1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang luar biasa, yaitu sekitar 40.000 jenis tumbuhan, dan dari jumlah tersebut sekitar 1.300
diantaranya digunakan sebagai obat tradisional Rustam, et al., 2007. Salah satu tumbuhan yang berpotensi untuk dijadikan obat adalah tumbuhan tingkat
rendah yaitu lumut hati. Lumut merupakan tumbuhan tingkat rendah yang termasuk ke dalam
divisi bryophyta. Informasi kajian flora tingkat rendah seperti bryophyta masih belum banyak diinformasikan, berbeda dengan flora tingkat tinggi yang
sudah banyak dipublikasikan Immamuddin, 2006. Lumut hati dengan beragam filum yang kecil, merupakan rumput-
rumputan yang diperkirakan terdiri dari sekitar 5.000 spesies. Tanaman ini membentuk spora dan dapat tumbuh hampir di semua habitat yang
tersedia, terutama di lokasi yang lembab. Lumut hati dibedakan dari kelas- kelas tumbuhan lumut lainnya karena adanya minyak tubuh oil bodies,
yang mampu mensintesis senyawa yang larut lemak seperti asetogenin, terpenoid dan senyawa aromatik, sementara yang lainnya tidak Ludwiczuk
Asakawa, 2010. Lumut hati memiliki badan minyak oil bodies sebagai penanda yang sangat penting untuk klasifikasi lumut hati tersebut.
Beberapa kandungan kimia dari lumut hati merupakan senyawa yang khas bagi kelas ini dan menunjukkan berbagai aktivitas biologis yang menarik,
seperti antimikroba, sitotoksik, antioksidan dan sejumlah enzim yang bekerja sebagai inhibitor serta memiliki aktivitas yang merangsang apoptosis
Komala, 2010. Dalam penelitian sebelumnya, Komala, et al. 2010 telah
melaporkan bahwa tumbuhan lumut hati Mastigophora diclados yang tumbuh di Tahiti mengandung senyawa-senyawa fenolik seskuiterpenoid
herbertan. Senyawa-senyawa golongan fenolik seskuiterpenoid herbertan
2
dilaporkan memiliki aktivitas sitotoksik, antioksidan, dan antimikrobial. Antioksidan bekerja dapat menghambat radikal bebas yang diketahui sebagai
mediator dari berbagai penyakit antara lain karsinogenesis, jantung koroner, inflamasi, artitis, diabetes dan penuaan Ali et al., 2011. Maka dapat
diasumsikan bahwa tumbuhan lumut hati Mastigophora diclados yang tumbuh di Indonesia memiliki kandungan kimia yang hampir sama dengan
Mastigophora diclados yang tumbuh di Tahiti dan ada kemungkinan mempunyai aktivitas antiinflamasi.
Rasa nyeri dan peradangan inflamasi merupakan gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering terjadi yang disebabkan karena suatu
kerusakan jaringan atau gangguan metabolisme jaringan yang diikuti dengan pembebasan dan pembentukan bahan mediator, seperti prostagladin, histamin,
serotonin dan bradikinin Tjay, 2007. Pada penelitian sebelumnya, Purnamasari 2013 melaporkan bahwa
terdapat aktivitas antiinflamasi pada ekstrak etanol lumut hati Mastigophora diclados dengan menggunakan metode pembentukan udem buatan pada
telapak kaki kiri belakang tikus putih jantan dengan menggunakan karagenan sebagai penginduksi udem pada dosis ekstrak 0,1 mgkgBB, 1mgkgBB, 10
mgkgBB, 100 mgkgBB, 1000 mgkgBB. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai efek antiinflamasi lumut hati Mastigophora
diclados ekstrak etil asetat dengan cara maserasi bertingkat, diawali dengan pelarut non polar n heksan kemudian dilanjutkan dengan pelarut semi polar
etil asetat. Ekstrak yang diujikan adalah ekstrak etil asetat dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya aktivitas antiinflamasi pada ekstrak semi
polarnya.
1.2 Rumusan Masalah