34
seseorang setelah dewasa. Jadi, gambaran kepribadian yang terlihat dan diperlihatkan seorang remaja, banyak ditentukan oleh keadaan serta
proses-proses yang ada dan yang terjadi sebelumnya. Lingkungan rumah, khususnya orang tua, menjadi teramat penting sebagai tempat persemaian
dari benih-benih yang akan tumbuh dan berkembang lebih lanjut. Pengalaman buruk dalam keluarga akan buruk pula diperlihatkan terhadap
lingkungannya. Perilaku negatif dengan berbagai coraknya adalah akibat dari suasana dan perlakuan negatif yang dialami dalam keluarga.
Hubungan antarpribadi dalam keluarga, yang meliputi pula hubungan antarsaudara, menjadi faktor penting yang mendorong munculnya perilaku
yang tergolong nakal. Agar terjamin hubungan yang baik dalam keluarga, dibutuhkan
peran aktif orang tua untuk membina hubungan-hubungan yang serasi dan harmonis di antara semua pihak dalam keluarga. Namun, yang tentunya
terlebih dahulu harus diperlihatkan adalah hubungan yang baik di antara suami dan istri.
c. Faktor Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial dengan berbagai ciri khusus yang menyertainya memegang peranan besar terhadap munculnya corak dan gambaran
kepribadian pada anak. Apalagi kalau tidak didukung oleh kemantapan dari kepribadian dasar yang terbentuk dalam keluarga. Kesenjangan antara
norma, ukuran, patokan dalam keluarga dengan lingkungannya perlu diperkecil agar tidak timbul keadaan timpang atau serba tidak menentu,
35
suatu kondisi yang memudahkan munculnya perilaku tanpa kendali, yakni penyimpangan dari berbagai aturan yang ada. Kegoncangan memang
mudah timbul karena kita berhadapan dengan berbagai perubahan yang ada dalam masyarakat. Dalam kenyataannya, pola kehidupan dalam
keluarga dan masyarakat dewasa ini, jauh berbeda dibandingkan dengan kehidupan beberapa puluh tahun yang lalu. Terjadi berbagai pergeseran
nilai dari waktu ke waktu seiring dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Bertambahnya penduduk yang demikian pesat, khususnya di
kota-kota besar, mengakibatkan ruang hidup dan ruang lingkup kehidupan menjadi bertambah sempit. Urbanisasi yang terus-menerus terjadi sulit
dikendalikan, apalagi ditahan, menyebabkan laju kepadatan penduduk di kota besar sulit dicegah. Dinamika hubungan menjadi lebih besar,
sekaligus menjadi lebih longgar, kurang intensif, dan kurang akrab. Dalam kondisi seperti ini, sikap yang menjadi ciri dari kehidupan masyarakat
yang padat: individualistis, kompetitif, dan materialistis, amat mudah timbul. Sesuatu yang sebenarnya wajar, sesuai dengan hakikat kehidupan,
hakikat perjuangan hidup untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan memenuhi kebutuhan paling pokok dari sistem kebutuhan, yakni
makanan. Pengaruh pribadi terhadap pribadi lain di rumah, di kantor, dan di
mana saja yang memungkinkan hubungan yang cukup sering terjadi, akan memengaruhi kehidupan pribadi, kehidupan dalam keluarga, dan
kehidupan sosialnya. Banyak kota yang sedang berkembang menjadi
36
tempat pertemuan, percampuran antara berbagai corak kebudayaan, adat istiadat, termasuk bahasa dan sistem nilai sikap. Tidak mustahil dalam
keadaan seperti itu, muncul ketidakserasian dan ketegangan yang berdampak pada sikap, perlakuan negatif orang tua terhadap anak, dan
lebih lanjut dalam lingkungan pergaulan. Lingkungan pergaulan anak adalah sesuatu yang harus dimasuki karena di lingkungan tersebut seorang
anak bisa terpengaruh ciri kepribadiannya, tentunya diharapkan terpengaruh oleh hal-hal yang baik. Di samping itu, lingkungan pergaulan
adalah sesuatu kebutuhan dalam pengembangan diri untuk hidup bermasyarakat. Karena itu, lingkungan sosial sewajarnya menjadi
perhatian kita semua, agar bisa menjadi lingkungan yang baik, yang bisa meredam dorongan-dorongan negatif atau patologis pada anak maupun
remaja. Upaya perbaikan lingkungan sosial membutuhkan kerja sama yang terpadu dari berbagai pihak, termasuk peran serta dari masyarakat sendiri.
