Marga Damanik Marga Besar di Simalungun

42

3.2. Marga Besar di Simalungun

3.2.1. Marga Damanik

Damanik adalah satu marga di antara empat marga pada suku bangsa Simalungun, Damanik merupakan marga pertama di Simalungun. Damanik berarti Simada Manik pemilik manik, yang mana dalam bahasa Simalungun Manik berarti Tonduy, Sumangat, Tunggung, Halanigan bersemangat, berkharisma, agungterhormat, paling cerdas. Leluhur marga Damanik dan marga-marga lain dalam Suku bangsa Simalungun berasal dari Nagore India Selatan dan Pegunungan Assam India Timur di sekitar abad ke-5, menyusuri Birma ke Siam dan Malaka untuk selanjutnya menyeberang ke Sumatera Timur dan mendirikan Kerajaan Nagur dari raja dinasti Damanik. Damanik disebut juga Parbapaan artinya seorang yang dituakan, tempat bertanya hal-hal yang diperlukan tentang sesuatu dalam ilmu yang terkandung pada alam semesta, dilihat dari Parhalaan, mempunyai ilmu pengobatan dan sebagainya, pada zaman dulu disebut Datu dukun. Karena oknumya dianggap manusia yang mengetahui rahasia-rahasia alam semesta. Sebagai Datu sering terlihat dalam pakaian jubah yang ditaburi manik-manik permata pada waktu memanjatkan mantera dalam upacara kepercayaan yang dianut pada masa itu. Bila dipertautkan dengan zaman kejadiaannya, dengan suatu masa manurut pra-sejarah kira-kira 800-600 SM. Pada zaman Kerajaan Sulaiman di Asia, pakaian jubah para Imam, sama bentuk dan perlengkapannya dengan yang dipakai Datu. Bila demikian, 43 tentu Datu menganut suatu keyakinan di samping ilmu-ilmu yang lain yang telah diuraikan di atas. Keyakinan di mana dalam masa pra-sejarah 1000 SM berupa suatu ajaran yang berasal dari Nabi Musa terkenal dengan ajaran Dasa Sila sepuluh perintah Tuhan yang menganggap bahwa manusia sama adanya di hadapan Tuhan. Dari fakta sejarah menurut peradaban Simalungun dapat disimpulkan bahwa orang yang berketepatan sebagai Raja di wilayah masing-masing ternyata berasal dari satu keturunan Nenek moyang yang tiba di Batubara. Pada satu generasi yang sama, muncul 3 tiga orang bersaudara berkedudukan sebagai Raja di wilayah masing-masing yang terdiri dari : 1. Raja Namartuah Raja Siattar dari jenis Marga Damanik Barotbot anak keturunan Marahsilu Raja Nagur yang terakhir. 2. Raja Jumorlang Kerajaan Jumorlang dari jenis Marga Damanik Bah Bolag anak dari sorotilu Kerajaan Manakasian. 3. Timoraja Damanik Nagur, sanak keluarga dari Raja-raja Nagur terdahulu. Dari 3 tiga jenis anak keturunan marga Damanik dalam peradaban untuk mengetahui dari antaranya siapa yang tertua, yang tengah dan yang bungsu, tidak terlihat lagi sebagai tanda-tanda pertalian dalam kekeluargaan tarombo. Tetapi dari sudut hubungan persaudaraan satu sama lain masih terdapat satu ketentuan dalam sebutan sebagai berikut : 44 Damanik Barotbot : • Anak keturunan Raja Uluan, Pamatang Sipolha di negeri Sijambur – Ajibata dan sebagainya. • Anak keturunan Raja Namaringis Raja Siattar di Pematang Siantar, Marihat. • Anak keturunan Partuanon Pamatang Bandar • Anak keturunan Partuanon Pamatang Sidamanik • Anak keturunan Parbapaan di Batubara Damanik- Batubara Dolog Malele, Bangun, Naga Huta, dan seterusnya. • Anak keturunan Parbapaan di Pulau Raja Damanik – Simargolong. Damanik Bah Bolag : Anak keturunan Raja Jumorlang diberi nama Ariurung Oppu Barita jabatan Bah Bolag penguasa lautan menjadi marga Damanik Bah Bolag berada di sekitar Pamatang Siantar. Damanik Nagur : Anak keturunan Damanik Nagur, Damanik Usang, Damanik Sola, Damanik Rappogos, Damanik Melayu, Damanik Bayu, Damanik Sarasa, Damanik Rih d.l.l. Sejak Simalungun masih diriwayatkan sebagai Nagur , Damanik telah menjadi pemimpin bagi marga lainnya. Sebagai marga 45 bangsawan awal, Damanik mengatur tatanan ke Simalungunan. Namun jika dilihat dari perjalanan panjang marga Damanik dalam tinjauan habonaron, maka sebuah kebenaran tidaklah boleh ditiadakan. Bukti dari “Perjalanan Simalungun Damanik dalam Tinjauan Habonaron”, sebagai etnismarga tua yang berbudaya dan memiliki peradaban yang tinggi. Pada masa sebelum Belanda masuk ke Simalungun, suku bangsa ini terbagi ke dalam 7 daerah yang terdiri dari 4 Kerajaan dan 3 Partuanan. Kerajaan tersebut adalah: 1. Siantar menandatangani surat tunduk pada belanda tanggal 23 Oktober 1889, SK No.25 2. Panei Januari 1904, SK No.6 3. Dolok Silou 4. Tanoh Djawa 8 Juni 1891, SK No.21 Sedangkan Partuanan dipimpin oleh seseorang yang bergelar tuan tersebut terdiri atas: 1. Raya Januari 1904, SK No.6 2. Purba 3. Silimakuta Kerajaan-kerajaan tersebut memerintah secara swaparaja. Setelah Belanda datang maka ketiga Partuanan tersebut dijadikan sebagai Kerajaan yang berdiri sendiri secara sah dan dipersatukan dalam Onderafdeeling Simalungun. Dengan Beslit tanggal 24 April 1906 nomor 1 kemudian 46 diperkuat lagi dengan Besluit tanggal 22 Januari 1908 nomor 57, Raja Siantar Sang Nahualu dinyatakan dijatuhkan dari tahtanya selaku Raja Siantar oleh pemerintah Hindia Belanda. Pemerintahan kerajaan Siantar, menunggu akil baligh Tuan Kodim dipimpin oleh suatu Dewan Kerajaan terdiri dari Tuan Marihat, Tuan Sidamanik dan diketuai oleh Kontelir Simalungun.

