Hasil Pemeringkatan Sukuk Mudharabah I PT ADHI KARYA

5 Semua jumlah terhutang telah dibayarkan oleh perseroan sesuai dengan perjanian perwaliamanatan kepada pemegang sukuk. 45 6 Atas permintaan Bapepam-LK 46 dengan dilaksanakan hak Bapepam- LK sebagaimana dimuat dalam ketentuan pasal 102 ayat 1 juncto pasal 102 ayat 2 huruf d, e, f dan g Undang-Undang Pasar Modal terhadap Wali Amanat Sukuk. 7 Dalam hal perseroan tidak membayar imbalan jasa wali amanat sukuk dan setelah wali amanat sukuk mengajukan permintaan pembayaran secara tertulis sebanyak tiga kali berturut-turut kepada perseroan dalam jangka waktu 90 hari kalender, maka wali amanat dapat mengajukan permohonan pengunduran diri kepada perseroan. 47

6. Hasil Pemeringkatan Sukuk Mudharabah I PT ADHI KARYA

a. Hasil pemeringkatan Untuk memenuhi keputusan ketua Bapepam No. KepPM 1996 tanggal 17 januari 1996, perseroan telah melakukan pemeringkatan yang dilaksanakan oleh pefindo. Berdasarkan hasil pemeringkatan atas Sukuk 45 Keterangan Tentang Wali Amanat Sukuk dalam Pospektus Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya Tahun 2007, h. 263-264 46 Bapepam-LK adalah Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia tertanggal 30-12-2005 nomor: 606KMK.012005 tentang organisasi dan tata kerja badan pengawas pasar modal dan lembaga keuangan badan pemerintah dibawah naungan departemen keuangan tugasnya melakukan pembinaan, pengaturan dan pengawasan sehari-hari kegiatan pasar modal 47 Keterangan Tentang Wali Amanat Sukuk dalam Pospektus Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya Tahun 2007, h. 263-264 sesuai dengan surat No.318PEF-DirVI2007, Sukuk yang diterbitkan oleh perseroan mendapatkan peringkat: 48 id A- sy Single A Minus Syariah; Stable outlook Skala pemeringkatan di bawah ini menunujukan urutan peringkat yang berlaku untuk memberikan gambaran tentang posisi peringkat “Sukuk mudharabah I ADHI Tahun 2007”. b. Skala pemeringkatan efek hutang jangka panjang 1 AAA: Efek hutang jangka panjang dengan kualitas paling tinggi, yaitu mempunyai kemampuan paling baik dalam membayar bunga dan pokok pinjaman tepat pada waktunya. 2 AA: Efek hutang jangka panjang dengan kualitas sangat tinggi, yaitu mempunyai kemampuan sangat baik dalam membayar bunga dan pokok pinjaman tepat pada waktunya. Faktor resiko sangat rendah, karena tidak mudah dipengaruhi oleh perubahan kondisi yang tidak menguntungkan. 49 3 A: Efek hutang jangka panjang dengan kualitas tinggi, yaitu mempunyai kemampuan baik dalam membayar bunga dan pokok pinjaman tepat pada waktunya. Faktor resiko sangat rendah, karena 48 Keterangan Mengenai Pemeringkatan Sukuk dalam Pospektus Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya Tahun 2007, h. 231 49 Ibid., h. 231 hanya sedikit dipengaruhi oleh perubahan kondisi yang tidak menguntungkan. 4 BBB: Efek hutang jangka panjang dengan kualitas cukup, yaitu mempunyai kemampuan cukup baik dalam membayar bunga dan pokok pinjaman tepat pada waktunya. Faktor resiko sedang, karena cukup peka terhadap perubahan kondisi yang tidak menguntungkan. 5 BB: Efek hutang jangka panjang dengan kualitas rendah, karna meskipun mempunyai kemampuan dalam membayar bunga dan pokok pinjaman pada saat jatuh tempo, Namun memiliki resiko cukup tinggi, karena sangat peka terhadap perubahan kondisi yang tidak menguntungkan. 6 B: Efek hutang jangka panjang yang memiliki kemampuan terbatas dalam membayar bunga dan pokok pinjaman. Faktor resiko tinggi, karena kemungkinan tidak membayar tepat pada waktunya, jika terjadi perubahan kondisi yang tidak menguntungkan. 50 7 CCC: Efek hutang jangka panjang yang memiliki kualitas jauh di bawah investment grade peringkat tidak layak investasi, karena mengandung ketidakpastian dalam membayar bunga dan pokok pinjaman. Faktor resiko sangat tinggi, karena tidak mampu membayar jika terjadi perubahan kondisi yang tidak menguntungkan. 