Latar Belakang Masalah LATAR BELAKANG KELUARGA
5
memunculkan berbagai spekulasi tidak sedap. Sorotan terutama ditunjukkan kepada dua perusahaan Grup Bakrie yaitu Bakrie Sumatra
Plantation Dan Energi Mega Persada dengan kepemilikan deposito Rp 4,6 triliun.
Skandal akuntansi yang terjadi menyebabkan lahirnya The Sarbanes- Oxley Act SOX
tahun 2002. Pesan ini digunakan oleh banyak negara untuk memperbaiki struktur pengawasan terhadap KAP dengan
menerapkan rotasi KAP maupun auditor Suparlan dan Andayani, 2010:2. Berikut ini adalah beberapa provisi dari The Sarbanes-Oxley Act SOX:
1. Perusahaan publik harus menerbitkan laporan pengendalian internal, dan auditor luar harus mengevaluasi pengendalian internal klien.
2. Sebuah badan baru, Public Company Accounting Oversight Board, mengawasi pekerjaan auditor perusahaan publik.
3. Kantor akuntan tidak boleh mengaudit klien publik sekaligus menyediakan jasa konsultasi tertentu kepada klien yang sama.
4. Hukuman yang berat menunggu para pelanggar 25 tahun penjara untuk penipuan sekuritas; 20 tahun bagi eksekutif yang melakukan sumpah
palsu. Selain itu, peraturan mengenai jasa audit juga terdapat dalam
Keputusan Menteri
Keuangan Republik
Indonesia Nomor
359KMK.062003 Pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik” perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423KMK.062002. Peraturan ini
menyatakan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari
6
suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik selanjutnya disebut KAP paling lama untuk 5 lima tahun buku berturut-turut dan
oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 tiga tahun buku berturut-turut. Jika perusahaan mengganti KAP-nya yang telah mengaudit
selama lima tahun, hal itu tidak akan menimbulkan pertanyaan karena bersifat wajib mandatory. Jadi, yang biasanya menjadi masalah apabila
pergantian KAP bersifat voluntary, yaitu atas keinginan perusahaan sendiri di luar aturan dari Menteri Keuangan.
Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17PMK.012008
tentang “Jasa Akuntan Publik”. Perubahan yang dilakukan diantaranya adalah, pertama, pemberian jasa audit umum menjadi enam tahun berturut-
turut oleh kantor akuntan dan tiga tahun berturut-turut oleh akuntan publik kepada satu klien yang sama pasal 3 ayat 1. Kedua, akuntan publik dan
kantor akuntan boleh menerima kembali penugasan setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit kepada klien yang di atas pasal 3 ayat 2
dan 3. Dan pada tahun 2011, pemerintah memperbaharui peraturan tersebut
dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 5 Tahun 2011 tentang akuntan publik. Dijelaskan dalam pemberian jasa audit oleh akuntan publik dan
atau KAP atas informasi keuangan historis suatu klien untuk tahun buku yang berturut-turut dapat dibatasi dalam jangka waktu tertentu pasal 4
ayat1. Ketentuan mengenai pembatasan pemberian jasa audit atas
7
informasi keuangan historis diatur dalam peraturan pemerintah pasal 4 ayat 2 yang menjelaskan mengenai jumlah tahun buku berturut-turut,
jenis industri, perusahaan publik atau privat, dan sanksi administrasi untuk menjaga independensi akuntan publik dan atau KAP. Dengan adanya
peraturan tersebut diharapkan dapat memberikan independensi auditor sehingga kualitas audit menjadi lebih tinggi.
