Preparasi Sampel Pembuatan Ekstrak Etil Asetat Lumut Hati Mastigophora Uji Efek Antiinflamasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.2.3 Bahan Kimia

Bahan untuk uji efek antiinflamasi yang digunakan adalah karagenan jenis kappa untuk induksi radang yang diperoleh dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, asam asetil salisilat sebagai zat pembanding diperoleh dari Laboratorium Penelitian Kimia Obat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, natrium karboksimetil selulosa Na CMC, dan NaCl fisiologis 0,9. Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi adalah n-heksan, etil asetat. Sedangkan bahan untuk penapisan fitokimia adalah kloroform, amonia, pereaksi dragendorf, pereaksi meyer, HCl, H 2 SO 4, FeCl 3 , NaOH, etil asetat dan aquadest.

3.2.4 Hewan Percobaan

Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus jantan strain Sprague Dawley umur 2-3 bulan dengan bobot badan berkisar antara 200-250 g Widiyantoro, 2012. Hewan tersebut diperoleh dari Gajah Mada Veterinary Gamavet, Yogyakarta yang disimpan dalam kandang tikus pada suhu ruang, lampu dalam keaadaan hidup selama 12 jam dan lampu keadaan mati selama 12 jam, diberikan makanan standar dan diberikan minum air.

3.3 Rancangan Prosedur Kerja

3.3.1 Preparasi Sampel

1 Pengumpulan dan penyediaan lumut hati Mastigophora diclados. 2 Lumut hati Mastigophora diclados disortasi basah, dicuci dengan air sampai bersih, dikeringanginkan dalam ruangan, disortasi kering, ditimbang kemudian dihaluskan dengan blender hingga menjadi serbuk. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.2 Pembuatan Ekstrak Etil Asetat Lumut Hati Mastigophora

diclados Pembuatan Ekstrak Etil Asetat Lumut Hati Mastigophora diclados dilakukan dengan cara remaserasi bertingkat, diawali dengan perendaman menggunakan pelarut n-heksan, kemudian etil asetat, dan terakhir metanol. Campuran bubuk daun dan pelarut tersebut dimaserasi direndam sampai diperoleh filtrat jernih Asmaliyah, 2010. Pada penelitian ini yang diambil adalah ekstrak etil asetat. Oleh karena itu, setelah dimaserasi dengan etil asetat, maserat disaring dan dipekatkan dengan rotary evaporator. Dihitung hasil rendemen ekstrak dengan rumus : rendemen ekstrak = Bobot ekstrak yang didapat Bobot serbuk simplisia yang diekstraksi x 100

3.3.3 Penapisan Fitokimia Ayoola, et al., 2008

1. Uji Antraquinon

Sejumlah ekstrak didihkan bersama asam sulfat H 2 SO 4 lalu disaring selagi hangat. Filtrat yang dihasilkan ditambah dengan 5 mL kloroform dan dikocok. Lapisan kloroform dipipet dan dimasukkan kedalam tabung reaksi yang lain dan ditambahkan 1 mL ammonia. Perubahan warna yang terjadi pada larutan mengindikasikan adanya antraquinon. 2.Uji Terpenoid Sejumlah ekstrak ditambahkan dengan 2 mL kloroform. Kemudian dengan hati-hati ditambahkan H 2 SO 4 pekat 3 mL sampai membentuk lapisan. Terbentuknya warna merah kecoklatan menunjukkan adanya terpenoid. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Uji Flavonoid

Tiga metode yang digunakan untuk menguji flavonoid. 1 Amonia encer 5 mL ditambahkan ke sebagian filtrat encer dari ekstrak. Kemudian asam sulfat pekat 1 mL ditambahkan. Sebuah warna kuning yang hilang menunjukkan adanya flavonoid. 2 Beberapa tetes larutan aluminium 1 ditambahkan ke sebagian dari filtrat. Terbentuknya warna kuning menunjukkan adanya flavonoid. 3 Sebagian dari ekstrak dipanaskan dengan 10 mL etil asetat yang telah diuapkan selama 3 menit. Campuran kemudian disaring dan 4 mL filtrat dikocok dengan penambahan 1 mL larutan amonia encer. Terbentuknya warna kuning menunjukkan adanya flavonoid.

