Analisis Data Kelangsungan Hidup Ikan Lele Clarias sp

42 Hasil timbangan A dan B dihitung dengan menggunakan rumus : VSS mgl = _____A – B____ V sampel air ml Keterangan: A : hasil timbangan filter setelah suhu 103ºC mg B : hasil timbangan filter setelah suhu 550ºC mg

3.4 Analisis Data

Nilai pengukuran parameter pada akhir penelitian diuji dengan Analisis Sidik Ragam untuk melihat perbedaan antar perlakuan. Hasil pengukuran setiap paramater diuji dengan analysis of variance ANOVA satu arah untuk melihat perbedaan antara perlakuan variasi pakan, bakteri, dan molases terhadap kelangsungan hidup ikan. Apabila dalam ANOVA atau Sidik Ragam ternyata Fhit Ftab dengan signifikansi 5 maupun 1 maka dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan 5 sehingga dapat diketahui lebih jelas perbedaan antar perlakuannya. Hasil timbangan A dan B dihitung dengan menggunakan rumus : VSS mgL = _____A – B____ Volume sampel air ml 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kelangsungan Hidup Ikan Lele Clarias sp

Kelangsungan hidup adalah perbandingan antara jumlah individu yang hidup pada akhir pemeliharaan dengan jumlah individu yang hidup pada awal pemeliharaan. Data hasil penelitian teknologi pada budidaya ikan lele Clarias sp intensif dengan sistem heterotrofik dengan padat penebaran 50 gram sebanyak 20 ekor menghasilkan perbedaan tingkat kelangsungan hidup ikan lele pada setiap perlakuan. Hal ini bisa terlihat pada empat siklus grafik yang berbeda yang terdapat selama pengamatan berlangsung pada sistem budidaya intensif sistem heterotrofik. Pada gambar 2 dari empat siklus yang berbeda bisa terlihat tingkat kelangsungan hidup ikan lele yang kurang baik. Gambar 2. Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele Clarias sp Siklus 1 . 20 40 60 80 100 120 H0 H1 H2 H3 H4 P e rs e n A nobak+nomol B nobak+mol C bak+nomol D bak+Mol 44 Tingkat kelangsungan hidup ikan pada semua perlakuan mendapatkan hasil yang kurang optimal. Keadaan ini bisa dilihat pada awal penelitian sampai pada hari ke 4. Tingkat kelangsungan hidup ikan berangsur-angsur mengalami penurunan sampai 30 . Hal ini diduga karena pada hari tersebut ikan beradaptasi dan tingginya kadar amonia menyebabkan kelangsungan ikan menurun. Gambar 3. Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele Clarias sp Siklus 2. Hasil yang didapatkan pada hari ke 4 pada semua perlakuan tingkat kelangsungan hidup ikan mencapai 100, karena pada hari tersebut dilakukan penambahan ikan kembali dengan melihat kondisi yang terjadi pada siklus 1 yang tidak memungkinkan penelitian untuk dilanjutkan kembali. Pada perlakuan A hari ke 6 dan hari ke 7 tingkat kelangsungan hidup ikan mengalami penurunan sebesar 80 pada hari ke 6 dan 60 pada hari ke 7, hal ini dikarenakan pada hari tersebut kadar nitrit meningkat sebesar 20mgL, oleh karena itu tingkat kelangsungan 20 40 60 80 100 120 H4 H5 H6 H7 H8 H9 H10 P e rs e n A nobak+nomol B nobak+mol C bak+nomol D bak+Mol 45 hidup ikan menurun hanya dalam waktu rentang satu hari, selanjutnya hari ke 8 sampai hari ke 10 mengalami penurunan kembali sampai mengalami kematian. Pada perlakuan A yang mengalami penurunan selama penelitian, hal ini disebabkan karena banyaknya bakteri autotrof yang mendiami bak corong tersebut sehingga terjadinya proses pengubahan amonia secara maksimal yang dapat menghasilkan nitrit. Dua faktor pembatas penting dalam sistem polikultur intensif adalah kualitas air dan aspek ekonomi. Menurut Craigh dan helfrich 2002, meskipun melalui manajemen yang sangat baik, pakan yang dihasilkan akan menghasilkan limbah. Dari pemberian pakan yang diberikan kepada ikan, biasanya sekitar 10 terbuang atau tidak termakan, 10 merupakan limbah padatan solid waste dan 30 merupakan limbah cair liquid waste yang dihasilkan oleh ikan, dari sisanya 25 pakan dipergunakan untuk tumbuh dan 25 lainnya dipergunakan untuk metabolisme energi kondisi panas untuk proses biologis. Persentase ini tergantung pada jenis dan ukuran ikan, aktivitas, suhu