46
diperkuat lagi dengan Besluit tanggal 22 Januari 1908 nomor 57, Raja Siantar Sang Nahualu dinyatakan dijatuhkan dari tahtanya selaku Raja Siantar oleh
pemerintah Hindia Belanda. Pemerintahan kerajaan Siantar, menunggu akil baligh Tuan Kodim dipimpin oleh suatu Dewan Kerajaan terdiri dari Tuan
Marihat, Tuan Sidamanik dan diketuai oleh Kontelir Simalungun.
3.2.2. Marga Saragih
Saragih berasal dari Selatan India, yang melakukan perjalanan ke Sumatera Timur ke daerah Aceh, Langkat, daerah Bangun Purba, hingga ke
Bandar Kalifah sampai Batubara. Secara Etimologis Saragih berasal dari “simada ragih” dalam bahasa Simalungun, yang mana “ragih” berarti atur,
susun, tata, sehingga simada ragih berarti pemilik aturan atau pengatur, penyusun atau pemegang undang-undang.
Marga Saragih pertama Hasusuran-1 itu sendiri muncul saat salah seorang Puanglima Panglima dari kerajaan Nagur dijadikan menantu oleh
Raja Nagur dan selanjutnya mendirikan satu kerajaan baru di Raya disebut Pematang Raya, Simalungun. Saragih terdiri dari banyak sub-marga, antara
lain: Garingging Dasalak, Dajawak, Munthe, Rumahorbo, Siallagan, Sidabalok, Sidabukke, Sidabutar, Sidahuruk, Sigalingging, Sijabat,
Simanihuruk, Simarmata, Sitanggang, Sitio, Sumbayak, Tamba, Tinambunan, Turnip.
47
Raja Kerajaan Raya:
1. Tuan Si Pinang Sori
2. Raja Raya, Tuan Lajang Raya
3. Raja Raya Simbolon
4. Raja Gukguk
5. Raja Unduk
6. Raja Denggat
7. Raja Minggol
8. Raja Poso
9. Raja Nengel
10. Raja Bolon
11. Raja Martuah
12. Raja Raya Tuan Morahkalim
13. Raja Raya Tuan Jimmahadim, Tuan Huta Dolog
14. Raja Raya Tuan Rondahaim
15. Raja Raya Tuan Sumayan Kapoltakan
16. Raja Raya Tuan Gomok Bajaraya
17. Tuan Yan Kaduk Saragih Garingging
Saragih merupakan marga poparan raja nai ambaton yang terdapat di simalungun saat itu. Jika pakai h berarti merupakan gabungan poparan raja
nai ambaton PARNA masih ada lanjutannya mis: saragih sumbayak, saragih napitu, saragih garingging, saragih simbolon, dll. Namun jika tidak pakai h
48
adalah yang benar benar keturunan op. saragi tua dari samosir jadi Marga Saragih simalungun bukan berarti keturunan op. Saragi Tua saja tetapi
gabungan marga poparan raja nai ambaton PARNA.
3.2.3. Marga Sinaga
Sinaga merupakan salah satu dari empat marga asli suku bangsa Simalungun saat terjadi “Harungguan Bolon” permusyawaratan besar antara
empat raja besar Raja Nagur, Raja Banua Sobou, Raja Banua Purba, Raja Saniang Naga untuk tidak saling menyerang dan tidak saling bermusuhan
marsiurupan bani hasunsahan na legan, rup mangimbang munssuh.
Keturunan dari Raja Saniang Naga di atas adalah marga Sinaga di Kerajaan Tanah Jawa, Batangiou di Asahan. Saat kerajaan Majapahit
melakukan ekspansi di Sumatera pada abad XIV, pasukan dari Jambi yang dipimpin Panglima Bungkuk melarikan diri ke kerajaan Batangiou dan
mengaku bahwa dirinya adalah Sinaga. Nenek moyang mereka ini kemudian menjadi raja Tanoh Djawa dengan marga Sinaga Dadihoyong setelah ia
mengalahkan Tuan Raya Si Tonggang marga Sinaga dari kerajaan Batangiou dalam suatu ritual adu sumpah Sibijaon.
Keturunan raja Tanah Jawa berasal dari India, salah satunya adalah menurut Tuan Gindo Sinaga keturunan dari Tuan Djorlang Hatara. Beberapa
keluarga besar Partongah Raja Tanoh Djawa menghubungkannya dengan daerah Naga Land Tanah Naga di India Timur yang berbatasan dengan
49
Myanmar yang memang memiliki banyak persamaan dengan adat kebiasaan, postur wajah dan anatomi tubuh serta bahasa dengan suku bangsa Simalungun
dan Batak lainnya. Perbauran suku bangsa asli Simalungun dengan suku-suku di sekitarnya menimbulkan marga-marga lain dengan Sinaga. Marga-marga
tersebut antara lain Sipayung, Sihaloho, Sinurat, dan Sitopu.
3.2.4. Marga Purba