27
klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik  karena  auditor  dengan  jumlah  klien  yang  banyak  akan  berusaha
menjaga  reputasinya,  3  kesehatan  keuangan  klien,  semakin  sehat kondisi  keuangan  klien  maka  akan  ada  kecenderungan  klien  tersebut
untuk  menekan  auditor  agar  tidak  mengikuti  standar,  dan  4  review oleh  pihak  ketiga,  kualitas  sudit  akan  meningkat  jika  auditor  tersebut
mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga. Penelitian  yang  dilakukan  oleh  Mayangsari  2003  menguji
pengaruh  independensi  dan  kualitas  audit  terhadap  integritas  laporan keuangan. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis bahwa spesialisasi
auditor berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan, serta independensi  berpengaruh  negatif  terhadap  integritas  laporan
keuangan.  Selain  itu,  mekanisme  corporate  governance  berpengaruh secara  statistis  signifikan  terhadap  integritas  laporan  keuangan
meskipun tidak sesuai dengan tanda yang diajukan dalam hipotesa. Kesimpulan  dari  uraian  di  atas  adalah  diferensiasi  kualitas  audit
merupakan  perbedaan  kualitas  audit  yang  dapat  diukur  dengan berbagai  cara  salah  satunya  dengan  reputasi  brand-name  dari  KAP
tersebut.  Beberapa  penelitian  empiris  membuktikan  perusahaan  yang diauidt  oleh  KAP  brand-name  atau  the  big-four  melaporkan
discretionary accrual yang lebih besar daripada discretionary accrual
yang dilaporkan perusahaan yang diaudit oleh KAP non big-four.
28
5. Kesulitan Keuangan Perusahaan
a.  Pengertian Kesulitan Keuangan financial distress Kesulitan  keuangan  financial  distress  adalah  kondisi  dimana
perusahaan  mengalami  kesulitan  keuangan  dan  terancam  bangkrut. Jika  perusahaan  mengalami  kebangkrutan  maka  akan  muncul  biaya
kebangkrutan  yang  disebabkan  oleh  keterpaksaan  menjual  aset  di bawah  harga  pasar,  biaya  likuidasi,  dan  sebagainya  Ambarwati,
2010:31.  Financial  distress  menurut  Karen  Wruck  1990  dalam Rodoni  dan  Ali  2010:172  adalah  situasi  dimana  arus  kas  operasi
perusahaan  tidak  cukup  untuk  memenuhi  kewajiban    perusahaan seperti kredit perdagangan atau biaya bunga dan perusahaan ditekan
untuk  melakukan  kegiatan  perbaikan.  Kondisi  keuangan  perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan sesungguhnya.
Setyorini  dan  Ardiati  2006  menyatakan  bahwa  kesulitan keuangan  yang terdiri dari  kesulitan likuiditas  sampai dengan  kondisi
perusahaan berpotensi bangkrut disebabkan oleh banyak hal, baik dari luar maupun dari dalam perusahaan. Meskipun sebab-sebab terjadinya
kesulitan  keuangan  sangat  bervariasi,  tetapi  kebanyakan  penyebabnya adalah karena serangkaian keputusan manajemen yang salah sehingga
kondisi  perusahaan  memburuk.  Perusahaan  berpotensi  bangkrut memiliki  kecenderungan  mengganti  auditornya  karena  dalam
perusahaan  berpotensi  bangkrut,  terdapat  pengaruh  yang  besar
29
terhadap  putusnya  kerja  antara  manajemen  dan  auditor,  yang  dapat memicu perusahaan untuk melakukan pergantian KAP.
Perusahaan  yang  bangkrut  yang  mempunyai  rasio  hutang  yang tinggi  dan  sedang  mengalami  posisi  keuangan  yang  tidak  sehat
cenderung  akan  menggunakan  KAP  yang  mempunyai  indepedensi yang tinggi untuk meningkatkan  kepercayaan diri perusahaan di mata
pemegang  saham  dan  kreditur  untuk  mengurangi  resiko  litigasi Prastiwi dan Wilsya, 2009
b.  Faktor-faktor Penyebab Financial Distress Jika  ditinjau  dari  segi  aspek  keuangan  perusahaan,  maka
terdapat  tiga  keadaan  yang  menyebabkan  financial  distress Rodoni dan Ali, 2010: 176-177, yaitu:
1  Faktor ketidakcukupan modal atau kekurangan modal Terjadinya  ketidakseimbangan  aliran  penerimaan  uang  yang
bersumber  pada  penjualan  atau  penagihan  piutang  dengan pengeluaran  uang  untuk  membiayai  operasi  perusahaan  tidak
mampu  menarik  dana  untuk  memenuhi  kekurangan  dana tersebut,  maka  perusahaan  akan  berada  pada  kondisi  tidak
likuid. 2  Besarnya beban hutang dan bunga
Apabila  perusahaan  mampu  menarik  dana  dari  luar,  misalnya mendapatkan kredit dari bank untuk menutup kekurangan dana,
maka  masalah  likuiditas  perusahaan  dapat  teratasi  untuk
30
sementara waktu. Tetapi kemudian timbul persoalan baru yaitu adanya keterkaitan kewajiban untuk membayar kembali pokok
pinjaman  dan  bunga  kredit.  Walaupun  demikian,  hal  ini  tidak membahayakan perusahaan dan masih memberikan keuntungan
bagi perusahaan apabila tingkat bunga lebih rendah dari tingkat investasi  harta  atas  hutang  yang  diterima.  Ketidakmampuan
perusahaan melakukan manajemen risiko atas hutangnya dapat mengakibatkan
perusahaan harus
mendapatkan risiko
menderita kerugian yang seharusnya tidak perlu terjadi. 3  Menderita kerugian
Pendapatan  yang diperoleh perusahaan  harus mampu menutup seluruh biaya  yang dikeluarkan dan menghasilkan  laba bersih.
