49
Myanmar yang memang memiliki banyak persamaan dengan adat kebiasaan, postur wajah dan anatomi tubuh serta bahasa dengan suku bangsa Simalungun
dan Batak lainnya. Perbauran suku bangsa asli Simalungun dengan suku-suku di sekitarnya menimbulkan marga-marga lain dengan Sinaga. Marga-marga
tersebut antara lain Sipayung, Sihaloho, Sinurat, dan Sitopu.
3.2.4. Marga Purba
Purba secara etimologi bermakna timur, kata ini serumpun dengan kata purwa dalam bahasa Jawa. Kata ini berakar dari bahasa Sanskerta purva.
Pengaruh budaya India yang kental dengan corak Hindu-Buddha melalui bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa pada awal abad Masehi sangat besar
peranannya dalam mewarnai kebudayaan nusantara. Pengaruh itu tentunya tidak terelakkan oleh suku bangsa Simalungun, akibat dari pengaruh yang
berlangsung selama berabad-abad sehingga ditemukan cukup banyak budaya
Simalungun yang bernuansa Hindu-Buddha.
Purba merupakan salah satu marga dari empat marga besar di Simalungun. Marga ini terbagi ke dalam beberapa cabang yaitu Tambak,
Sidasuha, Sidadolog, Sidagambir, Sigumonrong, Silangit, Tambun Saribu, Tua, Tanjung, Pakpak, Siboro, Girsang, Tondang, Sihala, dan Manorsa.
Penamaan Purba sebagai marga dari suatu kelompok masyarakat Simalungun dapat dideskripsikan bahwa nenek moyang mereka berasal dari arah timur
pulau Sumatera.
50
Leluhur awal marga Purba datang dari Siam bersamaan dengan Saragih dan Sinaga, mereka berlayar ke Pulau Sumatera tepatnya ke Sumatera
Timur, jalur pelayarannya melalui India. Ada 2 lokasi yang diduga menjadi tempat berlabuh dan pintu masuk mereka ke Sumatera Timur, yaitu pesisir
Serdang Bedagai dan Asahan sekarang. Mereka kemudian masuk ke
pedalaman dan berbaur dengan masyarakat setempat.
Purba Sigumondrong berasal dari Lokkung, keturunannya kemudian menyebar ke Cingkes, Marubun, Togur, dan Raya, Simalungun. Marga ini
merupakan keturunan dari Purba Tambak yang lahir dari boru Simarmata. Keturunannya yang pindah ke tanah Karo beralih menjadi Tarigan Gerneng.
Adapun leluhur Purba Tondang berawal dari kampung Huta Tanoh di Kecamatan Purba, marga ini merupakan saudara dari Purba Tambun Saribu.
Sebagian keturunannya meyakini leluhur mereka berasal dari Purba Parhorbo di Humbang.
Keturunannya yang pindah ke tanah Karo beralih menjadi Tarigan Tendang. Saudaranya, Purba Tambun Saribu berasal dari Harangan Silombu
dan Binangara di Kecamatan Purba, keturunannya yang pindah ke tanah Karo beralih menjadi Tarigan Tambun. Tua. Cabang marga Purba lainnya yaitu
Purba Tua, marga ini adalah pendiri kampung Purba Tua yang berada di Kecamatan Silimakuta, sebagian meyakini marga ini merupakan saudara dari
Purba Tanjung yang mendiami daerah Sipinggan, simpang Haranggaol.
51
Keturunannya yang pindah ke tanah Karo beralih menjadi Tarigan Tua dan banyak bermukim di Juhar.
Marga inilah yang menerima kehadiran salah seorang keturunan marga Cibero di Juhar yang datang dari Tungtung Batu yang kemudian beralih
menjadi Tarigan Sibero. Kampung asal Purba Tanjung berada di Sipinggan dekat simpang Haranggaol, sebagian keturunannya meyakini marga mereka
lahir dari Purba Pakpak. Sedang pendapat lain mengatakan leluhur mereka adalah Purba Tambak, di mana salah seorang keturunannya pergi berdiam di
sebuah tanjung di pinggiran Danau Toba.
Adapun marga Girsang, dari hasil investigasi penulis beberapa waktu yang lalu, di mana salah seorang pengetua adat Pakpak marga Cibero. Ia
menjelaskan bahwa Girsang adalah keturunan dari marga Cibero. Leluhur marga ini tinggal di sebuah bukit di kampung Lehu, pemukimannya itu
diberikan oleh Raja Mandida Manik Karena menikahi puterinya.
Salah seorang keturunan si Girsang ada yang memiliki keahlian meramu obat sehingga dikenal juga dengan sebutan Datu Parulas dan
menyumpit burung sehingga digelari juga dengan Pangultop. Adapun nama leluhur pertama marga Girsang yg datang langsung dari Pakpak menurutnya
adalah 2 orang bersaudara yaitu Girsang Girsang dan Sondar Girsang, mereka ini keturunan ke 11 dari Raja Ghaib, leluhur pertama marga Cibero.
