32
d. Pihak-pihak yang Membutuhkan Informasi Financial Distress Menurut Almilia dan Kristiadji 2003, prediksi financial
distress kesulitan keuangan perusahaan menjadi perhatian dari
banyak pihak. Pihak-pihak yang menggunakan model tersebut meliputi:
1 Pemberi pinjaman Informasi mengenai financial distress mempunyai relevansi
terhadap institusi pemberi pinjaman, baik dalam memutuskan apakah akan memberikan suatu pinjaman dan menentukan
kebijakan untuk mengawasi pinjaman yang telah diberikan. 2 Investor
Model prediksi financial distress dapat membantu investor ketika akan menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan
dalam melakukan pembayaran kembali pokok dan bunga. 3 Pembuat peraturan
Lembaga regulator mempunyai tanggung jawab mengawasi kesanggupan membayar hutang dan menstabilkan perusahaan
individu, hal ini menyebabkan perlunya suatu model yang aplikatif untuk mengetahui kesanggupan perusahaan membayar
hutang dan menilai stabilitas perusahaan. 4 Pemerintah
Prediksi financial distress juga penting bagi pemerintah dalam antitrust regulation.
33
5 Auditor Informasi financial distress dpat menjadi alat yang berguna
bagi auditor dalam membuat penilaian going concern suatu perusahaan.
6 Manajemen Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan maka perusahaan
akan menanggung biaya langsung fee akuntan dan pengacara dan biaya tidak langsung kerugian penjualan atau kerugian
paksaan akibat ketetapan pengadilan. Sehingga dengan adanya model prediksi financial distress diharapkan perusahaan dapat
menghindari kebangkrutan
dan otomatis
juga dapat
menghindari biaya langsung dan tidak langsung dari kebangkrutan. Apabila manajemen perusahaan bisa mendeteksi
kebangkrutan ini lebih awal, maka tindakan-tindakan penghematan bisa dilakukan, misalnya dengan melakukan
merger atau restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari.
Posisi keuangan auditee mungkin memiliki implikasi penting pada keputusan mempertahankan KAP. Kondisi perusahaan klien yang
terancam bangkrut cenderung meningkatkan evaluasi subjektivitas dan kehati-hatian auditor. Dalam kondisi seperti ini suatu perusahaan akan
cenderung melakukan auditor switching. Auditor switching juga bisa
34
disebabkan karena perusahaan sudah tidak lagi memiliki kemampuan untuk membayar biaya audit yang dibebankan oleh KAP yang diakibatkan
penurunan kemampuan keuangan perusahaan. Ada dorongan yang kuat untuk berpindah auditor pada perusahaan
yang terancam bangkrut. Kesulitan keuangan signifikan mempengaruhi perusahaan yang terancam bangkrut untuk berpindah KAP Schwartz dan
Menon, 1985. Selain itu, Schwartz dan Soo 1995 dalam Damayanti dan Sudarma 2008 menyatakan bahwa perusahaan yang bangkrut lebih
sering berpindah auditor daripada perusahaan yang tidak bangkrut.
6. Opini Audit
Pernyataan atas suatu asersi yang dikeluarkan oleh auditor disebut juga pendapat atau opini audit. Opini harus didasarkan atas pemeriksaan
yang dilaksanakan sesuai dengan standar audit dan temuan auditor. Hasil pemeriksaan akuntan tertuang dalam suatu laporan yang menyatakan
bahwa apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Menurut Mulyadi 2002,
opini audit ada lima, yaitu pendapatwajar tanpa pengecualian unqualified audit opinion
, wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan unqualified opinion report with explanatory language, wajar dengan
pengecualian qualified audit opinion, pendapat tidak wajar adverse opinion report
, dan tidak memberikan pendapat disclaimer of opinion report
.
35
Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam
semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan
tidak memberikan pendapat, ia harus menyatakan apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Institut
Akuntan Publik Indonesia IAPI,2011 Menurut Petronela 2004:47 menyatakan opini audit diberikan oleh
auditor dalam beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberi kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang
diauditnya. Berdasarkan definisi diatas dapat diartikan bahwa opini audit adalah suatu pernyataan yang diberikan oleh auditor terhadap laporan
keuangan perusahaan yang didasarkan pada keyakinan profesionalnya. Opini audit merupakan salah satu hal yang penting dalam pengauditan
laporan keuangan, laporan keuangan suatu entitas di audit diharapkan agar mendapatkan opini audit, sehingga laporan keuangan yang telah diaudit
tersebut dapat dijadikan dasar sebagai sumber informasi untuk para pengguna laporan keuangan baik pihak ekstern maupun intern perusahaan.
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik SPAP mengharuskan pembuatan laporan setiap kali kantor akuntan publik dikaitkan dengan
36
laporan keuangan. Laporan auditan hanya dibuat jika audit benar-benar dilakukan.
Laporan audit penting sekali dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena laporan tersebut dapat menginformasikan kepada pemakai
informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Bagian dari laporan audit yang merupakan informasi utama
dari laporan audit adalah opini audit. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan
kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya.
Menurut Bastian 2007:136, terdapat lima jenis pendapat yang dapat diberikan oleh auditor, yaitu: Pendapat Wajar tanpa Pengecualian
Unqualifed Opinion , Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf
penjelas Modified Unqualified Opinion, Pendapat wajar dengan pengecualian qualified opinion, Pendapat tidak wajar adverse opinion,
dan Pernyataan tidak memberikan pendapat disclaimer. a. Pendapat Wajar tanpa Pengecualian Unqualifed Opinion
Pendapat wajar tanpa pengecualian dapat diberikan auditor apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar
pemeriksaan, penyajian laporan keuangan telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan tidak terdapat kondisi atau keadaan
tertentu yang memerlukan bahasa penjelas.
37
Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,
posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas suatu entitas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas Unqualified Opinion With Explanatory Language
Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas dapat ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku. Pendapat ini diberikan
apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar pemeriksaan, penyajian laporan keuangan telah sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum, tetapi terdapat keadaan atau kondisi tertentu yang memerlukan bahasa penjelas. Kondisi atau keadaan yang
memerlukan bahasa penjelas tambahan antara lain dapat diuraikan sebagai berikut.
1 Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain. Auditor harus menjelaskan hal ini dalam
paragrapf pengantar untuk menegaskan pemisahan tanggungjawab dalam pelaksanaan audit.
2 Adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh profesi atau pihak yang berwenang. Penyimpangan tersebut adalah
yang terpaksa dilakukan agar pemakai laporan keuangan auditan tidak tersesatkan. Auditor harus menjelaskan penyimpangan yang
38
dilakukan berikut taksiran pengaruh maupun alasan penyimpangan dilakukan dalam satu paragraf khusus.
3 Laporan keuangan dipengaruhi oleh ketidakpastian yang material. 4 Auditor
meragukan kemampuan
satuan usaha
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
5 Auditor menemukan penggunaan prinsip dan metode akuntansi. c. Pendapat Wajar dengan pengecualian Qualified Opinion