BAB IV KEBAKTIAN KEPADA SANTA PERAWAN MARIA
DALAM GEREJA ROMA KATOLIK
A. Landasan Biblikal tentang Devosi Marial
Bagi umat kristiani, Alkitab diimani sebagai Sabda Allah dalam bahasa manusia atau Sabda Allah yang tertulis. Untuk lebih memahami dan mencintai Sabda Allah dalam
bahasa manusia itu, maka Alkitab harus dipandang sebagai buku iman Gereja dan buku kesaksian iman tentang Allah yang berkarya dan bersabda dalam sejarah manusia, dan
tentang jawaban manusia terhadap karya dan Sabda Allah tersebut. Oleh karena itu, umat Kristiani selalu menanamkan di dalam diri mereka bahwa “Firman Allah itu hidup dan
kuat”. Ibr 4:12. Alkitab dijadikan sebagai satu-satunya dasar iman bagi Penganut Gereja Kristen
Protestan. Tetapi bagi para penganut Gereja Roma Katolik, Alkitab bukanlah satu- satunya yang bisa dijadikan dasar iman, masih ada tradisi Gereja yang posisinya berada
di bawah Alkitab. Oleh karena itu, dogma-dogma dan devosi yang muncul mengenai Maria dalam
Kristen katolik bukan hanya berlandaskan Alkitab saja tetapi juga tradisi Gereja. Bahkan, dibandingkan dengan Alkitab, tradisi Gereja lebih mendominasi sebagai dasar teologis
untuk dogma-dogma tentang Devosi Marial –Alkitab sedikit sekali berbicara tentang Maria.
Dogma mengenai Maria mengalami suatu perkembangan yang panjang. Pada awalnya, Perjanjian Baru tidak menyampaikan secara eksplisit tentang kesalehan Maria,
40
bahkan Perjanjian Baru juga bisa dikatakan tidak mempunyai Mariologi. Baik Matius maupun Lukas memang menyampaikan bahwa Yesus dilahirkan dari Perawan Maria,
dimana Yusuf sama sekali tidak memainkan peranan penting. Tetapi Markus, Yohanes, dan Paulus tidak sekalipun menunjuk pada mukjizat ini. Hal itu menunjukkan bahwa
pada awalnya Maria sama sekali tidak menempati kedudukan sentral di dalam kekristenan. Penjelasan-penjelasan, baik yang terdapat dalam Matius maupun Lukas
kemungkinan besar hanya untuk menekankan keunikan Yesus saja, bahwa Ia dilahirkan oleh seorang perawan tanpa bapak biologis, bahkan penjelasan-penjelasan itu tidaklah
memperlihatkan suatu minat Mariologis, tetapi lebih cenderung kepada Kristologis. Menjelang akhir abad ke-II topik mengenai kesalehan Maria telah mengalami
perkembangan. Dengan informasi historik yang sangat terbatas di dalam Alkitab, – khususnya Perjanjian Baru-
73
sejumlah ahli kitab mencoba menggali sebanyak mungkin informasi tentang Maria yang terdapat di dalam Alkitab.
Injil Lukas merupakan sumber informasi yang paling sering dipakai oleh para ahli kitab untuk menggambarkan Maria. Hal ini disebabkan karena Injil Lukas paling banyak
memuat ayat-ayat yang berkaitan dengan Maria.
74
Dan pada akhirnya, informasi- informasi yang diperoleh para ahli kitab dijadikan dasarlandasan iman untuk
memberikan penghormatan kepada Maria. Gereja Roma Katolik memiliki keyakinan bahwa dasar devosi kepada Maria
bukanlah karena kuasanya mengabulkan doa, tetapi karena teladannya sebagai pribadi
73
Alkitab tidak sering menyebut Maria. Selain Matius pasal 1-2 dan Lukas pasal 1-2, Maria tiga kali disebutkan namanya, yaitu: Mat 13:55; Mrk 6:3 dan Kis 1:4. tanpa disebutkan namanya, Maria
ditampilkan dalam Mat 12:46; Mrk 3:31 dan Luk 8:19. Yohanes tidak pernah menyebut nama Maria tetapi menampilkannya dalam Yoh 2:1-3.5; 19:25-26; 6:42. Lihat Groenen, Mariologi Teologi dan Devosi, h. 25.
74
Perjanjian Baru memuat 152 ayat tentang Maria. Paulus, 1 ayat; Lukas, 89 ayat; Kisah, 1 ayat; dan sisanya terdapat pada Markus, Matius, dan Yohanes. Lihat Salvatore, Inilah Ibuku, h. 16.
yang beriman dan kesediaannya menyerahkan diri dan rela berkorban demi mengemban kehendak Allah. Penyerahan Maria kepada rencana dan kehendak Allah begitu murni,
tulus dan sempurna sehingga pantas menjadi teladan umat Kristiani –khususnya Katolik. Sikap penyerahan total ini dirumuskan dalam Injil Lukas ketika dia mendapat kabar dari
malaikat Gabriel bahwa dia akan mengandung Yesus. ”Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Luk 1:38. Karena kesempurnaan
Maria dalam hal iman inilah akhirnya umat menghormatinya.
