Monitoring Evaluasi Program Pencegahan Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) (Studi Tentang Rencana Strategis KPK Tahun 2008-2011)

E.2. Kerja sama Internasional Menjalin kerja sama internasional yang tujuannya untuk pengembangan jaringan Kerja sama bilateral dan multilateral MoU, perjanjian internasional, konvensi multilateral, yang dilakukan dengan menghadiri forum-forum internasional, capacity building, advokasi, koalisi, dan upaya dalam penggalangan donor merupakan suatu bentuk mencari dukungan untuk mendukung program pencegahan di Indonesia. Pada dasarnya, kerja sama ini dilakukan untuk mencari dukungan dari luar seperti membuka wacana baru yang didapat dari mengikuti forum-forum internasional untuk mendiskusikannya dengan negara atau badan independen pemberantasan korupsi lainnya yang sudah berpengalaman dalam memberantas korupsi. Salah satu bentuk kerja sama itu adalah dengan Anti-Corruption and Civil Rights Commision ACRC Korea Selatan yang menjalin kerja sama pencegahan yang gunanya dalam pertukaran pengalaman mengenai reformasi birokrasi di kedua negara. KPK dan ACRC juga akan menggelar dialog kebijakan mengenai pengukuran korupsi di sektor publik 67 Monitoring dalam hal ini berupa pemerikasaan dan pengawasan yang dikaitkan sebagai satu kesatuan dalam hubungannya dengan kegiatan yang . Dari hasil kerja sama itu bisa menambah pengetahuan KPK mengenai cara yang lebih baik dalam pencegahan korupsi dimana ACRC memiliki prestasi gemilang dalam pemberantasan korupsi di Korea Selatan.