Besarnya  laba  bersih  sangat  penting  bagi  perusahaan  untuk melakukan  reinvestasi,  sehingga  akan  menambah  kekayaan
bersih perusahaan dan meningkatkan ROE Return On Equity untuk menjamin kepentingan pemegang saham. Oleh karena itu
perusahaan  harus  selalu  berupaya  meningkatkan  pendapatan dan
mengendalikan tingkat
biaya. Ketidakmampuan
perusahaan  untuk  mempertahankan  keseimbangan  pendapatan dengan  biaya,  niscaya  perusahaan  akan  mengalami  financial
distress
31
c.  Akibat Financial Distress Kerugian  utama  perusahaan  yang  mempunyai  tingkat  hutang
yang  lebih  tinggi  adalah  peningkatan  risiko  kesulitan  keuangan, dan  akhirnya  likuidasi.  Hal  ini  mungkin  mempunyai  pengaruh
merugikan  bagi  pemilik  ekuitas  dan  hutang  Fachrudin,  2008. Adapun akibat kesulitan keuangan adalah sebagai berikut:
1  Risiko  biaya  kesulitan  keuangan  mempunyai  dampak  negatif terhadap  nilai  perusahaan  yang  mengoffset  nilai  pembebasan
pajak tax relief atas peningkatan level hutang. 2  Jika  pun  manajer  perusahaan  menghindarkan  likuidasi  ketika
kesulitan,  hubungannya  dengan  pemasok,  pelanggan,  pekerja, dan kreditor menjadi rusak parah.
3  Pemasok penyedia barang dan jasa secara kredit mungkin lebih berhati-hati,  atau  bahkan  menghentikan  pemasokan  sama
sekali,  jika  mereka  yakin  tidak  ada  kesempatan  peningkatan perusahaan dalam beberapa bulan.
4  Pelanggan  mungkin  mengembangkan  hubungan  dengan pemasok  mereka,  dan  merencanakan  sendiri  produksi  mereka
dengan  andaian  ada  keberlanjutan  dari  hubungan  tersebut. Adanya keraguan tentang longetivy perusahaan tidak menjamin
kontrak  yang  baik.  Pelanggan  umumnya  menginginkan jaminan bahwa perusahaan cukup stabil untuk menepati janji.
32
d.  Pihak-pihak yang Membutuhkan Informasi Financial Distress Menurut  Almilia  dan  Kristiadji  2003,  prediksi  financial
distress kesulitan  keuangan  perusahaan  menjadi  perhatian  dari
banyak  pihak.  Pihak-pihak  yang  menggunakan  model  tersebut meliputi:
1  Pemberi pinjaman Informasi  mengenai  financial  distress  mempunyai  relevansi
terhadap  institusi  pemberi  pinjaman,  baik  dalam  memutuskan apakah  akan  memberikan  suatu  pinjaman  dan  menentukan
kebijakan untuk mengawasi pinjaman yang telah diberikan. 2  Investor
Model  prediksi  financial  distress  dapat  membantu  investor ketika  akan  menilai  kemungkinan  masalah  suatu  perusahaan
dalam melakukan pembayaran kembali pokok dan bunga. 3  Pembuat peraturan
Lembaga  regulator  mempunyai  tanggung  jawab  mengawasi kesanggupan  membayar  hutang  dan  menstabilkan  perusahaan
individu,  hal  ini  menyebabkan  perlunya  suatu  model  yang aplikatif untuk mengetahui kesanggupan perusahaan membayar
hutang dan menilai stabilitas perusahaan. 4  Pemerintah
Prediksi financial distress juga penting bagi pemerintah dalam antitrust regulation.