52
Keduanya melakukan perburuan terhadap seekor burung, karena mengejar burung tersebut salah seorang di antara keduanya sampai ke
Simalungun dan memasuki kampung Naga Mariah tanah ulayat marga Sinaga. Pada masa itu Tuan Naga Mariah tengah mendapat ancaman dari musuh yang
datang dari Kerajaan Siantar, berkat bantuan si Girsang musuh dari Siantar dapat diatasi. Atas jasanya, Tuan Naga Mariah kemudian menikahkannya
dengan puterinya dan menyerahkan tampuk kekuasaan padanya.
Adapun penduduk asli tempat itu yaitu marga Sinaga, setelah kekuasaan beralih ke tangan si Girsang, mereka akhirnya banyak yang
mengungsi ke Batu Karang dan menjadi marga Peranginangin Bangun. Di tempat itu, Si Girsang kemudian mendirikan kampung Naga Saribu sebagai
ibukota Kerajaan Silima Huta dengan menggabungkan lima kampung yaitu Rakutbesi, Dolog Panribuan, Saribu Jandi, Mardingding, dan Nagamariah.
Marga ini terbagi lagi menjadi Girsang Jabu Bolon, Girsang Na Godang, Girsang Parhara, Girsang Rumah Parik, dan Girsang Rumah Bolon.
Sebagian keturunannya pindah ke tanah Karo menjadi Tarigan Gersang, kampung Sinaman di Kecamatan Tiga Panah merupakan salah satu kampung
yang didirikan keturunan Girsang yang pindah ke tanah Karo. Adapun keturunan Purba Silangit ada juga yang menggabungkan diri dengan marga ini
yang disebut dengan Girsang Silangit. Peristiwa yang sama juga dialami salah
seorang keturunan marga Cibero yang bergelar Pangultopultop.
53
Karena memburu seekor burung dari Tungtung Batu Kecamatan Silima Punggapungga membawa dirinya sampai ke Simalungun dan memasuki
wilayah kekuasaan Tuan Simalobong salah satu partuanon dari Kerajaan Panei. Karena kepiawaiannya ia berhasil merebut hati rakyat Simalobong saat
terjadi musim paceklik sehingga rakyat pun dengan sukarela memanggilnya raja. Hal ini menimbulkan kemarahan dan kecemburuan Tuan Simalobong,
karena ia merasa ialah satu-satunya yang berhak menyandang titel tersebut.
Akibatnya Pangultopultop berurusan dengan pihak istana dan berhadapan langsung dengan Tuan Simalobong, peristiwa ini berujung dengan
adu sumpah marbija antara keduanya yang akhirnya berhasil dimenangkan oleh Pangultopultop. Kepemimpinan kemudian jatuh ke tangannya, di bekas
wilayah kekuasaan Tuan Simalobong, ia lalu mendirikan Kerajaan Purba dan
mengidentifikasi dirinya dengan sebutan Purba Pakpak.
Pengetua adat marga Cibero tersebut dengan tegas mengatakan bahwa Pangultopultop, sang pendiri Kerajaan Purba dan nenek moyang pertama
Purba Pakpak juga bermarga Cibero. Nama asli Pangultopultop menurutnya adalah Gorga, ia memiliki seorang saudara yg bernama Buah atau Suksuk
Langit, saudaranya inilah yg pindah ke Juhar dan menjadi Tarigan Sibero.
Mereka ini merupakan generasi ke 20 dari Raja Ghaib, generasi awal marga Cibero. Kalau merujuk pada pendapat beliau, artinya lebih dahulu si
Girsang merantau ke Simalungun dibanding si Parultop, ada selisih 9 generasi antara Girsang dan Parultop, leluhur Purba Pakpak. Di antara keturunan Purba
54
Pakpak ada yang membelah diri dan menyebut marganya dengan Purba Sihala dan mendiami daerah Purba Hinalang, keturunannyalah yang pindah ke tanah
Karo menjadi Tarigan Purba atau Tarigan Cikala yang banyak ditemukan di
daerah Cingkes dan Tanjung Purba, Kecamatan Dolog Silou.
Daftar Raja Purba: 1. Tuan Pangultop Ultop 1624-1648
2. Tuan Ranjiman 1648-1669 3. Tuan Nanggaraja 1670-1692
4. Tuan Batiran 1692-1717 5. Tuan Bakkaraja 1718-1738
6. Tuan Baringin 1738-1769 7. Tuan Bona Batu 1769-1780
8. Tuan Raja Ulan 1781-1769 9. Tuan Atian 1800-1825
10. Tuan Horma Bulan 1826-1856 11.Tuan Raondop 1856-1886
12.Tuan Rahalim 1886-1921 13. Tuan Karel Tanjung 1921-1931
14. Tuan Mogang 1933-1947
55
3.3. Sejarah Pattangan Pada Orang Simalungun