Fungsi Pattangan dari Aspek Ekonomi

84

4.2.2. Fungsi Pattangan dari Aspek Ekonomi

nusia sebagai makhluk sosial dan makhluk ekonomi pada dasarnya selalu menghadapi masalah ekonomi. Inti dari masalah ekonomi yang dihadapi manusia adalah kenyataan bahwa kebutuhan manusia jumlahnya tidak terbatas, sedangkan alat pemuas kebutuhan manusia jumlahnya terbatas. Didalam prinsip ekonomi yaitu untuk melakukan tindakan ekonomi yang didalamnya terkandung asas dengan pengorbanan tertentu dan dengan mendapatkan hasil yang maksimal sehingga tercapailah semua tujuan. Jika dilihat dari penjelasan di atas tentu erat hubungannya dengan pattangan. Suku bangsa Simalungun berkorban dengan hal terkecil untuk mendapatkan hasil yang mmaksimal. Semua manusia ingin memenuhi kebutuhan mereka meskipun kebutuhan selalu ada dan selalu bertambah. Sibaganding Tua memiliki fungsi yang sangat menguntungkan, apapun alasannya marga Damanik percaya dengan keberuntungan ular karena mereka telah melihat hasilnya. Dari segi pendapatan masyarakat tentu sudah pasti bertambah. Sibaganding Tua bukan hanya ada di sejarah Damanik, melainkan ular ini pun terkenal di Dairi. Keberadaan Sibaganding Tua baik di Dairi dan di Simalungun sama-sama menguntungkan. Khairuddin mengatakan bahwa marga Damanik tidak begitu mengetahui jelas tentang asal usul ular ini. 85 Marga Damanik pun tidak mengetahui bahwa ular ini membawa keberuntungan, hanya saja ular itu sendiri yang memberi keberuntungan. Jika Marvin Harris mengatakan ada alasan ekonomis ketika sapi dilarang untuk di bunuh, maka beda halnya dengan Sibaganding Tua. Pola pikir masyarakat yang masih minim dan apa yang dilihat yang membuat marga Damanik percaya. “Sebenarnya rasa terimakasihlah yang membuat kami tidak membunuh ular itu, bukan hanya itu saja tetapi sifat manusia yang tidak pernah puas juga yang membuat kami tidak mengusir ataupun menganggu supaya kami dapat untung lagi. Lagian ular itu tidak akan menyakiti, karena bergerak aja dia sulit. Sulit kali dia bergerak jadi bagaimana mau mengejar, terus nggak mungkin juga dia melilit kami karena badannya pun tidak panjangnya.” Khairuddin menjelaskan petikan kata diatas adalah alasan utama untuk tidak membunuh Sibagandung Tua. Hubungan erat antara makhluk sosial dan hewan tidak bisa terlepas dari pandangan manusia tentang adanya roh atau dewa yang ada di dalam hewan tersebut. Marga Damanik sendiri menghormati hewan yang derajatnya lebih rendah dari manusia karena adanya keuntungan. Keyakinan marga Damanik sendiri lah yang membuat ritual khusus untuk ular tersebut, bahkan ular tersebut tidak pernah meminta untuk di sembah. Dari ritual tersebutlah marga Damanik percaya bahwa mereka akan mendapatt keberuntungan yang lebih besar. Dalam memenuhi kebutuhan 86 mereka, tentu mereka akan melakukan apapun selagi yang mereka lakukan masih jauh dari kata rugi. Pada kenyataannya kebutuhan mereka terpenuhi tanpa harus menanam padi yang lebih banyak lagi. Hanya dengan semalam rezeki mereka dapat berlimpah ruah dari hewan langka ini. Marga Damanik mendapatkan banyak kegunaan dari ular ini, tidak hanya melindungi tetapi memberi rezeki untuk memenuhi kebutuhan mereka. Berbeda halnya dengan burung perkutut, hewan yang satu ini tidak memiliki kelebihan selain melindungi. Bahkan menurut informan, hewan ini sangat merugikan panen mereka. Karena perkutut ini sering mengambil biji tanaman mereka. Meskipun demikian Saragih tidak mengusir perkutut tersebut karena dipengaruhi oleh pola pikir mereka. Perkutut ini memang tidak dapat memenuhi kebutuhan ekonomi marga Saragih. Oleh karena itu burung ini tidak terlalu memiliki ritual khusus. Burung ini bahkan pernah di makan oleh anak informan. Alasannya karena si anak tersebut tidak mengetahui tentang sejarah burung ini. Rasa enak yang hanya dapat diceritakan oleh anak informan dan tidak mendatangkan wabah. Bahkan anak informan jauh lebih sehat dari sebelumnya. Sinaga memiliki hewan lebih banyak di banding semua marga suku bangsa Simalungun seperti, harimau, lembu, dan teringgiling. Semua hewan tersebut memiliki kelebihan yang sama halnya dengan hewan pattangan 87 lainya. Selain memiliki kelebihan untuk melindungi hewan pantangan marga Saragih ini juga membantu dari aspek ekonomi. Pengakuan bapak Sinaga saat dia menyembah ular dia mendapatkan rezeki yang melimpah, tetapi bapak Sinaga juga mencari hewan yang sesuai dengan tubuhnya yaitu harimau. Karena hewan yang Sinaga pantangkan harus sesuai dengan keturunannya. Pembagian hewan berdasarkan keturunannya bisa di lihat di bab sebelumnya. Ketika ingin memenuhi kebutuhan ekonominya marga Sinaga harus mengadakan upacara agar kebutuhan terpenuhi. Harimau tersebut di beri sirih, jeruk purut seperti biasanya. Lalu kita hanya menunggu hasil panen jadi bertambah bahkan berlipat-lipat ganda. Ritual ini harus dilakukan untuk memenuhi keinginan Sinaga, demikian halnya dengan teringgiling dan lembu. Ular merupakan penolong bagi marga Purba karena banyak memberikan bantuan kepada mereka. Tidak dipungkiri bahwa saat ini kepercayaan terhadap ular sebagai kerabat sudah mulai punah. Fungsionalisme yang berasumsi bahwa semua unsur kebudayaan merupakan bagian-bagian yang berguna bagi masyarakat . Begitu pula halnya dengan marga Purba, Ular yang mereka percayai ternyata masih memberikan keberuntungan terhadap hasil panen mereka. Seperti yang di jelaskan oleh bapak Purba bahwa ular itu sendiri memang memberi rezeki bagi mereka. 88 Semua ritual 12 yang dilakukan setiap marga di Simalungun adalah sama. Akan tetapi apa yang mereka sembah lah yang berbeda, mereka menyembah sesuai dengan apa yang mereka pantangkan. Mereka beranggapan bahwa hewan yang mereka mereka sembah memiliki roh yang berasal dari pencipta bumi bahkan hewan tersebut adalah titisan dari pencipta.