Ketika KAP hanya memiliki beberapa personel yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang relevan sebagai rekan perikatan atau
personel KAP yang bertanggung jawab atas pengendalian mutu perikatan dalam audit laporan keuangan emiten, rotasi mungkin bukan merupakan
pencegahan yang tepat. Dalam hal ini, KAP harus menerapkan pencegahan yang lain umtuk mengurangi ancaman tersebut ke tingkat
yang dapat diterima. Pencegahan tersebut mencakup antara lain melibatkan Praktisi lainnya yang bukan merupakan anggota tim assurance
untuk menelaah hasil pekerjaan yang telah dilakukan atau untuk memberikan saran yang diperlukan. Praktisi lainnya tersebut dapat
merupakan seorang individu dalam KAP yang tidak terkait dengan tim assurance
maupun seorang individu dari luar KAP. IAPI,2011:75 Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik sangat dipengaruhi
oleh perkembangan perusahaan pada umumnya. Semakin banyak perusahaan publik, semakin banyak pula jasa Akuntan Publik yang
dibutuhkan. Oleh karena itu, Kantor Akuntan Publik KAP saling bersaing untuk mendapatkan klien perusahaan dengan berusaha
8
memberikan jasa audit sebaik mungkin. Dengan banyaknya KAP yang ada saat ini, perusahaan pun mempunyai pilihan untuk tetap menggunakan
KAP yang sama atau melakukan pergantian KAP auditor switch. Divianto 2011:153.
Menurut Kawijaya dan Juniarti 2002:94 keinginan KAP agar tetap dapat eksis dalam persaingan, berpeluang untuk menghalangi obyektifitas
KAP yang selanjutnya akan mempengaruhi pula independensinya dalam melaksanakan tugas auditnya.
Kualitas auditor yang dipilih oleh perusahaan untuk melaksanakan audit akan menentukan kredibilitas laporan keuangan auditan. Tiap-tiap
KAP memiliki perbedaan kualitas dalam memberikan jasa audit berkaitan dengan tingkat kompetensi dan kredibilitas, dalam hal ini disebut
diferensiasi kualitas audit yang bisa diamati melalui investasi KAP dalam reputasi brand-name the Big dan Non Big. Fenomena pergantian KAP
telah ditemukan memiliki implikasi terhadap kredibilitas nilai laporan keuangan dan biaya monitoring aktivitas manajemen Sinarwati, 2010:1.
Selain itu, masalah opini audit dapat menjadi pemicu pergantian KAP. Kondisi ini muncul saat perusahaan klien atau akuntan publik tidak setuju
dengan opini audit sebelumnya atau yang akan datang. Permasalahan ini dapat memicu salah satu pihak untuk memisahkan diri. Secara umum,
auditee tentunya menginginkan laporan keuangannya mendapat opini
wajar tanpa pengecualian dari KAP yang disewanya. Karena pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan akan berpengaruh besar
9
terhadap kelangsungan hidup going concern perusahaan serta penyedia dana, terlebih bagi perusahaan yang go public. Di sisi lain, akuntan publik
ingin berlaku profesional sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan standar profesional akuntan publik, sehingga apabila ada
kondisi yang tidak sesuai dengan standar dalam pengauditan dapat menimbulkan konflik.
Dan salah satu alasan kuat perpindahan auditor adalah adanya dorongan yang pada perusahaan yang terancam bangkrut untuk mengganti
auditornya Damayanti dan Sudarma, 2008:6. Ketidakpastian bisnis pada perusahaan-perusahaan yang terancam bangkrut mempunyai kesulitan
keuangan menimbulkan kondisi yang mendorong perusahaan berpindah KAP. Pergantian KAP juga dapat disebabkan karena perusahaan tidak
dapat memenuhi biaya audit yang dibebankan oleh KAP yang mengauditnya karena sedang menurunnya kondisi keuangan perusahaan
Sulistiarini dan Sudarno, 2012:3. Hudaib dan Cooke 2005 juga menyatakan bahwa perusahaan dengan
tekanan finansial cenderung untuk mengganti KAP dibandingkan dengan perusahaan yang lebih sehat.
Pengujian atas pengaruh kualitas audit terhadap pergantian KAP telah dilakukan oleh Nagy 2005 menyebutkan perusahaan akan mencari KAP
yang selaras dengan kebijakan dan pelaporan keuangan perusahaan. Bewley et. al 2008 mendapatkan perusahaan tidak membuat keputusan
cepat untuk mengganti auditor, karena perusahaan melihat waktu yang
10
tepat untuk mendapatkan sinyal yang baik, terkait dengan kualitas pelaporan keuangan yang tinggi. Lin et al. 2009 dan Romanus et al.
