KERANGKA KONSEPTUAL ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL

Universitas Sumatera Utara

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan desain studi potong lintang cross sectional study yang bersifat analitik. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan di beberapa lokasi seperti : 1. Poliklinik THT-KL FK USURSUP. H. Adam Malik Medan untuk memeriksa dan mendiagnosis pasien secara klinis. 2. Pemeriksaan audiometri nada murni dilakukan di KASOEM Hearing Center.

4.2.2 Waktu penelitian

Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2009. 4.3 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 4.3.1. Populasi 4.3.1.1 Populasi target : semua penderita OMSK. 4.3.1.2 Populasi terjangkau : semua penderita OMSK yang berobat ke RSUP. H. Adam Malik Medan mulai bulan Mei 2009 – Agustus 2010. Universitas Sumatera Utara

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah seluruh populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut: Kriteria inklusi: a. Usia antara 12 sampai 40 tahun b. Penderita yang sama sekali belum pernah dilakukan operasi timpanomastoidektomi c. Bersedia diikutsertakan dalam penelitian. Kriteria eksklusi: a. Tuli sejak lahir kongenital. b. Menderita penyakit yang dapat menyebabkan tuli sensorineural. c. Riwayatsedang menggunakan obat-obatan yang bersifat ototoksik. d. Riwayat terpapar bising yang lama atau terpapar bunyi yang sangat keras.

4.3.3. Besar Sampel

Penentuan jumlah minimal sampel berdasarkan pengamatan pendahuluan dengan menggunakan rumus : n Z 2 α . P 1- P d 2 n 1,96 2 . 0,86 . 0,14 0,1 2 Universitas Sumatera Utara n 46,25 Æ 47 n : jumlah sampel Z : nilai standar distribusi statistik pada kesalahan tertentu α adalah 5 = 1,96 P : Proporsi gangguan pendengaran pada penderita OMSK = 86 Sheahan, Donnelly Kane, 2001 d : tingkat akurasi nilai estimasi dengan nilai sebenarnya = 10 Besar sampel yang didapat minimal 47 orang.

4.3.4. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel penelitian adalah secara non probability consecutive sampling yaitu setiap pasien yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan kedalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah pasien yang diperlukan terpenuhi Sastroasmoro, 1995. 4.4 Variabel Penelitian 4.4.1 Klasifikasi Variabel Penelitian 4.4.1.1 Variabel tergantung dependent : jenis dan derajat ketulian. 4.4.1.2 Variabel bebas independent : jenis OMSK, lama sakit, jenis perforasi membran timpani. Universitas Sumatera Utara

4.4.2. Definisi Operasional Variabel

a. Otitis media supuratif kronis adalah radang kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga otorea lebih dari tiga bulan baik terus menerus ataupun hilang timbul. b. Otitis media supuratif kronis tipe benigna: 1. Perforasi letaknya sentral pada pars tensa, perforasi dapat subtotal atau total. Bila perforasi total, masih nampak pinggir membran timpani annnulus timpanikus. 2. Jarang terdapat granulasi atau polip. 3. Sekret mukoid atau mukopurulen dan baunya tidak seberapa. c. Otitis media supuratif kronis tipe maligna: 1. Perforasi letaknya di marginal atau atik. Bila perforasi total, maka annulus timpanikus tidak ada lagi. 2. Sering terdapat granulasi dan polip. 3. Sekret purulen dan berbau busuk. d. Gangguan pendengaran adalah gangguan proses mendengar yang berdasarkan letak lokasi kelainannya terbagi atas tiga jenis yaitu: 1. Tuli konduktif, dimana kelainannya terletak mulai dari telinga luar sampai ke telinga tengah. 2. Tuli sensorineural, dimana kelainannya terletak pada telinga dalam dan pusat pendengaran. Universitas Sumatera Utara 3. Tuli campur, dimana kelainannya merupakan gabungan dari tuli konduktif dan sensorineural. e. Derajat gangguan pendengaran berdasarkan Derajat ketulian ISO International Standard Organization : 0 – 25 dB : normal 25 – 40 dB : tuli ringan 40 – 55 dB : tuli sedang 55 – 70 dB : tuli sedang berat 70 – 90 dB : tuli berat 90 dB : tuli sangat berat Soetirto, Hendarmin Bashiruddin,2004 f. Untuk menentukan perforasi membran timpani digunakan cara Booth seperti yang dikutip oleh Irwan 1995: Perforasi sentral : perforasi 50 dari lebar membran timpani Perforasi subtotal: perforasi 50-75 dari lebar membran timpani Perforasi total : perforasi 75 dari lebar membran timpani Perforasi atik : perforasi yang letaknya di pars plasida g. Lama sakit adalah mulai penderita mengalami keluhan sampai datang berobat ke RSUP H. Adam Malik Medan dinyatakan dalam bulan dan tahun.

4.5 BahanAlat Penelitian

a. Catatan medis penderita dan kuesioner penelitian Universitas Sumatera Utara b. Formulir persetujuan penelitian c. Lampu kepala merek Riester d. Spekulum telinga tipe Hartmann e. Otoskop merek Heine Mini 2000 f. Spekulum hidung, spatel lidah, kaca laring g. Alat penghisap suction merk Thomas Medipump h. Kanul penghisap nomor 6 dan nomor 8 tipe Fergusson i. Kapas lidi cotton applicator j. Audiometer nada murni merek Interacoustic seri ad 228

4.6 Pelaksanaan Penelitian

Semua sampel penelitian yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi terlebih dahulu telinganya dibersihkan dengan menggunakan kapas lidi atau suction. Selanjutnya pendengaran penderita diperiksa dengan audiometer nada murni merek Interacoustic seri ad 228 dengan menggunakan frekuensi 125Hz – 8000Hz untuk hantaran udara dan frekuensi 250Hz – 4000Hz untuk hantaran tulang. Derajat ketulian ditentukan dengan mengukur nilai rata-rata ambang pendengaran pada frekuensi percakapan 500Hz, 1000Hz, 2000Hz dan 4000 Hz terhadap skala ISO 1964. Universitas Sumatera Utara

4.7 Kerangka Kerja

4.8 Cara Analisis Data

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dan untuk menilai hubungan kebermaknaan dilakukan uji Chi square, Anova dan uji korelasi Spearman dengan tingkat kemaknaan 5. Universitas Sumatera Utara

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher RSUP H. Adam Malik Medan mulai bulan Mei 2009 sampai bulan Agustus 2010. Sampel dikumpulkan sebanyak 47 orang yang memenuhi kriteria penelitian. Tabel 5.1 Distribusi Penderita OMSK Berdasarkan Umur Usia tahun n 11 – 20 11 23,4 21 – 30 20 42,6 31 – 40 16 34,0 Total 47 100,0 Dari tabel di atas diketahui penderita OMSK terbanyak pada kelompok umur 21-30 tahun yaitu 20 kasus 42,6 diikuti kelompok umur 31-40 tahun yaitu 16 kasus 34,0. Usia termuda 12 tahun sedangkan usia tertua adalah 40 tahun. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.2 Distribusi Penderita OMSK Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin n Laki – laki 20 42,6 Perempuan 27 57,4 Total 47 100,0 Dari tabel di atas diperoleh penderita OMSK terbanyak adalah perempuan yaitu sebanyak 27 kasus 57,4 sementara laki-laki sebanyak 20 kasus 42,6. Perbandingan antara laki-laki dengan perempuan 1 : 1,35. Tabel 5.3 Distribusi Penderita OMSK Berdasarkan Telinga yang Sakit Telinga n Bilateral 17 36,2 Unilateral 30 63,8 Total 47 100,0 Dari tabel di atas diperoleh penderita OMSK terbanyak adalah yang sakit pada satu telinga saja unilateral yaitu sebanyak 30 kasus 63,8 sementara yang sakit pada kedua telinga bilateral sebanyak 17 kasus 36,2, sehingga didapatkan jumlah telinga yang diperiksa adalah sebanyak 64 telinga. Tabel 5.4 Distribusi Penderita OMSK Berdasarkan Lamanya Sakit Universitas Sumatera Utara n mean SD Lama sakit thn 64 9,69 7,04 Dari tabel di atas terlihat bahwa rata-rata lamanya sakit penderita OMSK adalah 9,69 SD = 7,04 tahun. Tabel 5.5 Distribusi Penderita OMSK Berdasarkan Jenis OMSK Jenis OMSK n Benigna 27 42,2 Maligna 37 57,8 Total 64 100,0 Dari tabel di atas diperoleh penderita OMSK terbanyak adalah tipe maligna yaitu sebanyak 37 telinga 57,8 sementara tipe benigna sebanyak 27 telinga 42,2. Tabel 5.6 Distribusi Penderita OMSK Berdasarkan Jenis Perforasi Membran Timpani Universitas Sumatera Utara Jenis Perforasi n Sentral 26 40,6 Subtotal 1 1,6 Total 36 56,2 Atik 1 1,6 Total 64 100,0 Dari tabel di atas diperoleh jenis perforasi terbanyak pada penderita OMSK yaitu perforasi total sebanyak 36 telinga 56,2 diikuti oleh perforasi sentral yaitu sebanyak 26 telinga 40,6 dan sub total serta atik masing- masing sebanyak satu telinga 1,6. Tabel 5.7 Distribusi Penderita OMSK Berdasarkan Jenis Ketulian Jenis Ketulian n Konduktif 40 62,5 Saraf 1 1,6 Campur 23 35,9 Total 64 100,0 Universitas Sumatera Utara Dari tabel di atas diperoleh jenis ketulian terbanyak pada penderita OMSK yaitu tuli konduktif sebanyak 40 telinga 62,5 diikuti oleh tuli campur sebanyak 23 telinga 35,9 dan tuli saraf sebanyak satu telinga 1,6. Tabel 5.8 Hubungan Jenis OMSK dengan Jenis Ketulian Jenis Ketulian Jenis OMSK Kondukti f n Saraf n Campur n Total n X 2 P Benigna Maligna 27 67,5 13 32,5 0 0,0 1 100,0 0 0,0 23 100,0 27 42,2 37 57,8 28,02 2 0,000 1 Total 40100,0 1100,0 23100,0 64100,0 Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh penderita OMSK benigna menderita tuli konduktif yaitu sebanyak 27 telinga. Pada penderita OMSK maligna didapati tuli konduktif sebanyak 13 telinga, tuli saraf sebanyak satu telinga dan tuli campur sebanyak 23 telinga. Dengan uji Chi Square didapat nilai X 2 = 28,022 dimana nilai p = 0,0001 p 0,05, terdapat hubungan yang bermakna antara jenis OMSK dengan jenis ketulian yang diderita oleh pasien. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.9 Hubungan Jenis OMSK dengan Derajat Ketulian Derajat Ketulian Total X 2 p Jenis OMSK Ringan Sedang Sedang Berat Berat Sangat Berat n n n n n n Benigna 5 71,4 15 78,9 7 53,8 0,0 0,0 27 42,2 31,949 0,0001 Maligna 2 28,6 4 21,1 6 46,2 14 100,0 11 100,0 37 57,8 Total 7 100,0 19 100,0 13 100,0 14 100,0 11 100,0 64 100,0 Dari tabel di atas terlihat bahwa tuli derajat sedang adalah derajat ketulian terbanyak pada penderita OMSK benigna yaitu sebanyak 15 telinga diikuti oleh tuli derajat sedang berat sebanyak tujuh telinga dan tuli derajat ringan sebanyak lima telinga. Tidak dijumpai tuli derajat berat dan sangat berat pada penderita OMSK benigna. Pada penderita OMSK maligna tuli derajat berat merupakan derajat ketulian terbanyak yaitu sebanyak 14 telinga diikuti oleh tuli derajat sangat berat sebanyak 11 telinga, tuli derajat sedang berat sebanyak enam telinga, tuli derajat sedang sebanyak empat telinga dan tuli derajat ringan sebanyak dua telinga. Universitas Sumatera Utara Dengan uji Chi Square didapat nilai X 2 = 31,949 dimana nilai p = 0,0001 p 0,05, terdapat hubungan yang bermakna antara jenis OMSK dengan derajat ketulian yang diderita oleh pasien. Tabel 5.10 Hubungan Lama Sakit dengan Jenis Ketulian Jenis Ketulian Lama Konduktif Saraf Campur F P Sakit thn mean SD Mean SD mean SD 6,36 5,60 16,0 - 15,22 5,70 18,692 0,0001 Dari tabel di atas dengan uji anova didapat nilai F = 18,692 dimana nilai p = 0,0001 p 0,05, didapati hubungan yang bermakna antara lama sakit dengan jenis ketulian yang diderita pasien. Tabel 5.11 Hubungan Lama Sakit dengan Derajat Ketulian Korelasi r p Lama sakit – derajat ketulian 0,659 0,0001 Spearman’s rho Universitas Sumatera Utara Dari tabel di atas dapat dilihat nilai r = 0,659 dimana nilai p = 0,0001 p 0,05 , dijumpai hubungan yang bermakna antara lama sakit dengan derajat ketulian yang diderita pasien. Tabel 5.12 Hubungan Jenis Perforasi Membran Timpani dengan Jenis Ketulian Jenis Ketulian Jenis Perforas i Membra n timpani Kondukti f n Saraf n Campur n Total n X 2 p Sentral Subtotal Total Atik 26 65,0 1 2,5 12 30,0 1 2,5 0 0,0 0 0,0 1 100,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 23 100,0 0 0,0 26 40,6 1 1,6 36 56,2 1 1,6 29,86 7 0,000 1 Total 40100,0 1100,0 23100,0 64100,0 Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh penderita OMSK yang mengalami jenis perforasi membran timpani sentral mengalami tuli konduktif yaitu sebanyak 26 telinga. Tuli konduktif dijumpai sebanyak satu telinga pada penderita OMSK yang mengalami jenis perforasi membran timpani subtotal. Tuli konduktif dijumpai sebanyak satu telinga pada penderita OMSK yang mengalami jenis perforasi membran timpani atik, dan tidak dijumpai tuli saraf maupun tuli campur pada penderita OMSK yang mengalami perforasi jenis subtotal dan atik. Tuli campur adalah jenis ketulian terbanyak yang dijumpai pada penderita OMSK yang mengalami jenis perforasi membran timpani total yaitu Universitas Sumatera Utara sebanyak 23 telinga diikuti oleh tuli konduktif sebanyak 12 telinga dan tuli saraf sebanyak satu telinga. Dengan uji Chi Square didapat nilai X 2 = 29,867 dimana nilai p = 0,0001 p 0,05, didapati hubungan yang bermakna antara jenis perforasi membran timpani dengan jenis ketulian yang diderita pasien. Tabel 5.13 Hubungan Jenis Perforasi Membran Timpani dengan Derajat Ketulian Derajat Ketulian Total X 2 p Jenis Perforasi membran timpani Ringan Sedang Sedang Berat Berat Sangat Berat n n n n n n Sentral 4 57,1 15 78,9 7 53,8 0,0 0,0 26 40,6 43,791 0,0001 Subtotal 1 14,3 0,0 0,0 0,0 0,0 1 1,6 Total Atik Total 2 28,6 0,0 7 100,0 3 15,8 1 5,3 19 100,0 6 46,2 0,0 13 100,0 14 100,0 0,0 14 100,0 11 100,0 0,0 11 100,0 36 56,2 1 1,6 64 100,0 Dari tabel di atas terlihat bahwa tuli derajat sedang merupakan derajat ketulian terbanyak yang diderita oleh penderita OMSK yang mengalami jenis perforasi sentral yaitu sebanyak 15 telinga sedangkan tuli derajat sedang Universitas Sumatera Utara berat dijumpai sebanyak tujuh telinga dan tuli derajat ringan dijumpai sebanyak empat telinga. Tidak dijumpai tuli derajat berat dan sangat berat pada penderita OMSK yang mengalami jenis perforasi sentral. Tuli derajat ringan dijumpai sebanyak satu telinga pada penderita OMSK yang mengalami jenis perforasi subtotal. Tuli derajat sedang dijumpai sebanyak satu telinga pada penderita OMSK yang mengalami jenis perforasi atik. Tuli derajat berat merupakan derajat ketulian yang terbanyak dijumpai pada penderita OMSK yang mengalami jenis perforasi total yaitu sebanyak 14 telinga diikuti tuli derajat sangat berat sebanyak 11 telinga, dan tuli derajat sedang berat sebanyak enam telinga, tuli derajat sedang sebanyak tiga telinga dan tuli derajat ringan sebanyak dua telinga. Dengan uji Chi Square didapat nilai X 2 = 43,791 dimana nilai p = 0,0001 p 0,05, didapati hubungan yang bermakna antara jenis perforasi membran timpani dengan derajat ketulian yang diderita pasien. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 PEMBAHASAN