4.2.3. Fungsi Pattangan sebagai Sistem Kepercayaan

Dokumen yang terkait

Persepsi Masyarakat Desa Parbutaran Terhadap Pendidikan Formal (Studi Etnografi Mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Formal di Desa Parbutaran Kec. Bosar Maligas Kab. Simalungun)

8 111 119

PATTANGAN (Studi Etnografi Mengenai Kepercayaan Marga Besar pada Masyarakat Simalungun di Saribudolok terhadap Hewan)

4 37 112

PATTANGAN (Studi Etnografi Mengenai Kepercayaan Marga Besar pada Masyarakat Simalungun di Saribudolok terhadap Hewan)

0 0 11

PATTANGAN (Studi Etnografi Mengenai Kepercayaan Marga Besar pada Masyarakat Simalungun di Saribudolok terhadap Hewan)

0 0 1

PATTANGAN (Studi Etnografi Mengenai Kepercayaan Marga Besar pada Masyarakat Simalungun di Saribudolok terhadap Hewan)

0 0 18

PATTANGAN (Studi Etnografi Mengenai Kepercayaan Marga Besar pada Masyarakat Simalungun di Saribudolok terhadap Hewan)

0 0 20

PATTANGAN (Studi Etnografi Mengenai Kepercayaan Marga Besar pada Masyarakat Simalungun di Saribudolok terhadap Hewan)

0 0 2

BAB II GAMBARAN UMUM - Persepsi Masyarakat Desa Parbutaran Terhadap Pendidikan Formal (Studi Etnografi Mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Formal di Desa Parbutaran Kec. Bosar Maligas Kab. Simalungun)

0 1 27

BAB I PENDAHULUAN - Persepsi Masyarakat Desa Parbutaran Terhadap Pendidikan Formal (Studi Etnografi Mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Formal di Desa Parbutaran Kec. Bosar Maligas Kab. Simalungun)

0 2 24

Persepsi Masyarakat Desa Parbutaran Terhadap Pendidikan Formal (Studi Etnografi Mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Formal di Desa Parbutaran Kec. Bosar Maligas Kab. Simalungun)

0 0 15