Maria. Jadi, tujuan utamanya bukan pengucapan rumusan-rumusan doa. Pengulangan rumusan doa dimaksudkan untuk membantu mempermudah renungan
batin. 3. Litani Santa Maria
Doa Rosario biasanya digabung oleh doa Litani. Litani Latin: litanialitaniae adalah doa yang terdiri dari serangkaian permohonan atau seruan,
yang dibawakan oleh seorang pemimpin, lalu oleh para jemaat ditanggapi dengan rumusanseruan yang sama.
90
Dalam Gereja Roma Katolik, ada enam Litani yang secara resmi diakui Gereja, yaitu: Litani S. Maria, Litani Para Kudus, Litani Nama Yesus, Litani Hati
Kudus, Litani Darah Mulia, dan Litani S. Yusup. Dari enam Litani tersebut, yang paling umum dipakai adalah Litani S. Maria, sedangkan Litani yang lain kurang
digemari umat.
91
4. Lain-lain Selain doa-doa di atas masih banyak lagi doa lain yang ada di Gereja Roma
Katolik dan jumlahnya cukup banyak. Kebanyakan doa-doa itu diarahkan kepada keibuan Illahi Maria, keperawanannya, serta perananya sebagai pengantara dan
kemuliaan di surga.
2. PatungGambar Maria
Gereja Roma Katolik biasanya dihiasi dengan macam-macam gambar dan patung Yesus Kristus, dan orang-orang kudus. Di antara patunggambar orang-orang
90
Groenen, Mariologi Teologi dan Devosi, h. 178.
91
Devosi Maria, http:www.guamaria.org
akses Sabtu, 08 Desember 2007.
Kudus, patunggambar Maria menempati kedudukan paling depan. Bagi umat Katolik patunggambar tersebut bukan hanya hiasan dan karya seni belaka, tetapi
merupakan sasaran devosi yang hangat dan emosional. Masih menurut mereka, religiusitas dan iman umat dapat dihayati dengan hangat dan dalam bila dapat
disalurkan melalui obyek yang kongkret seperti patunggambar. Umat Kristiani dua abad pertama masih memegang teguh sikap dan ajaran
Yahudi yang anti patunggambar. Tetapi sejak abad ke-II, patunggambar Kristus dan tokoh-tokoh yang tampil di Kitab Suci mulai dipasang di kuburan dan tempat-
tempat jemaah berkumpul. Pada abad IV-V patunggambar semakin besar peranannya dan dihormati, alasannya adalah patunggambar dapat dijadikan sebagai
sarana pendidikan religius orang awam, dan pada patunggambar terdapat daya pengudus. Selama abad ke-VII, patunggambar semakin menjadi sasaran devosi
umat. Patunggambar dianggap memiliki daya gaib yang dapat melindungi orang, tempat, kota, dan sebagainya dari malapetaka dan bencana.
92
Pada abad ke-VIII sampai abad IX muncul reaksi dan krisis hebat yang menentang patunggambar. Semua ikon
93
, gambar, patung dirusak dan dihancurkan perang ikonoklastik. Alasannya adalah Allah tidak mungkin digambarkan, dengan
menggambarkan keillahian atau memisahkan kemanusiaan yang digambarkan dari keIllahian, orang akan jatuh ke dalam bidah yang menyangkal kesatuan Kristus, dan
orang yang menghormati gambarpatung sebenarnya menyembah berhala. Tetapi kemudian muncul tokoh-tokoh besar yang membela pemakaian gambarpatung,
seperti Yohanes dari Damsyik ± tahun 749 M dan Theodorus Sang Studies ±
92
Groenen, Mariologi Teologi dan Devosi, h. 183.
93
Ikon berasal dari bahasa Yunani, eikon, artinya gambar, lukisan suci di atas kayu yang dibuat sesuai dengan tradisi dan seninya. Lihat Salvatore, Inilah Ibukui, h. 137.
Tahun 826 M yang mengatakan bahwa mereka yang melawan gambarpatung menghina kejasmanian, dan menganggap kejasmanian jahat, bukan ciptaan Allah.
Berkat inkarnasi pula Allah menjadi kelihatan, sehingga dapat digambarkan juga. Sama halnya dengan orang-orang kudus, Maria pun selagi hidup penuh
dengan Roh Kudus. Maka, Roh Kudus pun tidak akan jauh dari patunggambar Maria, oleh karena itu umat Katolik seringkali menghormati patunggambar Maria.
Sasaran devosi itu bukanlah patunggambar, melainkan diri Maria sendiri. Dalam pendekatan Gereja Roma Katolik, tidak ada kewajiban untuk
memakai patunggambar Maria sebagai sasaran devosi, tetapi juga tidak ada larangan untuk memakainya dan terasa kurang bijaksana menentangnya. Dan tidak
dapat dipungkiri pula bahwa melalui ikon, Devosi Marial berkembang dengan sangat cepat.
3. Penampakan Maria