Amonia Parameter Kualitas Air

51 Pada ketiga perlakuan selain perlakuan D selalu mengalami penurunan kelangsungan hidup ikan, hal ini dikarenakan tingginya kadar nitrit pada ketiga perlakuan tersebut yang sebelumnya terjadinya proses pengubahan amonia yang dilakukan oleh bakteri autotrof pada perlakuan A dan perlakuan C, sedangkan pada perlakuan B dimungkinkan kalahnya persaingan bakteri heterotrof alami yang tumbuh pada perlakuan tersebut dengan bakteri autotrof. Pada perlakuan D selama penelitian dari siklus 4 didapatkan hasil yang sangat baik mencapai 80-90, hal ini dikarenakan pada perlakuan D merupakan sistem haterotrofik yang menggunakan peran bakteri serta molase sebagai sumber karbon dan rendahnya kadar nitrit pada perlakuan D tersebut, untuk itu perlakuan D dapat dimanfaatkan untuk budidaya perikanan dalam hal meningkatkan kelangsungan hidup ikan lele yang lebih baik.

4.2 Parameter Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diamati selama penelitian meliputi: suhu, oksigen terlarut, pH, amonia, nitrit, nitrat, dan volatile suspendid solid VSS. VSS merupakan faktor pendukung bagi tingkat kelangsungan hidup ikan lele Clarias sp.

