Sebelum Zaman Pertengahan Devosi Marial dalam Lintasan Sejarah

dihormati dan umat mulai berdoa kepadanya, terlebih setelah Konsili Efesus 431 M meresmikan gelar Theotokos kepada Maria, peresmian itu semakin mengobarkan semangat devosi rakyat kepada Maria. 56 Dari latar belakang sejarah tentang Devosi Marial di atas, penulis membagi tiga bagian perjalanan sejarah Devosi Marial, dimana di dalamnya akan membahas pasang- surut devosi kepada Santa Perawan Maria dari waktu ke waktu.

1. Sebelum Zaman Pertengahan

Pada masa ini Devosi Marial tidak mendapatkan banyak perhatian, karena Gereja lebih menitikberatkan perhatian pada Yesus Kristus dengan cara merumuskan secara tegas ajaran iman Gereja tentang Yesus Kristus yang diwartakan oleh para Rasul. Hal ini dikarenakan Gereja –khususnya para apologet 57 - masih disibukkan oleh serangan Gnostisisme, Decotisme, dan aliran-aliran lainnya yang menolak realitas material tubuh Yesus Kristus. 58 Oleh karena itu, dalam dokumen-dokumen kuno yang secara resmi diakui oleh Gereja seperti surat Clemens dari Roma kepada umat di Korintus, Ajaran Dua Belas Rasul, dan Surat kepada Barnabas, Maria tidak disebut sama sekali, karena titik pusat pewartaan pada masa ini ialah Yesus Kristus. Tetapi penjelasan dan perhatian kepada Maria pada kedekatan dengan Kristus. Gelar Martir dan Santo merupakan pemberian dari orang-orang sesudahnya sebagai sebuah bentuk penghormatan. 56 Devosi Maria, artikel diakses pada 8 Desember 2007 dari http:www.guamaria.org 57 Apologet adalah para pejuang atau pembela Yesus Kristus. 58 Menurut aliran-aliran tersebut, Kristus tidak mempunyai tubuh sesungguhnya –selama Yesus berada di dunia-, tetapi hanya tampaknya saja Yesus mempunyai tubuh. Pendapat ini didasari pada pandangan yang menyatakan bahwa materi yang terdapat pada tubuh manusia memiliki sifat yang jahat, lemah dan mematikan. Kesimpulannya, Yesus bukanlah manusia sungguh-sungguh, hanya tampaknya saja Ia manusia. Lihat Eddy Kristiyanto, Maria Dalam Gereja, h.18. masa ini bisa ditemukan dalam tulisan-tulisan apokrip, misalnya Proto Injil Yakobus. Ceritera-ceritera dari tulisan apokrip ini sering diwarnai oleh daya imajinasi dan fantasi yang sangat tinggi, sehingga sulit dipercaya sebagai peristiwa historis. Oleh karena itu, kebenaran sejarah tulisan-tulisan ini tidak bisa dipertanggungjawabkan. Meskipun demikian tulisan-tulisan apokrip itu mencerminkan praktek-praktek devosi yang menonjol pada masa ini. Bentuk praktek devosi kepada Maria pada masa ini hanya dicerminkan melalui tulisan-tulisan apokrip tersebut. Belum ada pesta, doa atau ibadat khusus yang ditujukan kepada Maria. Maria belum dilihat sebagai orang kudus secara mandiri, tetapi dia hanya dilihat sebagai ”pintu” yang dilalui Yesus menuju ke dunia ini. Meskipun demikian, Maria sudah diingat dalam pembacaan Kitab Suci, walaupun hanya pada teks-teks yang menyatakan Maria tidak secara eksplisit, seperti Luk 1-2 yang mengakui kedudukan dan peranan Maria dalam sejarah penyelamatan, tetapi tidak ada dasar untuk suatu Devosi kepada orang kudus atau khususnya Maria dalam teks ini. Pernyataan Konsili Efesus tentang Maria sebagai Theotokos membuat para teolog memusatkan perhatian pada ajaran-ajaran yang berkembang sejak masa Gereja awali, yaitu ajaran tentang kesejajaran Maria dan Hawa, dan juga ajaran tentang keperawanan Maria pada masa sebelum, pada waktu, dan sesudah kelahiran Yesus. Melalui persoalan-persoalan tersebut perhatian beralih dari hidup Maria di Palestina kepada Maria dalam tugas aktualnya di surga. Oleh karena, itu muncullah ajaran tentang Maria dikandung tanpa noda Immaculata dan Maria diangkat ke surga dengan jiwa dan raganya. Selain itu, Gereja-gereja –terlebih Gereja-gereja Latin- mulai menafsirkan Alkitab –baik dari Perjanjian Lama ataupun Perjanjian Baru- secara alegoris untuk diterapkan kepada Maria. Bersamaan dengan berkembangnya kedua ajaran di atas, berkembang pula refleksi tentang peranan Maria dalam karya penyelamatan Allah. Dengan berkembangnya refleksi dan ajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa pada masa ini penghormatan kepada Maria mendapat perhatian yang luar biasa dari umat Roma Katolik, bahkan pesta-pesta dan devosi kepada Maria berkembang dengan cepat jumlahnya.

2. Zaman Pertengahan