Latar belakang Kelangsungan hidup ikan lele pada budidaya intensif sistem heterotropik

16 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Seiring dengan pertambahan penduduk dan peningkatan kebutuhan akan produk ikan dan tingkat konsumsi ikan, budidaya perikanan dituntut untuk meningkatkan produksinya. Ikan lele merupakan salah satu komoditas perikanan yang paling banyak dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Data Statistik Perikanan Indonesia menunjukkan bahwa ikan lele menduduki peringkat nomor tiga produksi budidaya ikan air tawar di Indonesia setelah ikan mas dan nila Anonimus, 2008. Jawa Barat merupakan pusat produksi ikan lele dan pada tahun 2000 menghasilkan 6.421 ton ikan lele dan meningkat 23.642 ton pada tahun 2006 Anonimus, 2007. Revitalisasi lele sampai dengan akhir tahun 2009 ditargetkan mencapai produksi 175.000 ton atau meningkat rata-rata 21,64 per tahun Mahyudin, 2008. Kondisi lingkungan abiotik pada ekosistem perairan mempunyai peranan sangat penting dalam memelihara kelangsungan budidaya. Di alam maupun kolam lele memiliki pertumbuhan yang cepat dan tahan terhadap lingkungan yang kurang baik. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik diperlukan kondisi tempat atau air yang mengandung cukup oksigen dan tidak mengandung bahan pencemar, serta pembudidayaan yang baik. 17 Budidaya lele saat ini banyak dilakukan dengan sistem intensif. Intensifikasi dicirikan dengan adanya peningkatan kepadatan ikan dan pakan tambahan. Masalah yang kemudian selalu muncul dalam budidaya secara intensif yaitu terjadinya penurunan kualitas air pada media budidaya yang disebabkan meningkatnya produk metabolit Hepher dan Prugnin, 1990. Meningkatnya hasil buangan metabolisme ikan akhirnya dapat meningkatkan kadar amoniak dalam air. Keberadaan amoniak mempengaruhi pertumbuhan ikan karena mereduksi masukan oksigen akibat rusaknya insang, menambah energi untuk detoksifikasi, menggangu osmoregulasi dan mengakibatkan kerusakan fisik pada jaringan Boyd, 1990. Untuk itu perlu dilakukan penanganan limbah hasil budidaya intensif ini, sehingga limbah tidak menjadi toksik dan tidak menyebabkan kematian pada ikan serta dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup ikan. Penanganan limbah ini dapat dilakukan dengan menggunakan sistem heterotrofik pada budidaya ikan intensif. Sistem heterotrofik merupakan sistem budidaya ikan yang menggunakan bakteri heterorof Beristain, 2005. Bakteri heterotrof akan mengkonversi limbah nitrogen organik amonia, nitrit, dan nitrat menjadi biomassa. Sistem heterotrofik dalam budidaya intensif diperlukan untuk memaksimalkan pengolahan limbah agar tercipta produksi dengan tingkat kelangsungan hidup ikan yang tinggi, serta dapat mengurangi beban cemaran limbah budidaya ikan ke perairan sekitarnya dan menghasilkan sistem dan teknologi budidaya yang lebih efisien. 18 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana kelangsungan hidup ikan lele Clarias sp pada budidaya intensif dengan menggunakan sistem heterotrofik? 2. Bagaimana kadar nitrogen pada budidaya intensif dengan menggunakan sistem heterotrofik? 3. Berapakah nilai volatile suspendid solid yang dapat diperoleh pada budidaya intensif dengan menggunakan sistem heterotrofik?

1.3 Tujuan Penelitian