Corruption Task Force; ADB  OECD  Anti Corruption Innitiative Taskforce; ACA Anti Corruption Authorities Forum; ASEAN Multilateral Cooperation
on Anti  Corruption  atau SEAPAC South East Parties  Against Corruption; ASEAN SOMTC Senior  Official Meeting on Transanational Crimes;
Interpol;APGFATF Forum; Expert Working  Group on Asset Recovery; OKI Organisasi  Konferensi Islam; Anti-Corruption and  Enhancing National
Integrity; Anti Corruption Hunter Networks; Working Group on UNCAC di Wina dan lain-lain.
c. Menyelenggarakan kegiatan seminar dan  workshop  di level internasional,
termasuk  kegiatan PBB dalam lingkup kegiatan  UNCAC yang dikoordinasi oleh UNODC.
3. Penelusuran Aset
Kegiatan penelusuran aset dilaksanakan dalam  rangka mengoptimalkan pengembalian kerugian  negara serta menjawab keprihatinan masyarakat  melihat
jumlah pengembalian aset negara yang  hilang karena  TPK. Dalam kurun waktu Januari-Desember 2008, telah dilakukan sebanyak 14  kegiatan penelusuran aset
dengan jumlah aset yang ditemukan sebesar Rp 6,7 Triliun.
F.6. Monitor
Monitoring terhadap lembaga negara dan pemerintah  dilaksanakan KPK dengan mengkaji sistem pengelolaan  administrasi di lembaga negara dan
pemerintah,  memberikan saran perbaikan kepada instansi terkait,  dan memantau implementasi saran perbaikan tersebut.  Tugas monitoring tersebut dilakukan
melalui empat kegiatan pokok, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
F.6.1. Kajian Sistem F.6.1.1 Kajian Sistem Pelayanan Perpajakan
Pada 23 Januari 2008 hingga 11 Juli 2008, KPK  melakukan kajian terhadap sistem pelayanan  perpajakan di Direktorat Jenderal Pajak DJP,
khususnya terhadap program 8 layanan unggulan  DJP. Untuk mendapatkan informasi yang memadai, Tim Kajian KPK melakukan kajian lapangan di Kantor
Pusat DJP, enam Kanwil DJP, dan 16  KPP. Juga melakukan kajian literatur dan melakukan  observasi singkat di sejumlah KPP.  Dari kajian terhadap sistem
pelayanan perpajakan tersebut diperoleh temuan-temuan pokok sebagai berikut: 1.
Masih maraknya tindak pidana korupsi dalam proses pelayanan pajak. 2.
Lemahnya pengawasan. 3.
Belum diimplementasikannya pelayanan prima secara penuh. 4.
Tidak adanya batasan besaran lebih bayar  pajak yang permohonan restitusinya harus melalui pemeriksaan.
5. Sistem informasi perpajakan yang beragam dan tidak terintegrasi.
6. Manajemen Sumber Daya Manusia yang belum  baik, meliputi: Dasar
penempatan pegawai  baru, tidak jelas dan tidak transparan, Sistem mutasi dan promosi tidak transparan, Kurangnya  pegawai yang
berkualitas, dan Alokasi SDM kurang mempertimbangkan beban kerja tiap KPP dan kualitas pegawai.
7. Jauhnya lokasi KPP dari wilayah kerjanya.
8. Penyebaran aktiva tetap sarana teknologi  informasi dan kendaraan
dinas dari Kantor  Pusat ke Kantor wilayah dan KPP yang kurang sesuai dengan kebutuhan.
Universitas Sumatera Utara
9. Peraturan perpajakan yang kurang mendukung pelaksanaan pelayanan.
10. Kebijakan dan peraturan internal yang kurang  mempertimbangkan
kondisi di lapangan. 11.