50 Keterangan Mengenai Pemeringkatan Sukuk dalam Pospektus Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya Tahun 2007, h. 231 8 D: Efek hutang jangka panjang yang macet c. Keterangan mengenai hasil pemeringkatan Rasionali Pefindo menaikkan peringkat untuk perseroan dan obligasi perseroan II Tahun 2003 sebesar Rp 200 miliar yang jatuh tempo pada bulan juli 2008 dan obligasi III Tahun 2004 sebesar Rp 173 miliar yang jatuh tempo pada bulan juli 2007 menjadi “ id A-“ dari “ id BBB+”. Peringkat yang sama juga ditetapkan untuk Obligasi IV ADHI Tahun 2007 Sebesar Rp 375 miliar, sedangkan peringkat “ id A- sy” ditetapkan untuk sukuk mudharabah senilai Rp 125 miliar. Outlook dari peringkat- peringkat tersebut adalah stabil. Peringkat-peringkat tersebut mencerminkan perbaikan yang signifikan pada industry konstruksi, posisi pasar perseroan yang semakin kuat, serta tingkat keuntungan yang relative stabil. Namun, peringkat tersebut masih dibatasio oleh leverage keuangan perseroan yang agresif dan proteksi arus kas yang dibawah rata-rata. 51 d. Faktor-faktor pendukung atas kenaikan peringkat adalah sebagai berikut: 1 Perbaikan signifikan pada bisnis konstruksi Bisnis perseroan di bidang jasa konstruksi akan secara positif terpengaruh oleh perbaikan signifikan dari industri ini di masa mendatang. Permintaan akan jasa konstruksi telah menguat dalam dua tahun terakhir, dimana indicator-indikator makro ekonomi seperti suku 51 Keterangan Mengenai Pemeringkatan Sukuk dalam Pospektus Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya Tahun 2007, h. 231 bunga, nilai tukar rupiah dan inflasi berada dalam tingkat yang lebih baik. 2 Posisi pasar menguat dalam bisnis konstruksi Perseroan telah secara konsisten mempertahankan keberadaannya yang kuat dalam bisnis konstruksi di Indonesia. Perseroan telah membukukan total penjualan sebesar Rp4,36 trillun pada tahun 2006, meningkat 42 dari Rp3,07 triliun pada tahun 2005, di tengah persaingan yang ketat. Kenaikan tajam penjualan tersebut semakin menguatkan posisi pasar perseroan dengan perkiraan 25 pangsa pasar dari sisi penjualan di antara perusahaan konstruksi BUMN dibandingkan 20 tahun sebelumnya. 52 3 Tingkat keuntungan yang relatif stabil Perseroan mampu mempertahankan tingkat keuntungan yang stabil meskipun terjadi kenaikan biaya produksi akibat naiknya harga minyak di akhir tahun 2005. EBIT 53 perseroan tetap relative stabil pada 5,77 di tahun 2006 dibandingkan 5,67 pada tahun 2005, marjin laba kotor juga stabil, berada 10,22 pada tahun 2006 dan 11,42 pada tahun 2005, dikarenakan manajemen proyek yang 52 Keterangan Mengenai Pemeringkatan Sukuk dalam Pospektus Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya Tahun 2007, h. 232 53 EBIT singkatan dari “Earnings Before Interest and Taxes” digunakan sebagai alat pengukur nilai sebuah bisnis dan untuk menganalisis profitabilitas operasi sebuah perusahaan sebelum beban non operasi seperti bunga dan beban lainnya optimal termasuk kemampuan melakukan kompensasi eskalasi kepada pemilik proyek yang sebagian besar dari proyek pemerintah pada saat harga-harga material naik karena kenaikan harga minyak selama priode tersebut. Kenaikan peringkat dibatasi oleh: 1 Tingkat leverage keuangan yang agresif Sejalan dengan ekspansi bisnis yang dibiayai oleh pinjaman eksternal, tingkat leverage keuangan perseroan yang agresif terus berlanjut. Pada akhir 2006, hutang perseroan naik secara signifikan menjadi 931,35 miliar dari Rp758,49 pada tahun sebelumnya. Sebagai akibatnya, rasio hutang atas modal DER perseroan relative tinggi yaitu 2,14x pada tahun 2006 dibanding 2,09x pada tahun 2005. 2 Proteksi arus kas yang dibawah rata-rata Sejalan dengan tingkat leverage yang relaif tinggi, arus kas perseroan dibawah rata-rata, yang tercermin dari EBITDA 54 yang relative rendah pada 0,29x dan 1,82x pada tahun 2006 dibanding 0,25x dan 1,97x pada tahun 2005. Proteksi arus kas perseroan diprediksikan akan melemah dalam jangka pendek, sejalan dengan rencana 54 EBITDA adalah singkatan dari Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation and Amortization EBITDA digunakan sebagai alat pengukur nilai sebuah bisnis dan untuk menganalisis profitabilitas operasi sebuah perusahaan sebelum beban non operasi seperti bunga dan beban lainnya dan depresiasi serta amortisasi. menerbitkan obligasi baru untuk membiayai kembali hutang- hutangnya yang jatuh tempo serta untuk membiayai ekspansi bisnis. 55 55 Keterangan Mengenai Pemeringkatan Sukuk dalam Pospektus Sukuk Mudharabah PT Adhi Karya Tahun 2007, h. 232