2008 menyebutkan perusahaan yang berganti auditor ke auditor yang memiliki KAP lebih besar bisa memberikan sinyal yang lebih tinggi atas
laba. Pengujian atas kesulitan keuangan perusahaan terhadap pergantian
KAP telah dilakukan oleh Scwartz dan Soo dalam Sinarwati 2009 menyatakan bahwa perusahaan yang bangkrut lebih sering berpindah
auditor daripada perusahaan yang tidak bangkrut. Hal ini konsisten dengan hasil penelitian Sinarwati 2009 yang menemukan bahwa kesulitan
keuangan secara signifikan mempengaruhi perusahaan yang terancam bangkrut untuk berpindah KAP. Mardiyah 2002 dalam Damayanti dan
Sudarma 2008 menyatakan bahwa kesulitan keuangan merupakan faktor yang mempengaruhi perusahaan berpindah KAP.
Pengujian atas pengaruh opini audit terhadap pergantian KAP telah dilakukan oleh Calderon dan Ofobike 2008, hasilnya adalah opini audit
berpengaruh signifikan terhadap pergantian KAP. Akan tetapi penelitian yang sudah dilakukan oleh Damayanti dan Sudarma 2008, Wijayanti
2010 serta Wijayani dan Januarti 2011 di Indonesia menunjukkan hasil yang berlawanan, opini audit tidak berpengaruh signifikan terhadap
pergantian KAP.
11
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arezoo et al 2011, namun terdapat perbedaan yang diklasifikasikan
sebagai berikut: 1. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini lebih
membahas mengenai pergantian Kantor Akuntan Publik KAP secara voluntary
sukarela yang penyebabnya berasal dari sisi klien yaitu kesulitan keuangan perusahaan maupun dari sisi auditor yaitu kualitas
audit dan opini audit yang diperoleh dari penelitian Nasser et. al., 2006, Nagy 2005, Maharani dan Bambang 2008, Sinarwati
2010, Calderon dan Ofobike 2008. Penelitian sebelumnya membahas pergantian manajemen, opini audit, ukuran perusahaan
klien, ukuran KAP, financial distress dan audit fee terhadap auditor switching
. Sedangkan, dalam penelitian ini, peneliti menghilangkan variabel pergantian manajemen ukuran perusahaan klien dan audit fee
karena hasil penelitian terdahulu masih beragam. 2. Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2011. Sedangkan, populasi dari penelitian sebelumnya adalah perusahaan
yang terdaftar di Tehran Stock Exchange TSE di Iran tahun 2003- 2007.
Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah perusahaan manufaktur go public, merupakan emiten di Bursa Efek Indonesia yang
terdaftar selama periode tahun 2008-2011. Alasan penggunaan data empat
12
tahun mulai tahun 2008-2011 adalah karena tahun 2008-2011 merupakan data perusahaan yang dapat memberikan gambaran tentang kondisi
keuangan perusahaan sebelum rotasi audit dilakukan sesuai dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2011 tentang akuntan publik. Dijelaskan
dalam pemberian jasa audit oleh akuntan publik dan atau KAP atas informasi keuangan historis suatu klien untuk tahun buku yang berturut-
turut dapat dibatasi dalam jangka waktu tertentu pasal 4 ayat1. Ketentuan mengenai pembatasan pemberian jasa audit atas informasi keuangan
historis diatur dalam peraturan pemerintah pasal 4 ayat 2 yang menjelaskan mengenai jumlah tahun buku berturut-turut, jenis industri,
perusahaan publik atau privat, dan sanksi administrasi untuk menjaga independensi akuntan publik dan atau KAP. Pemilihan satu jenis industri
bertujuan untuk menghindari adanya resiko bisnis yang mungkin terjadi antara jenis industri yang berbeda. Peneliti memilih industri manufaktur
karena industri manufaktur bersifat heterogen dan terdapat berbagai jenis perusahaan dari perusahaan kecil hingga perusahaan besar. Selain itu
industri manufaktur juga memiliki populasi terbesar. Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian karena diferensiasi kualitas audit, kesulitan keuangan perusahaan dan opini audit sering kali mempengaruhi keinginan
klien untuk tetap atau berpindah KAP. Berdasarkan hal tersebut, maka
peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Diferensiasi Kualitas Audit, Kesulitan Keuangan Perusahaandan Opini Audit
13
Terhadap Pergantian Kantor Akuntan Publik Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2011.”