dan total biaya operasional adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam penjualan, yang terlihat dan tersembunyi. Karena perniagaan berarti jual beli
dengan tujuan mencari keuntungan, maka keuntungannya merupakan tujuan yang mendasar, bahkan merupakan tujuan asli dari perniagaan.
47
2. Batas Maksimal Keuntungan
Tidak ada dalil dalam syariat sehubungan dengan jumlah tertentu dari keuntungan sehingga bila melebihi jumlah tersebut dianggap haram, sehingga
menjadi kaidah umum untuk seluruh jenis barang dagangan di setiap zaman dan tempat. Hal itu karena beberapa hikmah diantaranya:
a. Perbedaan harga, terkadang cepat berputar dan terkadang lambat. Kalau perputarannya cepat, maka keuntungannya lebih sedikit, menurut
kebiasaan. Sementara bila perputarannya lambat maka keuntungannya banyak.
b. Perbedaan penjualan kontan dengan penjualan pembayaran tertunda. Pada asalnya, keuntungan pada penjualan kontan lebih sedikit dari pada
penjualan bentuk kedua. c. Perbedaan komoditi yang dijual, antara komoditi primer dan skunder,
keuntungan lebih sedikit, karena memperhatikan orang-orang yang
47
Abdullah AlMuslih dan Shalah Ash shawi, Fiqih Ekonomi Keuangan Islam, Jakarta: Darrul Haq, 2004, Cet. Ke-1, h.78
membutuhkan, dengan komoditi lux, yang keuntungannya dilebihkan menurut kebiasaan, karena kurang dibutuhkan.
48
Oleh sebab itu, sebagaimana telah dijelaskan, tidak pernah diriwayatkan dalam sunnah nabi pembatasan keuntungan sehingga tidak boleh
mengambil keuntungan lebih dari itu. Bahkan sebaliknya diriwayatkan hadis yang menetapkan bolehnya keuntungan dagang itu mencapai dua kali lipat
pada kondisi-kondisi tertentu, atau bahkan lebih dari itu. Diriwayatkan oleh al bukhari dalam shahihnya, dari urwah diriwayatkan,
“ bahwa nabi pernah memberikan satu dinar untuk dibelikan seekor kambing buat beliau. Lalu urwah menggunakan uang tersebut untuk membeli
dua ekor kambing. Salah satu kambing itu di jual dengan harga satu dinar, lalu ia dating menemui nabi dengan membawa kambing tersebut dengan satu
dinar yang masih utuh. Ia menceritakan apa yang dia kerjakan. Maka nabi mendoakan agar jual belinya diberkati oleh allah. Setelah itu, karena berkah
nabi andaikan ia mau membeli tanah, ia bisa menjualnya dengan mendapatkan keuntungan.”
49
Di sisi lain, kejadian ini tidaklah menggambarkan kaidah umum dalam mengukur keuntungan. Justru sikap member kemudahan, sikap santun dan
puas dengan keuntungan yang sedikit itu lebioh sesuai dengan petunjuk para ulama salaf dan ruh syariat islam. Orang yang puas dengan keuntungan sedikit
48
Abdullah AlMuslih dan Shalah Ash shawi, Fiqih Ekonomi Keuangan Islam, Jakarta: Darrul Haq, 2004, Cet. Ke-1, h.80
49
Ibid,. h. 80-81
pasti usahanya akan penuh dengan berkah. Ali biasa keliling pasar kufah dengan membawa tongkat dan sambil berkata,
“ Hai para pedagang, ambilah hak kalian, kalian akan selamat. Jangan kalian tolak keuntungan yang sedikit, karena kalian bisa terhalangi
mendapatkan keuntungan besar”
50
3. Ketetapan Majelis Ulama Fikih Mengenai Standarisasi Harga