air , dan kondisi lingkungan lainya. hal ini sebanding dengan apa yang telah dihasilkan oleh perlakuan pakan saja dengan tidak menggunakan bakteri komersial dan molase sehingga dihasilkan kualitas air yang tidak baik serta dapat mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup ikan lele Clarias gariepinus. Hasil analisis pada perlakuan B menunjukkan hasil yang cukup maksimal. Hal ini dibuktikan pada pengamatan yang didapatkan pada hari ke 7 sampai hari ke 9 dengan tingkat kelangsungan hidup ikan sebesar 60-80, hal ini disebabkan karena adanya peran molases yang merupakan sumber pakan bagi 46 bakteri heterotrof alami yang hidup dicorong dan rendahnya kadar amonia pada perlakuan B sebesar 2,49mgL serta kadar nitrit pada hari tersebut, dengan demikian perlakuan B ini di dominasi oleh bakteri heterotrof walaupun tidak sebanyak pada perlakuan sistem heterotrofik. Tumbuhnya bakteri heterotrof dapat menetralisir kandungan limbah yang memungkinkan dapat membahayakan bagi kehidupan ikan lele dan faktor pendukung lainnya seperti oksigen terlarut masih dapat dimanfaatkan oleh ikan dengan baik, karena pada kondisi tersebut kualitas air masih dikatakan tidak terlalu tercemar limbah nitrogen, sehingga kelangsungan hidup ikan lele cukup optimal. Pada hari ke 10 mengalami penurunan kelangsungan hidup ikan sampai tingkat kematian, hal ini dikarenakan pada hari tersebut suplai oksigen yang kurang, karena banyaknya sisa pakan dan endapan yang dapat menutup batu aerasi dan tingginya limbah nitrogen yang disebabkan sisa pakan yang tidak termakan, serta kurangnya peran kerja dari bakteri heterotrof alami yang tumbuh dengan tidak seimbangnya tingkat limbah nitrogen yang tinggi sehingga dihasilkan kematian pada ikan. Menurut Boyd 1982 menyatakan bahwa kandungan NH 3 sebesar 0,1 mgl menurunkan pertumbuhan dan menyebabkan kerusakan insang pada Channel Catfish, konsentrasi 0,52 mgl menurunkan pertumbuhan sebesar 50 , sedangkan pada konsentrasi 0,97 mgl pertumbuhan akan terhambat. Amonia juga dapat menyebabkan pertumbuhan menurun, hyperplasia insang, dan haemorragi.. 47 Hasil pengamatan perlakuan C dengan menggunakan pakan serta penambahan bakteri pada hari ke 6 sampai hari ke 10 mengalami penurunan tingkat kelangsungan hidup ikan lele sampai terjadinya kematian, hal ini disebabkan pada perlakuan tersebut kadar nitrit sangat tinggi yang sebelumnya terjadi proses pengubahan amonia menjadi nitrit yang dilakukan oleh bakteri autotrof dan kemungkinan disebabkan bakteri tidak mendapatkan asupan sumber karbon sehingga inokulasi bakteri minabacto yang mengubah bahan-bahan limbah nitrogen tidak dapat tumbuh dengan optimal sehingga pertumbuhannya kalah dengan bakteri autotrof. Hal ini diduga karena tidak adanya peranan penambahan molases ke dalam media pemeliharaan seperti yang dinyatakan oleh Avnimelech 1994, bahwa bakteri dan mikroorganisme lainnya memanfaatkan karbohidrat sebagai pakan untuk menghasilkan energi dan sumber karbon dan bersama dengan N di air memproduksi protein sel baru. Sehingga adanya penambahan molases ke dalam media pemeliharaan menyebabkan tumbuhnya pakan alami bagi ikan lele. Hasil analisis yang didapatkan pada perlakuan D yaitu dengan sistem heterotrofik menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya, hal ini terbukti mulai hari ke 5 sampai hari ke 10 didapatkan rata-rata tingkat kelangsungan hidupnya mencapai 60-90, hal ini karenakan pada perlakuan D kadar nitrit yang dihasilkan sangat rendah. Pada dasarnya perlakuan D tersebut dikarenakan adanya peran bakteri serta molase sebagai sumber karbon sehingga bakteri akan terus tumbuh dan mengubah senyawa amonia dan nitrit yang sangat beracun bagi ikan, serta faktor 48 kualitas air yang mendukung kinerja dari bakteri heterotrof tersebut. Hal ini membuktikan bahwa mekanisme kerja bakteri heterotrof berjalan sehingga kualitas air terjaga dengan baik sebagai hasil dari kinerja bakteri heterotrof dalam memanfaatkan limbah nitrogen dari hasil budidaya. Mekanisme