BAB IV PENGARUH PENDAPATAN

SUKUK MUDHARABAH TERHADAP LABA USAHA PT ADHI KARYA PERSERO Tbk.

A. Alasan dan Manfaat Penerbitan Sukuk Mudharabah I PT ADHI KARYA

PERSERO Tbk 1. Alasan Penerbitan Sukuk Mudharabah I PT ADHI KARYA Tbk Pada prinsipnya saat itu pada tahun 2007 ada jatuh tempo obligasi PT Adhi Karya Tbk sebelumnya yaitu obligasi III sejumlah kurang lebih Rp 200 miliar itulah sebagai refinancing artinya begitu jatuh tempo PT Adhi Karya harus membayar kepada pemilik obligasi, dan dikembalikan uang tersebut sebesar Rp 200 miliar. karena kami perlu untuk modal kerja dan supaya modal kerjanya tidak terganggu tentunya kita menerbitkan obligasi baru seri ke 4 atau Sukuk Mudharabah yang pertama, karena ini baru yang pertama dengan menggunakan sistem syariah dan sebelumnya obligasi I,II dan III yaitu dengan sistem konvensional. dan pada intinya alasan utamanya yaitu refinancing dan tentunnya alasan berikutnya untuk tambahan modal kerja dalam rangka pertumbuhan perusahaan karena kalau omset naik maka modal kerja yang dibutuhkan juga naik sehingga perlu pendanaan lebih. 1 Adapun kenapa PT Adhi Karya lebih memilih menerbitkan sukuk karena 1 Kurnadi Gularso, Corporate Secretary PT ADHI KARYA Tbk, Wawancara Pribadi, Jakarta, 17 juni 2010 98