib diberi kebebasan yang diperlukan, sesuai dengan prinsip-
prinsip dasar sistem hukum Negara peserta itu, agar dapat melaksanakan fungsi-fungsi mereka secara efektif dan tanpa pengaruhtekanan yang tidak seharusnya. Orang-orang itu atau staff badan
atau badan-badan tersebut harus memiliki pelatihan dan sumber daya yang memadai untuk melaksanakan tugas-tugas mereka.
9
Ian McWalters, SC. Memerangi Korupsi Sebuah Peta Jalan Untuk Indonesia. 2006. Hal 193.
Universitas Sumatera Utara
awalnya terbentuknya lembaga ini lebih karena lembaga penegak hukum yang ada tidak mampu lagi menjalankan fungsinya dalam memberantas korupsi.
Keberadaan lembaga independen yang mempunyai wewenang penuh dalam memberantas kejahatan korupsi ini secara empiris telah terbukti membantu
membebaskan suatu negara dari predikat korup dan perilaku koruptif aparatnya. Perlu dicatat bahwa pembentukan lembaga khusus ini tidak semuanya berbuah
keberhasilan. Diperlukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi kesuksesan lembaga pemberantasan korupsi di suatu negara.
Pernyataan bahwa korupsi bukanlah masalah lokal, tetapi merupakan fenomena internasionalglobal yang mempengaruhi seluruh masyarakat dan ekonomi, yang
menjadikan kerja sama internasional untuk mencegah dan mengendalikannya
10
Berdasarkan itulah pemerintah selaku badan yang menjalankan roda pemerintahan, mengambil tindakan membentuk suatu komisi khusus untuk
memberantas korupsi yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi KPK yang terbentuk dari UU No. 30 Tahun 2002 tanggal 27 Desember 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Pembentukan komisi ini merupakan Reaksi terhadap kekacauan birokrasi kemudian melahirkan gagasan
pembentukan berbagai komisi yang juga dikenal sebagai lembaga negara independen. Komisi-komisi ini diharapkan dapat melakukan check and balances
serta memelopori penyelenggaraan pemerintahan yang lebih efektif. Komisi- komisi ini juga diharapkan dapat memperbaiki belitan kusut proses birokrasi
sehingga dalam jangka panjang dapat mewujudkan reformasi birokrasi.
10
Pembukaan Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa Menentang Korupsi 2003 United Nations Against Corruption, UNAC
Universitas Sumatera Utara
pelaksanaan dari Pasal 43 UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera, Komisi Pemberantasan Korupsi KPK diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi
secara profesional, intensif, dan berkesinambungan karena korupsi telah merugikan keuangan negara, perekonomian negara, dan menghambat
pembangunan nasional. Sebagai pengemban amanat undang-undang dalam pemberantasan korupsi, KPK berkomitmen untuk terus memperjuangkan
lenyapnya korupsi dari bumi Nusantara. Sesuai dengan kewenangan dan tugas yang dimiliki, berbagai kegiatan dan upaya telah KPK lakukan, baik dalam bidang
pencegahan maupun penindakan. Selain terus melakukan penindakan tindak pidana korupsi yang terjadi di sektor yudikatif, eksekutif, dan legislatif dengan
menangkap dan menahan para koruptor, dan mengembalikan kerugian negara akibat korupsi, KPK juga berupaya memberantas akar permasalahan korupsi
melalui pembangunan mental antikorupsi sejak usia dini, penjalinan kerja sama dengan organisasi dalam dan luar negeri, perbaikan sistem pemerintahan
khususnya di sektor pelayanan publik, pemberdayaan aparat pengawasan, dan peningkatan peran serta masyarakat.
Pembentukan Komisi Pemberantas Korupsi KPK ibarat angin segar di tengah kepeningan bangsa ini menghendaki involusi korupsi. Selain karena
komisi tersebut digagas sebagai sebuah terobosan yang luar biasa atas kekecewaan distrust pada kinerja lembaga penegak hukum kejaksaan dan
kepolisian yang lembek dalam penegakan hukum law enforcement, khususnya
Universitas Sumatera Utara
tindak pidana korupsi. Ia juga dikonstruksi sebagai lembaga independen yang lepas dari kungkungan struktural penguasa. Dan di atas semua itu, ia adalah
sebuah kebijakan kriminal criminal policy sebuah pilihan cara untuk memberantas korupsi.
KPK selaku lembaga baru sudah langsung dikenal oleh masyarakat Indonesia karena lembaga inilah yang ditunggu-tunggu Bangsa Indonesia selama
ini. Keluhan masyarakat yang kecewa atas kinerja penegak hukum, karena ada aparat penegak hukum yang seharusnya menjadi teladan justru menjadi tersangka
dalam kasus korupsi. Kepercayaan publik terhadap aparatur hukum akhirnya berada di titik nadir
11
. Uniknya, di tengah pesimisme terhadap aparat hukum, kepercayaan mereka terhadap institusi hukum tetap ada, inilah yang menjadi
kekuatan transedental hukum itu. Di tengah merosotnya kepercayaan publik terhadap institusi yang ada, harapan yang digantungkan kepada KPK untuk
mengusut kasus-kasus korupsi tetap besar yang terbukti dari meningkatnya Indeks Persepsi Korupsi di Indonesia
12
Komisi Pemberantasan Korupsi KPK mempunyai tugas yang sangat berat dalam melaksanakan tugasnya memberantas korupsi di Indonesia. Hal itu
tiada lain bermaksud, untuk tercapainya Good governance dan Clean Government di Indonesia. Dalam tugasnya KPK menurut peraturan perundangan mempunyai
.