4.2.1 Amonia

Amonia merupakan senyawa utama limbah metabolisme ikan dan sering menjadi masalah dalam budidaya ikan. Melalui penambahan sumber karbon untuk meningkatkan rasio CN di dalam air diharapkan terjadi pertumbuhan bakteri 52 secara optimal sehingga dapat menyerap senyawa amonia dan diubah menjadi biomassa bakteri. Secara teoritis, untuk mengubah 1 g amonium dibutuhkan 20 g karbohidrat Avnimelech and Wyk, 2007. Amonia merupakan bentuk utama ekskresi nitrogen dari organisme akuatik. Buangan nitrogen lainnya berupa urea, asam urea, creatine, creatinine, asam amino, dan trimetilamin oksida Lovell, 1989. Ikan mengeksresikan banyak buangan nitrogen melalui insang dalam bentuk NH 4 + , dimana NH 4 + yang dikeluarkan sebanyak 60 – 90 dari total buangan nitrogen Stickney, 1979. Di dalam perairan, amonia terdapat dalam bentuk un-ionized NH 3 , dan ionized NH 4 + . Menurut Heath 1987, amonia tidak hanya terdapat pada sungai, tetapi juga diakibatkan oleh hasil pembusukan dekomposisi bahan organik. Pada gambar 6 bisa terlihat terjadinya perbedaan tingkat amonia pada setiap perlakuan. Gambar 6. Parameter Amonia Selama Penelitian. 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 H0 H2 H4 H8 H12 H16 H21 A nobak+nomol B nobak+mol C bak+nomol D bak+Mol 53 Hasil pengamatan terhadap parameter kualitas air seperti amonia selama penelitian mendapatkan perbedaan yang nyata. Pada hari ke 2 dan hari ke 4 pada perlakuan A amonia meningkat sebesar 19,28 mgL, hal ini di duga karena tidak adanya aktivitas dari bakteri autotrof sehingga kadar amonia tinggi, hal ini juga disebabkan tidak adanya pergantian air sehingga kandungan limbah nitrogen seperti amonia banyak terdapat pada perlakuan tersebut dan banyaknya sisa pakan yang tidak termakan atau terbuang serta hasil eksresi dari ikan tersebut yang menyebabkan kondisi dari bak tersebut keruh dan kotor. Penurunan kadar amonia terjadi antara lain karena adanya pemanfaatan oleh proses mikrobial. Pemanfaatan amonia bisa terjadi dalam tiga proses utama yakni proses fotoautrotofik biosintesis alga yang menghasilkan biomassa alga, proses heterotrofik biosintesis bakteri yang menghasilkan biomassa bakteri dan proses kemoautotrofik nitrifikasi yang menghasilkan senyawa nitrit yang selanjutnya diubah lagi menjadi nitrat Brune et al., 2003, Selanjutnya pada hari ke 8 sampai hari ke 16 terjadinya penurunan amonia sebesar 4,95 mgL, hal ini disebabkan karena adanya aktivitas bakteri autotrof dan terjadi kenaikan pada hari ke 21 di duga karena pada hari tersebut sisa pakan dan hasil eksresi oleh ikan banyak sehingga amonia tinggi. Pada perlakuan B tingkat amonia hari ke 2 dan 4 terjadi kenaikan amonia, hal ini diduga karena sedikitnya bakteri heterotrof alami dengan memanfaatkan molases sebagai sumber karbon, oleh karena itu amonia pada hari tersebut terjadi kenaikan sebesar 21,20mgL. Lain halnya pada hari 8 sampai hari ke 21 terjadinya penurunan amonia sebesar 2,49mgL, karena pada hari tersebut bakteri heterotrof 54 sudah memanfaatkan sumber karbon dengan optimal sehingga kadar amonia dapat ditekan sedikit mungkin. Pada perlakuan C hari ke 2 dan 4 mengalami kenaikan sebesar 17,37mg L- 19,99 mgL, hal ini di duga karena tidak adanya aktivitas dari bakteri autotrof, sehingga bakteri autotrof dapat mengubah amonia menjadi nitrit dan selanjutnya menjadi nitrat. Pada hari ke 8, 12 dan hari ke 16 terjadinya penurunan kadar amonia sebesar 7,20mgL-2,36mgL, hal ini di duga karena adanya aktivitas bakteri autotrof. Pada hari 21 terjadinya kenaikan amonia kembali sebesar 15,70mgL, hal ini di duga karena banyaknya metabolisme ikan dan sisa pakan yang dapat menyebabkan kadar amonia meningkat. Pada perlakuan D dengan sistem heterotrofik kadar amonia meningkat pada hari ke 2 dan 4 sebesar 15,19mgL, hal ini di duga adanya akumulasi limbah nitrogen dan adanya sisa pakan yang dihasilkan oleh ikan dan keberadaan bakteri heterotrof masih dalam fase adaptasi atau populasi bakteri heterotrof belum tumbuh dengan baik serta tidak adanya pergantian air selama penelitian berlangsung yang menyebabkan terjadinya kenaikan amonia Montoya and Velasco 2000, Selanjutnya pada hari ke 8 sampai hari ke 21 kadar amonia terjadi penurunan yang sangat baik sebesar 0,98mgL-6,19mgL, hal ini disebabkan adanya aktivitas bakteri heterotrof, sehingga kadar amonia bisa ditekan sedikit mungkin dengan sistem heterotrofik dan selanjutnya diubah menjadi biomassa. Kemungkinan meningkatnya amonia dalam sistem budidaya ini dipengaruhi oleh pH dan suhu. Pada pH air rendah asam amonia cenderung lebih banyak dalam bentuk NH 4 + , sedangkan dalam pH air tinggi basa amonia 55 cenderung lebih banyak dalam bentuk NH 3. Pada suhu air rendah amonia cenderung lebih banyak dalam bentuk NH 4 + sedangkan dalam suhu air tinggi amonia cenderung lebih banyak dalm bentuk NH 3 + . Menurut Boyd 1982 menyatakan bahwa kandungan NH 3 sebesar 0,1 mgl menurunkan pertumbuhan dan menyebabkan kerusakan insang pada Channel Catfish, konsentrasi 0,52 mgl menurunkan pertumbuhan sebesar 50 , sedangkan pada konsentrasi 0,97 mgl pertumbuhan akan terhambat. Amonia juga dapat menyebabkan pertumbuhan menurun, hyperplasia insang, dan haemorragi. Amonia tinggi dapat menyebabkan perubahan pertahanan darah- otak, menggangu transportasi asam amino, mengganggu peredaran darah. NH4 + dapat mengganggu mekanisme pergantian ion pada sistem syaraf pusat denga n cara menggantikan ion K +. . Dengan adanya bahan organik, proses mikrobial yang berlangsung di dalam air akan didominasi oleh bakteri heterotrof yang lebih cepat menyerap amonium menjadi biomasa bakteri dibandingkan dengan bakteri nitrifikasi yang tergolong bakteri autotrof. Bakteri heterotrof mampu menyerap sampai 50 dari jumlah amonium terlarut dalam air. Beberapa mikroorganisme yang bersifat heterotrofik juga dilaporkan mampu mengoksidasi amonia atau nitrogen organik menjadi nitrit atau nitrat Sylvia et al., 1990.

4.2.2 Nitrit