3.2.2. Marga Saragih

Dokumen yang terkait

Persepsi Masyarakat Desa Parbutaran Terhadap Pendidikan Formal (Studi Etnografi Mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Formal di Desa Parbutaran Kec. Bosar Maligas Kab. Simalungun)

8 111 119

PATTANGAN (Studi Etnografi Mengenai Kepercayaan Marga Besar pada Masyarakat Simalungun di Saribudolok terhadap Hewan)

4 37 112

PATTANGAN (Studi Etnografi Mengenai Kepercayaan Marga Besar pada Masyarakat Simalungun di Saribudolok terhadap Hewan)

0 0 11

PATTANGAN (Studi Etnografi Mengenai Kepercayaan Marga Besar pada Masyarakat Simalungun di Saribudolok terhadap Hewan)

0 0 1

PATTANGAN (Studi Etnografi Mengenai Kepercayaan Marga Besar pada Masyarakat Simalungun di Saribudolok terhadap Hewan)

0 0 18

PATTANGAN (Studi Etnografi Mengenai Kepercayaan Marga Besar pada Masyarakat Simalungun di Saribudolok terhadap Hewan)

0 0 20

PATTANGAN (Studi Etnografi Mengenai Kepercayaan Marga Besar pada Masyarakat Simalungun di Saribudolok terhadap Hewan)

0 0 2

BAB II GAMBARAN UMUM - Persepsi Masyarakat Desa Parbutaran Terhadap Pendidikan Formal (Studi Etnografi Mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Formal di Desa Parbutaran Kec. Bosar Maligas Kab. Simalungun)

0 1 27

BAB I PENDAHULUAN - Persepsi Masyarakat Desa Parbutaran Terhadap Pendidikan Formal (Studi Etnografi Mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Formal di Desa Parbutaran Kec. Bosar Maligas Kab. Simalungun)

0 2 24

Persepsi Masyarakat Desa Parbutaran Terhadap Pendidikan Formal (Studi Etnografi Mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Formal di Desa Parbutaran Kec. Bosar Maligas Kab. Simalungun)

0 0 15