11
Republika Online oleh M Ali Zaidan Komisioner Komisi Kejaksaan RI. Nadir adalah suatu titik paling rendah dari bulatan cakrawala atau dapat diartikan titik minimum.
12
Indeks Persepsi Korupsi IPK Indonesia pada 2008 menduduki peringkat 126 dari 180 negara atau diatas pilipina, laos, kamboja dan myanmar. Skor IPK Indonesia pada 2008 mengalami
kenaikan 0,3 dari skor 2,3 2007 dan peringkatnya 143 2007 menjadi 2,6 2008. Data dari transparency International Indonesia TII Mendapat apresiasi yang tinggi dari para responden
karena keseriusan pemerintah dalam upaya pemberantasan korupsi yang dilihat dari penanganan kasus-kasus korupsi IPK 2008 itu berdasarkan 13 survei dari 11 lembaga independent dengan nilai
berkisar 10 paling bersih dan 0 paling korup
Universitas Sumatera Utara
kekuatan tak terbatas superbody. Tatkala KPK menjalankan amanat peraturan itu, lembaga ini dihadapkan dengan beragam perlawanan, tantangan dan
kontroversi. Perlawanan itu muncul terkait dengan tindakan yang diambil KPK guna mewujudkan Indonesia, benar-benar bebas dari praktik Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme KKN. KPK yang memiliki misi untuk mendukung tercapainya visi yaitu
Pendobrak, Pendorong, Pemimpin dan Penggerak Perubahan untuk Mewujudkan Indonesia yang Bebas dari Korupsi. Dari pemaparan misi tersebut sudah jelas
bahwa KPK harus menjadi jenderal yang memimpin perang melawan korupsi. Dengan kata lain KPK yang berjalan didepan untuk mewujudkan reformasi
birokrasi. KPK yang memiliki beberapa tugas yang salah satunya adalah mencegah terjadinya tindak pidana korupsi yang programnya seperti
melaksanakan perbaikan sistem pemerintahan khususnya di sektor pelayanan publik, pemberdayaan aparat pengawasan, dan peningkatan peran serta
masyarakat. KPK yang dinyatakan sebagai lembaga terdepan dalam mewujudkan
reformasi birokrasi lebih fokus terhadap pencegahan korupsi yang langsung menyentuh pada akarnya, dengan berbagai upaya seperti mengintroduksi sarana
lain yang bersifat preventif nonpunitif pada calon pelaku yang mana nantinya akan meminimalisir terjadinya korupsi untuk kedepannya.
Dalam penelitian ini saya mencoba mengevaluasi program KPK yang fokusnya kepada program pencegahan yakni perbaikan sistem administrasi untuk
mencegah timbulnya tindak pidana korupsi yang baru. Dalam menggerakkan reformasi birokrasi agar tercipta clean government dan good governance maka
Universitas Sumatera Utara
pencegahan itu penting agar membenahi sistem pemerintahan dan membina masyarakat dengan memberi penyadaran akan bahaya korupsi bagi kelangsungan
hidup bangsa. Menurut analisis KPK, tindak pidana korupsi yang dilakukan para birokrat
sebagian besar tidak merasa bahwa yang dilakukan itu korupsi suatu hal kewajaran dan tidak menganggap itu sebagai korupsi dikarenakan sudah menjadi
budaya yang mendarahdaging seperti menerima uang dari masyarakat ketika berurusan dengan pelayanan pemerintah dan berbagai jenis gratifikasi lainnya.
Dari analisis itulah KPK lebih fokus kepada pencegahan seperti mensosialisasikan pengertian korupsi kepada masyarakat dengan melakukan pendidikan dini
mengenai korupsi. KPK dengan salah satu motto kerjanya “memahami untuk membasmi”
13
Itulah sebabnya, komisi ini berharga untuk ditinjau bukan karena ia tidak
progresif. Seperti dikatakan di atas, ia terbilang sebuah terobosan terhadap
struktur hukum di bidang korupsi. Di samping itu, penelitian ini merupakan evaluasi tahap pelaksanaan retrospektif yang telah dituangkan dalam program-
program KPK dalam pemberantasan korupsi. Dalam penelitian ini fokus kajian yang akan dianalisis yang sesuai dengan basic peneliti sebagai mahasiswa Ilmu
Administrasi Negara adalah pada bidang pencegahan karena menurut peneliti bidang pencegahan akan memperbaiki sistem birokrasi yang nantinya dapat
menciptakan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN clean government dan berusaha untuk menyadarkan masyarakat dan birokrat agar tidak
melakukan korupsi dengan tidak sengaja.
13
Kurikulum Antikorupsi. Harian Seputar Indonesia, 21 Mei 2007
Universitas Sumatera Utara
menciptakan pemerintahan yang baik good governance. Evaluasi dilakukan untuk memperoleh umpan balik agar dapat dikenali secara dini peyimpangan-
penyimpangan pelaksanaan dari pencegahan korupsi, dan kemudian dapat dirumuskan langkah-langkah perbaikan yang tepat sasaran dan tepat waktu.
B. Perumusan Masalah