surga dengan jiwa dan raganya. Selain itu, Gereja-gereja –terlebih Gereja-gereja Latin- mulai menafsirkan Alkitab –baik dari Perjanjian Lama ataupun Perjanjian
Baru- secara alegoris untuk diterapkan kepada Maria. Bersamaan dengan berkembangnya kedua ajaran di atas, berkembang pula
refleksi tentang peranan Maria dalam karya penyelamatan Allah. Dengan berkembangnya refleksi dan ajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa pada masa ini
penghormatan kepada Maria mendapat perhatian yang luar biasa dari umat Roma Katolik, bahkan pesta-pesta dan devosi kepada Maria berkembang dengan cepat
jumlahnya.
2. Zaman Pertengahan
Seperti telah diuraikan di bab sebelumnya, Mariologi dan Devosi Marial merupakan dua entitas yang berbeda tetapi sangat berkaitan erat dan tidak dapat
dipisahkan. Hal ini disebabkan karena Mariologi menghasilkan refleksi para teolog tentang Maria, dan dari hasil refleksi itulah muncul gejala-gejala penghormatan
kepada Santa Perawan Maria Devosi Marial. Pada masa ini Mariologi dan Devosi Marial mencapai zaman keemasannya.
Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya para teolog terkenal –yang melakukan refleksi teologi tentang Santa Perawan Maria- muncul pada masa ini, antara lain:
Bernardus, Bonaventura, Tomas Aquinas, dan lain-lain. Tomas Aquinas misalnya, melakukan penelaahan sistematis dan tuntas
tentang dogma Theotokos. Selain itu, dia juga meletakkan dasar yang kokoh untuk
Mariologi, khususnya untuk keibuan dan penghormatan khusus hyperdulia kepada Maria.
59
Pada masa ini, Mariologi dan Devosi Marial lebih berkembang di Gereja Timur Latin dibandingkan dengan Gereja Barat. Di Timur, para penulis seperti
Anselmus dan Bernardus mengembangkan tema-tema terdahulu, seperti keibuan Illahi, keperawanan kekal dan kesucian Maria. Anselmus misalnya, dia meletakkan
dasar uraian tentang semua ajaran Mariologis yang muncul sebelum masa ini – khususnya Maria sebagai pengantara- secara ilmiah dan sistematis, karena
sebelumnya ajaran tentang Maria tidak memiliki dasar-dasar yang kokoh dan argumnetasi yang kuat, karena lebih kepada kepercayaan umum umat Sensus
Fidelium. Kemudian St. Bernardus salah satu teolog terkenal di Timur, merupakan penggerak ulung dalam hal penghormatan kepada Maria. Pengembangan ajaran-
ajaran tersebut membuat ajaran ketakbernodaan Immaculata dan pengangkatan Maria ke surga makin diterima di antara umat, tanpa mengalami pertentangan dan
analisa kritis seperti di Barat.
60
Ajaran Maria dikandung tanpa noda Immaculata sendiri diterima secara umum setelah Konsili Trente, sedangkan ajaran Maria
diangkat ke surga sudah diterima sebelumnya.
61
Di masa ini Maria tidak lagi dilihat dari aktivitas dan peranannya ketika dia hidup bersama Yesus, tetapi lebih kepada aktivitas dan peranan aktualnya di surga.
Umat Kristen di masa ini memandang Maria sebagai Ratu Surgawi yang
59
Maria Handoko, Santa Perawan Maria Bunda Allah, h. 29.
60
Ibid, h. 29.
61
Dogma Gereja tentang Maria diangkat ke Surga ditetapkan oleh Paus Pius XII pada tanggal 1 November 1950 dalam konstitusi apostolis Manificentissimus Deus. Sedangkan Dogma Maria Tanpa Noda
Dosa Asal ditetapkan oleh Paus Pius IX pada tahun 1954. Lihat Eddy Kristiyanto, Maria Dalam Gereja, h. 100.
memperhatikan dan mendoakan umat. Umat beranggapan bahwa doa Maria sangat berkuasa dibanding orang-orang kudus lainnya, karena doa itu merupakan
kelanjutan dari keibuan dan kesucian Maria yang istimewa. Bentuk devosi kepada Maria –dalam hal ini doa-doa untuk Maria- mulai
muncul pada masa ini, seperti doa Angelus abad XIII dan doa Rosario abad XIII – XV. Selain itu, doa Salam Maria juga sudah muncul pada masa ini meski hanya
bagian pertamanya saja. Doa-doa tersebut sampai sekarang lazim dipakai oleh umat Katolik.
62
Dari perkembangan ini bisa disimpulkan Maria tidak hanya dipandang dalam kerangka besar karya keselamatan, tetapi lebih kepada pribadinya, khususnya suka
dukanya sebagai Ibu Allah, dan juga selama kesengsaraan Yesus.
3. Zaman Modern