Gratifikasi Evaluasi Program Pencegahan Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) (Studi Tentang Rencana Strategis KPK Tahun 2008-2011)

rekomendasi perbaikan sistem dan prosedur. Dan juga adanya kebijakan KPK untuk memisahkan rekening lembaga dengan rekening pribadi yang dilihat dari penelusuran LHKPN yang dinyatakan adanya pencampuran rekening itu. 54 Pengertian penyelenggara negara PN menurut UU No 28 Tahun 1999 bahwa penyelenggara negara adalah pejabat negara yang memiliki tugas dan fungsi yang mempengaruhi pencapaian cita-cita bangsa. Pemimpin yang bisa mempengaruhi kinerja, loyalitas serta karakter karyawannya, 55 Berdasarkan pasal 12b UU Nomor 31 Tahun 1999, gratifikasi atau pemberian hadiah kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap sebagai pemberian suap, bila berkaitan dengan jabatan dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya. Gratifikasi yang dimaksud adalah segala bentuk pemberian dalam arti luas. Pemberian itu bisa berupa uang, barang, rabat atau diskon, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. sehingga dalam pemberantasan korupsi melalui pencegahan yang menjadi fokusnya adalah para penyelenggara negara agar dapat menjadi contoh bagi bawahannya. Dari strategi pencegahan yang dilakukan KPK melalui pendaftaran dan pemeriksaan LHKPN ini, sudah terlihat representatif dari transparansi PN kepada publik, yang dimana LHKPN itu bisa menjadi celah KPK dalam pemberian rekomendasi perbaikan kepada institusi dimana PN tersebut bertugas sehingga fungsi detektif KPK bisa terlaksana untuk memperbaiki sistem administrasi dengan komprehensif.

B. Gratifikasi

54 Indo Pos, 31 Agutus 2008 55 AB.Susanto, Koesnadi Kardi. Quantum Leadership Kepemimpinan dalam Dunia Bisnis dan Dunia Militer. Jakarta, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2003 Hal. 144 Universitas Sumatera Utara Gratifikasi yang bersifat korupstif 56 Kebijakan gratifikasi ini diturunkan dari strategi pencegahan korupsi yang diambil dari Konferensi Internasional Anti Korupsi yang berisikan untuk berperan aktif mengamati dan mencegah gejala-gejala praktik korupsi sehingga kebiasaan- kebiasaan yang cenderung menumbuhkan praktik kolusi dan korupsi menghilang. menjadi salah satu perkembangan modus operandi korupsi, dimana dalam program yang menjadi salah salah satu strategi pencegahan korupsi melakukan pelaporan gratifikasi agar dikalangan PN tidak sembarangan menerima pemberian dalam bentuk apapun dan dari manapun. Pelaporan ini dilakukan KPK untuk diperiksa dan kemudian KPK memutuskan apakah pemberian itu dinyatakan gratifikasi bersifat korupstif atau tidak. Gratifikasi yang menjadi modus operandi korupsi dan tidak asing lagi di Indonesia yang dimana lebih dikenal dengan ”parsel” 57 Dari banyaknya laporan gratifikasi yang masuk ke KPK dan hasil observasi KPK, bahwa tindak pidana korupsi yang dilakukan PN bukan karena mereka ingin melakukan korupsi, akan tetapi karena ketidaktahuan mereka akan modus operandi korupsi yang berkembang. Banyak yang beranggapan bahwa korupsi yang dilakukan bukanlah tindakan pidana, melainkan suatu kebiasaan sudah sangat berkembang yang terindikasi dari banyaknya gratifikasi yang terjaring KPK dan hasilnya ditetapkan menjadi milik negara. Dari laporan KPK di tahun 2008 telah terjaring dana dari gratifikasi sebesar Rp3.886.731.957,00 jumlah ini termasuk luncuran dari akhir tahun 2007 dan barang senilai Rp1.444.831.389,00 dan USD1,325.00 termasuk 5 buah mobil. 56 Kompas, 23 September 2008 57 Adhi Setyo Tamtomo. Koran Tempo, Parsel Tidak Dilarang. Sabtu, 14 Oktober 2006. Universitas Sumatera Utara yang sudah membudaya dan bahkan dianggap sebagai keramahtamahan kepada PN. KPK yang mempelajari korupsi, dan menindaklanjutinya dengan tindakan pencegahan yaitu dengan melakukan sosialisasi dalam meningkatkan pemahaman PN terhadap apa yang dimaksud dengan gratifikasi, sehingga PN mengetahui bahwa yang dilakukan selama ini adalah bentuk dari tindak pidana korupsi. Selain itu, KPK juga melakukan sosialisasi tata cara pelaporan gratifikasi bagi lembaga pemerintah, BUMN, Perusahaan swasta, dan LSM serta organisasi lain. Banyak cara KPK dalam melakukan sosialisai gratifikasi agar maksimalnya pelaporan gratifikasi yaitu pengadaan Box Acrylic sebanyak 760 buah, serta perangkat sosialisasi lainnya sejumlah 23.419 buah berupa stiker, poster, dan leaflet dan pendistribusian formulir gratifikasi yang dilakukan melalui kegiatan sosialisasi maupun dengan pengiriman. Dari sosialisasi dan distribusi form gratifikasi tercatat hingga Desember 2008 telah terdistribusi sebanyak 78.527 lembar formulir Gratifikasi dari kegiatan sosialisasi yang dilakukan, baik melalui tatap langsung ataupun melalui media, jumlah orang yang tersentuh langsung sebanyak 7.068 orang dan yang tidak langsung sejumlah ± 127 ribu orang. Upaya KPK dalam pelaksanaan laporan gratifikasi ini diharapkan agar seluruh PN ikut serta mendukung meminimalisir terjadinya tindakan gratifikasi dan dalam memberikan pendidikan singkat kepada masyarakat untuk tidak melakukan budaya gratifikasi kepada PN yang secara tidak langsung sudah mengaburkan dan merusak substansi pelayanan publik yang menjadi tugas memberi pelayanan kepada masyarakat dan selalu menghimbau masyarakat Universitas Sumatera Utara apabila ingin memberi bingkisan atau dana pada hari raya besar bukan kepada PN tetapi kepada rakyat miskin dan korban bencana alam. 58 C. Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat C.1. Pendidikan AntiKorupsi