4. Uji Saponin

Sejumlah ekstrak ditambahkan 5 mL aquades dalam tabung reaksi. Larutan dikocok kuat dan diamati. Terbentuknya busa stabil menunjukkan adanya saponin.

5. Uji Fenolik

Sejumlah ekstrak dalam 10 mL air dididihkan dalam tabung reaksi kemudian disaring. beberapa tetes besi klorida 0,1 ditambahkan dan diamati, terbentuknya warna hijau kecoklatan atau biru-hitam menunjukkan adanya fenolik.

6. Uji Alkaloid

Sejumlah ekstrak dilarutkan dalam asam klorida encer, dipanaskan kemudian disaring. 5 mL filtrat ditambahkan dengan 2 mL amonia dan 5 mL kloroform, dikocok. Lapisan kloroform ditambahkan etil asetat 10 mL. Filtrat kemudian dibagi dua. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1. Uji Mayer : Filtrat diberi reagen mayer, terbentuknya endapan berwarna kuning menunjukkan adanya alkaloid. 2. Uji Dragendroff : Filtrat diberikan reagen dragendroff, terbentuknya endapan merah menunjukkan adanya alkaloid. 3.3.4 Uji Parameter Non-Spesifik Ekstrak Depkes RI, 2000 1. Uji Kadar Air Ditimbang seksama 1 g ekstrak dalam krus porselen bertutup yang sebelumnya telah ditara. Krus yang berisi ekstrak kemudian dikeringkan pada suhu 105 C selama 5 jam dan ditimbang. Pengeringan dilanjutkan dan ditimbang pada jarak 1 jam sampai perbedaan antara 2 penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25.

2. Uji Kadar Abu Total

Ditimbang 2 g ekstrak dengan seksama ke dalam krus yang telah ditara, dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, didinginkan, ditimbang. Jika cara ini arang tidak dapat dihilangkan, ditambahkan air panas, disaring melalui kertas saring bebas abu. Dipijarkan dalam krus yang sama. Filtrat dimasukkan ke dalam krus, diuapkan, dipijarkan hingga bobot tetap, ditimbang. Dihitung kadar abu total terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.

3.3.4 Uji Efek Antiinflamasi

Uji aktivitas antiinflamasi atau anti radang dilakukan berdasarkan kemampuan ekstrakfraksisenyawa aktif mengurangi atau menekan derajat udema pembengkakan karena radang yang diinduksi zat penyebab radang pada hewan percobaan Widiyantoro et al., 2011. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pada penelitian ini, induksi udema dilakukan pada kaki tikus dengan cara penyuntikan suspensi karagenan 1 0,2 mL intraplantar.

a. Percobaan Pendahuluan

Percobaan pendahuluan dilakukan untuk mencari dosis yang mempunyai efek terhadap hewan percobaan. Dosis yang diberikan untuk percobaan pendahuluan adalah 10, 100, dan 1000 mgkg BB. Dari hasil percobaan menunjukkan bahwa dosis 1000 mgkg BB menyebabkan kematian semua hewan coba dalam satu kelompok dalam kurun waktu 24 jam. Sedangkan pada dosis 10 dan 100 mgkg BB mampu menunjukkan efek positif dan setelah dianalisa secara statistik hasil hambat udem dari kedua dosis belum menunjukkan perbedaan yang bermakna pada taraf uji statistik 0,05 ρ ≥ 0,05, maka dilakukan pengujian lagi dengan penurunan dosis di bawah dosis 100 mgkg BB, yaitu dosis 50 mgkg BB dan penurunan dosis di bawah dosis 10 mgKgBB, yaitu dosis 5 mgKg BB.

b. Pengelompokan Hewan Percobaan

Jumlah hewan percobaan yang digunakan menurut WHO adalah 5 ekor untuk tiap kelompok. Dalam penelitian ini digunakan 5 ekor tikus untuk masing-masing kelompok. Tikus dikelompokkan menjadi 6 kelompok, dimana masing- masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus dengan rincian sebagai berikut :