F. Monitoring

67 Seputar Indonesia. KPK Kerja Sama Pencegahan Korupsi dengan Korea Selatan. 18 Juli 2008. Universitas Sumatera Utara dilakukan guna memperoleh pertanggungjawaban pelaksanaann kebijakan. Pada umumnya, pengawasan bertujuan antara lain : 1. menjaga agar rencana itu dalam realisasinya tetap terarah pada tujuan yang telah ditentukan. 2. menjaga agar pelaksanaannya itu sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan peraturan yang berlaku 3. menjaga agar tugas itu dijalankan berdaya guna termasuk pengurusan, pemeliharaan sesuai dengan tujuan. 4. melakukan usaha-usaha untuk mengatasi hambatan, mengendalikan penyimpangan-penyimpangan, serta akibat-akibatnya. Sedangkan berdasarkan sifatnya, pengawasan terdiri dari pengawasan preventif dan pengawasan represif. 68 Jadi adanya pengawasan preventif dimaksudkan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan. Pengawasan preventif ini biasanya berbentuk prosedur-prosedur yang harus ditempuh dalam melaksanakan kegiatan. Dengan ditempuhnya prosedur-prosedur yang seharusnya dan yang ditetapkan berarti pengawasan preventif telah sesuai dengan ketentuan- ketentuan yang bertujuan : Pengawasan preventif yang dilakukan sebelum suatu tindakan dalam pelaksanaan kegiatan dilakukan. Apabila dalam pengawasan preventif diketahui bahwa suatu tindakan yang akan dilakukan ternyata tidak sesuai atau menyimpang dari ketentuan-ketentuannya, maka tindakan tersebut tidak boleh dilakukan. 68 Gunawan Widjaja. Pengelolaan Harta Kekayaan Negara-Suatu Tinjauan Yuridis. Jakarta, Raja Grafindo Persada. 2002. Hal.95 Universitas Sumatera Utara 1. mencegah terjadinya tindakan-tindakan yang menyimpang dari dasar yang telah ditentukan. 2. memberikan pedoman bagi terlaksananya pelaksanaan kegiatan secara efektif dan efisien. 3. menentukan sasaran atau tujuan yang akan dicapai. 4. menentukan kewenangan atau tanggung jawab berbagai instansi sehubungan dengan tugas yang harus dilaksanakan Monitoring dapat mendorong lembaga dan masyarakat untuk mengantisipasi kerawanan korupsi dan potensi masalah penyebab korupsi di lingkungan masing-masing. Hasil itu bisa dicapai apabila semua strategi dan kebijakan yang telah dirumuskan dapat diterapkan dalam kehidupan organisasi. Namun masalah yang sering dihadapi dalam implementasinya dapat menyebabkan penyimpangan dan pergeseran nilai yang sudah ditetapkan. Sasaran KPK untuk meningkatkan integritas dan efektifitas fungsi pengawasan pada masing-masing instansi melalui restrukturisasi kedudukan tugas dan fungsi unitlembaga pengawasan dilakukan dengan mengkaji sistem pengelolaan administrasi di lembaga negara dan pemerintah, memberikan saran perbaikan kepada instansi terkait, dan memantau implementasi saran perbaikan tersebut. Kajian yang dilakukan KPK yang menjadi tugas pokok monitoring dilakukan dengan kajian sistem dan kajian literatur. Universitas Sumatera Utara F.1. Kajian Sistem Kajian sistem yang dilakukan diberbagai instansi seperti Sistem Pelayanan Perpajakan, Sistem Pengelolaan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara KPPN, Kajian Sistem Perencanaan, kajian Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraAPBN dan Kajian Sistem Penyelenggaraan Jalan Nasional. Dari hasil kajian sistem pelayanan ini, ditemukan banyaknya celah-celah terjadinya korupsi, sehingga KPK melakukan pencegahan dalam bentuk memberi rekomendasi perbaikan berupa prosedur kepada instansi yang berkaitan. Kajian perencanaan APBN yang dianggap mempengaruhi proses pelaksanaan suatu kebijakan dilakukan dengan melihat kelemahan-kelemahan selama ini yang menimbulkan tindakan bersifat koruptif. Dari hasil kajian itu menghasilkan rekomendasi bagi legislatif yang dimana dalam proses pembuatan kebijakan dilihat ada banyaknya peluang terjadinya korupsi diakibatkan kurang transparansinya dalam perumusannya yang meliputi pengkajian potensi terjadinya korupsi, proses kerja, dan kelemahan kelembagaan. Strategi KPK yang ikut dalam proses perencanaan APBN, diharapkan juga dapat membangun aura rasa segan dan takut bagi anggota parlemen yang mulai pasang saham dalam rencana korupsi saat penyusunan anggaran tersebut. Kajian sistem penyelenggaraan jalan nasional perlu dilakukan dikarenakan jalan nasional mempunyai peranan besar dalam mewujudkan sasaran pembangungan nasional, APBN yang dialokasikan untuk penanganan jalan nasional, yaitu Rp 18,4 triliun pada 2008, namun realisasinya yang ditemukan dilapangan hanya sebesar 27,75 kondisi baik saat ini. Sehingga disimpulkan Universitas Sumatera Utara banyaknya penyimpangan yang terjadi. Sampai dengan Desember 2008, kajian sistem penyelenggaraan jalan nasional ini masih dalam tahap finalisasi laporan. F.2 Kajian Literatur Kajian ini dilatarbelakangi dengan adanya tumpang-tindih peraturan yang dapat membingungkan dan penafsiran yang berbeda-beda. Bahkan, ada peraturan yang justru mendorong orang untuk berperilaku koruptif. Pada dasarnya, pemerintahan berdasarkan hukum dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Hukum mengharapkan pejabat publik menjalankan fungsi administrasinya secara tepat dan adil. Namun kenyataannya, beberapa peraturan pemerintah terkait manajemen SDM adanya unsur yang kontraproduktif dengan semangat reformasi birokrasi, yang mengakibatkan lambannya proses reformasi birokrasi. Beranjak dari situ, KPK mencoba menganalisis Peraturan Pemerintah yang dianggap kurang mengikuti perkembangan zaman, hingga dirasakan tidak efektif dalam penerapannya di lapangan. Pada tahun 2008, KPK mengkaji 10 Peraturan Pemerintah yang fokusnya kepada Manajemen SDM. Hasil kajian Peraturan itu, ditemukan kelemahan-kelemahan aturan yang mempengaruhi kinerja PNS diantaranya belum memperhitungkan sistem penilaian kinerja dan pola karier, penghasilan, reward and punishment-nya, panjangnya jalur birokrasi dalam pengambilan keputusan. Dari kelemahan ini maka KPK mencoba mengatasi masalah tersebut dengan mengajukan revisi secara menyeluruh terhadap peraturan kepegawaian, mulai dari perencanaan SDM, rekruitmen, pengembangan, hingga pemberhentian PNS. Universitas Sumatera Utara Selain itu, KPK juga mengkaji mengenai aliran dana untuk pendidikan yaitu, aliran dana BOS bantuan operasional Sekolah sebesar 10 triliun, Kajian tentang Buku Sekolah dan Dana Alokasi Khusus DAK yang mencapai 7 triliun untuk mendukung program pendidikan dasar 9 tahun yang dianggap meresahkan masyarakat dimana ditemukan banyaknya penyimpangan dalam penggunaan dana dan merugikan masa depan pendidikan nasional. Universitas Sumatera Utara BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan