telinga yang mengandung antibiotika. Secara oral diberikan antibiotika sesuai kultur dan tes sensitivitas Alper, Dohar, Gulhan
et al, 2000; Djaafar, 2004.
Bila sekret telah kering tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti.
Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya
komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran Djaafar, 2004.
Prinsip pengobatan pada OMSK tipe maligna adalah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi bila terdapat OMSK tipe maligna maka terapi yang
tepat adalah dengan melakukan mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah
merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses retroaurikular, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri
sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi Veldman, Braunius, 1998; Djaafar, 2004.
2.6 Gangguan Pendengaran pada Otitis Media Supuratif Kronis
Gangguan pendengaran yang terjadi dapat bervariasi. Pada umumnya gangguan pendengaran yang terjadi berupa tuli konduktif namun dapat pula
bersifat tuli saraf atau tuli campuran apabila sudah terjadi gangguan pada telinga dalam misalnya akibat proses infeksi yang berkepanjangan atau
infeksi yang berulang. Beratnya ketulian bergantung kepada besar dan letak
Universitas Sumatera Utara
perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem penghantaran suara di telinga tengah Djaafar, 2004. Perforasi yang lebih
besar dapat menyebabkan lebih banyak kehilangan suara yang ditransmisikan ke telinga dalam Maqbool, 1993. Suri dkk dalam
penelitiannya terhadap penderita OMSK tipe benigna di R.S. Sardjito Yogyakarta menjumpai adanya hubungan yang bermakna antara besarnya
perforasi dengan derajat ketulian Suri, Soekardono Hulu, 1999. Hal yang sama juga dijumpai oleh Rambe dalam penelitiannya terhadap penderita
OMSK di RSUP. H. Adam Malik Medan, bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara besarnya perforasi dengan derajat ketulian Rambe, 2002.
Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi seringkali kolesteatoma bertindak
sebagai penghantar suara ke foramen ovale sehingga gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologis sangat hebat
Djaafar, 2004. Pasien akan merasakan pendengaran yang makin buruk
apabila liang telinga dipenuhi oleh sekret dan akan berkurang apabila sekret dibersihkan Ramalingam, 1990.
Pada kenyataannya, gangguan pendengaran pada OMSK tidak seluruhnya tuli konduktif murni. Tidak sedikit penderita OMSK menderita tuli
sensorineural atau tuli campur. Setiap kali ada infeksi didalam telinga tengah,
maka ada kemungkinan produk-produk infeksi akan menyebar melalui fenestra rotundum ke telinga dalam, dan akan mengakibatkan ketulian
sensorineural Sari dan Samiharja, 1999.
Universitas Sumatera Utara
Rambe pada penelitiannya yang dilakukan antara April 2002 – Juli 2002 di RSUP. H. Adam Malik Medan terhadap 94 sampel telinga penderita
OMSK, mendapatkan jenis gangguan pendengaran yang terbanyak dijumpai adalah tuli konduktif sebanyak 75 telinga 79,8, tuli campur sebanyak 16
telinga 17 dan tuli saraf sebanyak 3 telinga 3,2 Rambe, 2002. Wisnubroto pada penelitian retrospektif di RS. Soetomo Surabaya
antara tahun 1999 – 2002, dari data rekam medis penderita OMSK yang telah menjalani pembedahan telinga, tercatat hanya ada 475 rekam medis
yang dilengkapi hasil audiogram prabedah. Yang mengalami tuli konduktif terdiri dari 93 19,6 kasus OMSK reversibel, 140 29,5 kasus OMSK
benigna dan 115 24,2 sebagian kasus OMSK maligna. Sisanya sebanyak 127 26,7 kasus OMSK maligna sudah mengalami tuli perseptif berat
sampai total Wisnubroto, 2003. Morisson 1969 melaporkan bahwa 25 dari kasus dengan
peradangan telinga tengah mengalami tuli sensorineural Yeoh, 1997. English
et al 1973 pada penelitian terhadap 404 pasien dengan
OMSK, menjumpai adanya suatu hubungan antara lamanya penyakit dengan derajat tuli sensorineural Yeoh, 1997.
Cusimano et al
1989 juga melaporkan bahwa lamanya penyakit mempunyai pengaruh terhadap terjadinya tuli sensorineural dan tidak
dijumpai adanya hubungan dengan umur sewaktu terjadinya serangan Yeoh, 1997.
Universitas Sumatera Utara
Nani dkk pada penelitiannya untuk mendeteksi ketulian sensorineural terhadap penderita OMSK unilateral di RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo
Ujung Pandang antara April 1996 – September 1996 menemukan dari 22 penderita yang ditemukan, terdapat 9 40,9 kasus yang terdeteksi adanya
ketulian sensorineural Nani, Mangape Sedjawidada, 1996. De Azevedo
et al pada penelitiannya terhadap 115 penderita OMSK
dengan dan tanpa kolesteatoma, mendapatkan 78 penderita OMSK dengan kolesteatoma dan sebanyak 15 penderita 13 mengalami tuli sensorineural
De Azevedo et al
, 2007. Data subdivisi otologi THT-KL RSCM Jakarta antara Januari 2002 –
Desember 2006, dari 212 penderita OMSK tipe maligna yang menjalani pembedahan telinga, didapatkan 53 penderita 25 mengalami tuli
sensorineural Restuti, 2007. Insiden tuli campur
mixed hearingloss = MHL pada OMSK telah
dilaporkan oleh banyak penulis. Paparella et al
, sebagaimana dikutip oleh Shenoi 1987 mendapatkan 279 kasus
MHL diantara 500 telinga dengan
OMSK. Gardenghi melaporkan insiden MHL
pada OMSK adalah 42. Sementara Bluvesteis melaporkan insiden
MHL pada OMSK ini adalah 38.
Nani 1996 melaporkan terdapat sekitar 5 dari 22 penderita OMSK mengalami
MHL . Di RSUP Dr. Kariadi Semarang, insiden
MHL juga pernah
dilaporkan oleh Pradipto sebesar 12,75 dan Dullah 1996 mendapatkan MHL
sebanyak 44,5 dari 54 telinga dengan OMSK Sari dan Samiharja, 1999.
Universitas Sumatera Utara
Santoso dan Ahadiah pada penelitiannya terhadap penderita OMSK tipe maligna dengan komplikasi ekstrakranial antara Januari 2004 –
Desember 2006 di RS. Dr. Soetomo Surabaya, mendapatkan dari 163 penderita ditemukan 56 penderita 34,36 mengalami komplikasi
ekstrakranial dan jenis ketulian yang terbanyak ditemukan adalah MHL
46,43 Santoso dan Ahadiah, 2007. Terjadinya
MHL pada OMSK ini menunjukkan bahwa lesi fungsional
telah terjadi di telinga tengah dan juga telinga dalam Sari dan Samiharja, 1999.
Djafaar dalam penelitiannya yang dilakukan antara 1991–1993 di RSCM Jakarta, menjumpai dari 145 pasien OMSK tipe berbahaya yang
berobat ditemukan 88 penderita 60 tuli konduktif sedang berat, 8 orang penderita 6 dengan tuli campur, 18 penderita 12 dengan tuli saraf
berat, dan sisanya 31 penderita 22 tidak ada audiogramnya Djaafar, 2001.
2.7 Audiometri Nada Murni