65
molase sehingga pada perlakuan ini terjadinya persaingan sesama bakteri heterotrof dalam menggunakan molases.
Pada perlakuan C dengan pemberian inokulasi bakteri tanpanya adanya sumber karbon berupa molases terjadinya penurunan pada hari ke 0, dan ke 4, hal
ini di duga karena pada hari tersebut inokulasi bakteri minabacto dalam fase adaptasi atau tidak adanya sumber karbon sebagai penstimulus untuk
pertumbuhan inokulasi bakteri minabacto tersebut atau rendahnya inokulasi bakteri minabacto dalam bertahan dengan bakteri alami yang ada pada perlakuan
tersebut. Pada hari ke 2, 8 dan hari ke 16 terjadinya kenaikan nilai volatile
suspendid solid, kenaikan tersebut dikarenakan pada hari tersebut bakteri yang di inokulasikan dalam fase pertumbuhan sehingga diasumsikan bakteri autotrof
tersebut sudah mulai tumbuh dengan baik. Pada hari ke 21 terjadinya penurunan kembali hal ini di sebabkan pada hari tersebut bakteri dalam fase kematian.
4.2.5 Suhu
Suhu merupakan parameter yang terpenting dalam suatu budidaya perikanan, karena suhu perairan merupakan salah satu parameter yang mengatur
baik proses fisika maupun proses kimia yang terjadi di dalam suatu perairan. Suhu perairan akan mempengaruhi kelarutan oksigen, komposisi subtrat, kekeruhan
maupun kecepatan reaksi kimia di dalam air. Hal ini bisa dibuktikan pada gambar 10 yang menunjukkan nilai suhu dari semua perlakuan masih dianggap normal
untuk pertumbuhan ikan lele Clarias sp.
66 Gambar 10. Parameter Kualitas Suhu Selama Penelitian.
Pada hari pertama pengamatan sampai hari akhir pada semua perlakuan menunjukkan suhu yang masih dianggap normal untuk pertumbuhan ikan lele
yaitu 27,5 sampai 28,5 C , hal ini terbukti bahwa suhu ideal untuk pertumbuhan
lele antara 27 – 29
o
C Rachmiwati, 2008. Begitu pula dengan pendapat Varikul dan Sritongsak, 1980 menyatakan bahwa suhu air yang optimal bagi kehidupan
ikan air tawar berkisar antara 24-30 C untuk daerah subtropik dan 26-32
C untuk daerah tropis.
Menurut Ali 1991, pada suhu di atas 32
o
C benih ikan lele mulai berkurang nafsu makannya dan proses pencernaan terganggu. Gangguan ini
menurut Windell 1978 dalam Ali 1991 karena enzim-enzim pencernaan mengalami penurunan aktivitas akibat terdenaturasi. Perubahan suhu yang
mendadak dapat menyebabkan lele stres dan kemudian mati karena itu suhu diharapkan stabil selama pemeliharaan berlangsung Cholik, 1991. Suhu
26,5 27,0
27,5 28,0
28,5 29,0
H0 H2
H4 H8
H12 H16
H21 A nobak+nomol
B nobak+mol C bak+nomol
D bak+Mol
67
berpengaruh terhadap kadar oksigen terlarut dan oksigen berbanding terbalik dengan suhu, artinya bila suhu tinggi, maka kelarutan oksigen berkurang. semakin
tinggi suhu air, semakin tinggi pula laju metabolisme, distribusi suhu secara vertikal akan mempengaruhi viskositas air.
4.2.6 pH
pH merupakan hasil pengukuran aktivitas ion hidrogen dalam perairan yang menunjukkan keseimbangan antara asam dan basa air Mackereth et.al,
1989. Pada umumnya sebagian biota air sensitif terhadap perubahan pH, dan
hampir semua biota menyukai pH 7-8,5. Besaran pH sangat mempengaruhi proses biokimia yang terjadi disuatu perairan, sebagai contoh proses nitrifikasi akan
terhenti manakala pH perairan rendah Novotny dan Olem, 1994. Hal ini bisa terlihat pada gambar 11 yang menunjukkan nilai pH pada setiap perbedaan
perlakuan.
Gambar 11. Parameter pH Selama Penelitian.
0,00 1,00
2,00 3,00
4,00 5,00
6,00 7,00
8,00 9,00
H0 H2
H4 H8
H13 H16
H21 A nobak+nomol
B nobak+mol C bak+nomol
D bak+Mol
68
Secara umum, nilai pH yang terukur pada penelitian ini masih berada di dalam kisaran optimal bagi kebanyakan ikan dan biota akuatik lainnya. Kisaran
pH yang optimal untuk ikan adalah 6,5-8,5 Svobodova et al., 1993, Sedangkan bagi bakteri heterotrofik yaitu Bacillus sp akan tumbuh aktif pada pH 5,5
– 8,5 Abdillah, 2009.
Pada setiap perlakuan didapatkan kisaran pH yang fluktuatif dan terjadinya penurunan kisaran pH dari kisaran nilai normal hanya terdapat pada
perlakuan C yaitu perlakuan dengan menggunakan bakteri tetapi tidak menggunakan molase sebagai sumber karbon sebesar 5,64, hal ini dimungkinkan
karena pada corong tersebut terjadinya penambahan biomassa ikan, dengan meningkatnya biomassa maka aktifitas respirasi meningkat sehingga konsumsi
oksigen akan meningkat. dengan meningkatnya konsumsi oksigen, maka jumlah karbondioksida yang dikeluarkan semakin banyak. kondisi tersebut akan
menggeser reaksi ke pembentukan ion H
+
sehingga menyebabkan pH turun. pH rendah kandungan oksigen terlarut akan berkurang. selain itu nilai
kisaran pH masih dianngap normal dan baik untuk kelangsungan hidup ikan. Menurut Soetomo 2000, pH yang kurang dari 4 dan lebih dari 11 akan
membunuh ikan, sedangkan nilai pH 9,5 akan menyebabkan perkembangan ikan lele terganggu.
4.2.7 Oksigen Terlarut DO