75
Ayat yang biasanya dipakai juga untuk dijadikan dasar berdevosi kepada Maria adalah penegasan Injil Lukas yang berisi, ”Allah telah memperhatikan kerendahan
hamba-Nya. Sesungguhnya mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar
kepadaku ...” Luk 1:48-49.
76
Yang dimaksud ”perbuatan-perbuatan besar” Allah kepada Maria di sini adalah keterlibatan Maria dalam misteri keselamatan Illahi dan Gereja. Allah menghendaki
Maria ikut berperan secara aktif dalam misteri Kristus, tepatnya dalam misteri inkarnasi.
77
Keikutsertaan Maria menjadikan Allah Putra yang sungguh-sungguh Allah menjadi manusia Yesus Kristus, dimana dengan menjadi manusia, Allah Putra bertindak
sebagai penghapus dosa manusia dan menumbangkan kekuasaan jahat. Oleh karena itu, Yesus Kristus merupakan Allah sejati sekaligus manusia sejati karena Ia Allah Putra yang
75
Laurensius Mugito, SCJ, ”Devosi kepada Maria dalam Gereja Katolik”, h. 83.
76
Untuk lebih jelasnya baca Injil Lukas mulai dari kisah “Maria dan Elisabet” sampai “Nyanyian pujian Maria” Luk 1:38-56.
77
Bagi umat Kristiani, pewahyuan diri Allah dalam Putra-Nya yang menjadi daging dan tinggal di antara manusia demi penyelamatan dunia dipercaya sebagai peristiwa inkarnasi. Inkarnasi sendiri berasal
dari bahasa Latin in dan caro yang berarti hal menjadi daging. Dalam konteks pembicaraan ini Allah Putra memperoleh kodrat kemanusiaan-Nya dalam rahim Perawan Maria, atau justru karena dilahirkan oleh
manusia Maria, Allah Putra mendapat kodrat manusiawi. Lihat O’ Collins, Kamus Teologi, h. 118.
dikandung dan dilahirkan oleh perawan suci. Jadi, karena perbuatan-perbuatan besar Allah kepada Maria umat menghormati Maria.
78
Lebih dalam lagi, Injil Yohanes 19: 25-27 mengatakan, ”Dan dekat salib Yesus berdiri Ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika
Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: ”Ibu, inilah, anakmu” kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya:
”Inilah ibumu” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.” Ayat tersebut menunjukkan bahwa Yesus menitipkan ibu-Nya kepada murid-Nya Yohanes,
dan Yohanes dititipkan kepada Maria. Artinya Maria dijadikan bunda para murid dan para murid dijadikan anaknya Santa Perawan Maria, sehingga hubungan Maria sebagai
Bunda Yesus terus berlanjut sampai sekarang Maria menjadi bunda umat pengikut Yesus, karena murid-murid Yesus dianggap sebagai anak dari Maria.
79
Dalam teks-teks Perjanjian Baru tentang Maria terdapat beberapat teks-teks Perjanjian Lama yang dikutip secara eksplisit Yes 7:14 atau mungkin disinggung secara
implisit Kej 3:15, Zef 3:14-20. Menurut beberapa ahli Mariologi Katolik teks-teks Perjanjian Lama tersebut sejak semula sudah mengandung bayangan atau pertanda
tentang Maria.
80
Bagi para ahli kitab, Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, ataupun Tradisi Suci menggambarkan Maria dengan tugasnya dalam tata penyelamatan. Dalam hal ini tugas
Maria juga ditampilkan seakan-akan untuk dikagumi. Memang Alkitab maupun tradisi memberikan perhatiannya bukan kepada pribadi dan tugas Maria, melainkan yang paling
78
Eddy Kristiyanto, Maria Dalam Gereja, h. 78-80.
79
Wawancara pribadi dengan Bapak Thomas Suharjono, Depok, Jawa Barat, 06 April 2008.
80
Martin Harun dan Pitoyo Adhi, ed., Maria dalam Perjanjian Baru, Jakarta: Penerbit Obor, 1988, h. 20.
utama ialah fungsi, karya, martabat dan pribadi Yesus Kristus. Oleh karena itu para Bapa Gereja memberikan pandangan bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan Santa
Perawan Maria harus dimengerti dan dibaca dengan bertitik tolak pada peristiwa ”puncak” Yesus kristus, yang dimaksud dengan peristiwa ”puncak” di sini ialah peristiwa
kebangkitan Yesus Kristus. Kebangkitan Yesus Kristus ini menyatakan penyelamatan tindakan Allah demi umat manusia. Selain itu, peristiwa ini juga menjadi bukti bahwa
Yesus dari Nazareth, anak Maria adalah Allah yang berkuasa atas dosa dan maut.
81
Para Bapa Gereja beranggapan bahwa hanya dengan bertitik tolak dari kebangkitan Yesus, kedudukan dan keistimewaan perawan Maria dapat dipahami dan
ditempatkan secara proporsional.
B. Pengungkapan Devosi kepada Maria dan Tolok Ukur Keotentikannya