Kurang baiknya pengadministrasian aktiva tetap. Berdasarkan hasil kajian tersebut, KPK merekomendasikan  sejumlah
perbaikan yang telah disampaikan  kepada Menteri Keuangan dan Dirjen Pajak pada 20 Agustus 2008, yang garis besarnya  adalah: peningkatan komitmen
pimpinan pada  lembaga yang mengurusi perpajakan; diadakannya  pembenahan sistem reformasi birokrasi meliputi  manajemen SDM, bussiness process dan
infrastruktur,  serta anggaran; dan peningkatan pengawasan  dan penindakan law enforcement.
F.6.1.2.  Kajian Sistem Pengelolaan Kantor Pelayanan  Perbendaharaan Negara KPPN
Secara umum reformasi yang dijalankan KPPN  Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara  sejauh ini telah meningkatkan kualitas pelayanan  dan
meletakkan dasar-dasar  good governance.  Meskipun demikian, hasil kajian terhadap sistem  pengelolaan KPPN menyimpulkan masih terdapat  beberapa
kelemahan dalam aspek tata laksana,  kelembagaan, dan manajemen SDM yang membuka peluang terjadinya korupsi yang  meliputi: penyalahgunaan wewenang
yang  menyebabkan kerugian keuangan negara,  pemerasan, pemberian suap, atau pemberian gratifikasi.
Kelemahan-kelemahan tersebut adalah: 1.
Belum semua KPPN menerapkan konsep KPPN Percontohan
Universitas Sumatera Utara
2. Belum dilaksanakannya pengawasan secara  khusus terhadap kepatuhan
kode etik 3.
Belum memadainya sistem keamanan database KPPN 4.
Jumlah dan kompetensi pegawai belum sesuai dengan kebutuhan 5.
Dimungkinkannya terjadi kontak langsung antara petugas KPPN dengan rekanan.
6. Belum ada sistem yang menunjang transparansi dan akuntabilitas belanja
pemerintah. Untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan tersebut,
KPK telah merekomendasikan beberapa saran  perbaikan yang disampaikan kepada Dirjen
Perbendaharaan Negara pada 27 November 2008, sebagai berikut: a.
Disusunnya rencana untuk mengubah secara  bertahap seluruh KPPN menjadi KPPN yang menerapkan konsep KPPN Percontohan
b. Sementara menunggu penyesuaian jumlah  dan kompetensi SDM yang
dibutuhkan,  dikeluarkannya peraturan yang mewajibkan  seluruh KPPN Non Percontohan menerapkan SOP Penerbitan SP2D Percontohan
c. Diperluasnya lingkup pengawasan Bidang  Pembinaan Perbendaharaan
Kantor Wilayah hingga permasalahan kepatuhan pegawai terhadap kode etik
d. Dilakukannya peningkatan kapasitas yang
dapat meliputi penyempurnaan metodologi,  peningkatan kompetensi, jumlah, serta
sarana  dan prasarana oleh Bidang Pembinaan  Perbendaharaan Kantor Wilayah
Universitas Sumatera Utara
e. Disempurnakannya sistem keamanan database  KPPN, misalnya dengan
membuat password database yang berlapis f.
Dilakukannya analisis beban kerja dan analisis jabatan untuk mengetahui jumlah pegawai ideal untuk setiap KPPN.
g. Dilakukannyaprogram pengurangan kelebihan  pegawai hingga sesuai
dengan kebutuhan. h.
Dikeluarkannya peraturan yang melarang  pihak-pihak  yang tidak berwenang untuk  melakukan kontak dan pengurusan di KPPN  serta
melakukan pengawasan terhadap  pelaksanaannya.  Di samping saran perbaikan pada aspek-aspek  sistem pengelolaan KPPN di atas, hasil
kajian ini  juga menyarankan pelaksanaan pengumuman  data realisasi belanja pemerintah melalui website  untuk meningkatkan transparansi
dan akuntabilitas pelaksanaan APBN.
F.6.1.3.  Kajian Sistem Perencanaan dan Penyusunan  Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN
A. Kajian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN di DJA