kerja sistem bioflok merupakan mekanisme kerja kompleks, yaitu seluruh komponen yang ada di dalamnya saling mempengaruhi satu sama lain. Secara sederhana kinerja seluruh organisme pada sistem bioflok akan memberikan pengaruh pada media tempat hidupnya, dan kondisi tempat hidup organisme tersebut akan memberikan pengaruh balik pada kondisi kinerja organism. Uji statistik dengan menggunakan Analisys of variance dan uji duncan Lampiran 9 menunjukkan bahwa perlakuan variasi pakan, bakteri, dan molases berpengaruh nyata P0,01 terhadap kelangsungan hidup ikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung lebih kecil dari F table atau sig 0,00. Pada Uji Duncan terlihat bahwa terjadi perbedaan kelangsungan hidup ikan yang sangat nyata P0,01 pada perlakuan A, B, C, dan D. Hal ini dapat dilihat dari subset dimana tiap-tiap perlakuan terletak pada subset yang berbeda. 49 Gambar 4. Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele Clarias sp Siklus 3. Hasil menunjukkan gambar 4 pada semua perlakuan hari ke 10 terjadinya penambahan ikan kembali sehingga terjadinya kenaikan sampai 100. Tingkat kelangsungan hidup ikan lele yang sangat stabil didapatkan pada perlakuan D yaitu perlakuan sistem heterotrofik, selanjutnya pada perlakuan lainnya didapatkan tingkat kelangsungan hidup ikan lele yang kurang baik atau secara terus menerus terjadinya penurunan sampai meningkat kearah kematian. Pada perlakuan D mulai dari hari ke 10 sampai hari ke 18 tingkat kelangsungan hidup ikan lele menghasilkan 80-90, hal ini sudah membuktikan bahwa perlakuan D dengan menggunakan bakteri dan molases bekerja dengan maksimal sehingga didapatkan hasil yang sangat baik pada perlakuan D serta rendahnya kadar nitrit pada perlakuan tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Brune et al 2003, menyatakan bahwa proses biosintesis bakteri heterotrofik berlangsung lebih cepat dibanding dengan proses biosintesis alga maupun proses nitrifikasi, yakni waktu generasi 10 jam berbanding dengan 20 40 60 80 100 120 H10 H11 H12 H13 H14 H15 H16 H17 H18 P e rs e n A nobak+nomol B nobak+mol C bak+nomol D bak+Mol 50 24-48 jam dengan demikian cepatnya pertumbuhan bakteri heterotrofik mampu mengubah amonia dan bahan –bahan limbah nitrogen lainya. Manfaat dari kinerja sistem heterotrofik yaitu mendukung pertumbuhan ikan budidaya, yaitu lele dan nila, Tacon dkk 2002 menyatakan bahwa bioflok merupakan campuran kompleks dari mikroorganisme, termasuk bakteri, mikroalga, jamur, protozoa, metazoan, rotifer dan gastrotrich. Gambar 5. Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele Clarias sp Siklus 4. Hasil pengamatan pada gambar 5 didapatkan tingkat kelangsungan hidup ikan lele yang tidak terlalu jauh pada gambar 4. Pada hari ke 18 tingkat kelangsungan hidup ikan mengalami kenaikan sebesar 100 pada semua perlakuan, hal ini disebabkan pada hari tersebut terjadinya penambahan ikan kembali, dikarenakan pada hari sebelumnya terjadi penurunan sampai kematian pada ketiga perlakuan selain perlakuan D. 20 40 60 80 100 120 H18 H19 H20 H21 P e rs e n A nobak+nomol B nobak+mol C bak+nomol D bak+Mol 51 Pada ketiga perlakuan selain perlakuan D selalu mengalami penurunan kelangsungan hidup ikan, hal ini dikarenakan tingginya kadar nitrit pada ketiga perlakuan tersebut yang sebelumnya terjadinya proses pengubahan amonia yang dilakukan oleh bakteri autotrof pada perlakuan A dan perlakuan C, sedangkan pada perlakuan B dimungkinkan kalahnya persaingan bakteri heterotrof alami yang tumbuh pada perlakuan tersebut dengan bakteri autotrof. Pada perlakuan D selama penelitian dari siklus 4 didapatkan hasil yang sangat baik mencapai 80-90, hal ini dikarenakan pada perlakuan D merupakan sistem haterotrofik yang menggunakan peran bakteri serta molase sebagai sumber karbon dan rendahnya kadar nitrit pada perlakuan D tersebut, untuk itu perlakuan D dapat dimanfaatkan untuk budidaya perikanan dalam hal meningkatkan kelangsungan hidup ikan lele yang lebih baik.

4.2 Parameter Kualitas Air