Berbagai perilaku pada siswa sudah sangat memprihatinkan dan perlu mendapat perhatian kita semua. Mengenai ini, beberapa hal dapat
dikemukakan. 1
Timbulnya sesuatu masalah pada anak dan remaja sehingga memperlihatkan perilaku yang menyimpang, tidak selalu berupa
rangkaian sebab akibat yang bersifat pionokausal -- satu sebab menyebabkan satu akibat -- melainkan lebih luas dan lebih kompleks,
bukan saja multikausal tetapi berantai dari satu sebab timbul akibat dan selanjutnya akibat ini menjadi sebab yang baru atau melingkar
37
dari satu sebab timbul akibat dan selanjutnya akibat ini berpengaruh terhadap sebab semula. Karena itu, pada kasus-kasus tertentu
diperlukan penanganan terhadap berbagai segi yang bermasalah secara serempak atau satu per satu dan acap kali diperlukan pula kerja sama
dengan anggota-anggota keluarga lain dan bahkan bisa pula bekerja sama dengan tokoh atau ahli lain yang bekerja dalam tim dengan
pendekatan terpadu. 2
Keluarga sebagai sumber stimulasi ke arah terbentuknya ciri kepribadian yang negatif, yang bisa berlanjut menyimpang dan nakal,
perlu lebih aktif mengatur sumber stimulasi agar berfungsi positif. Karena itu, keluarga acap kali perlu memperoleh pengarahan dan
bimbingan sesuai dengan fungsinya, namun usaha-usaha tersebut hendaknya tidak terlalu memerhatikan hal-hal yang bersifat kognitif,
sebaliknya perlu memerhatikan hal-hal yang afektif. Dalam melaksanakan usaha-usaha aktif ini, beberapa hal perlu
diperhatikan, yakni: 1
Pendekatan terpusat pada anak child centered approach, yakni dasar adanya kekhususan pada anak, jadi berbeda antara seorang anak dengan
anak lain. Berangkat dari keadaan khusus yang dimiliki oleh anak itulah termasuk misalnya potensi yang khas, arah penanganan
dilakukan. 2
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak hal diperlihatkan anak sesuai dengan keinginan, kebutuhan, dan caranya yang khas yang di pihak lain
38
tentu banyak pula yang tidak sesuai atau tidak disetujui orang tua. Upaya mengubah perbuatan yang salah hendaknya mempergunakan
dasar dalam proses pendidikan, antara lain sikap tegas, konsisten, bertahap, dan berulang-ulang.
3 Perlunya memerhatikan masa dan tahapan perkembangan karena
sebenarnya setiap saat seorang anak berada dalam keadaan berubah dan kemungkinan untuk diubah. Hukum kesiapan law of readiness dalam
proses belajar harus diterapkan agar apa yang ingin ditanamkan dapat diterima dan disimpan dengan baik dan menjadi bagian dari
kepribadiannya. 4
Perubahan perilaku adalah proses yang terjadi secara bertahap, sedikit demi sedikit dan berulang-ulang, sesuai dengan hukum pengulangan
law of exercise dalam proses belajar. Usaha mengubah perilaku anak membutuhkan kesabaran untuk mengulang-ulang repetition -
reinforcement dan memperkuat apa yang baru diberikan agar menjadi bagian dari kepribadian dan kehidupannya internalisasi.
5 Perlu memerhatikan teknik yang mendasarkan pada kasih sayang love
oriented technique. Bahwa banyak perubahan perilaku terjadi justru dengan teknik yang mendasarkan pada kelembutan dan kasih sayang.
Teknik yang menyentuh emosi anak sehingga mau membukakan diri dan menuruti apa yang dikehendaki orang tua. Teknik ini bukan sikap
memanjakan atau memperbolehkan semua tindakan atau perbuatan anak, tetapi cara pendekatan yang bisa meningkatkan perasaan
39
diterima, dimengerti, sehingga emosinya lebih tenang, terkendali, harmonis, dan mudah menerima saran-saran, dorongan-dorongan untuk
bertingkah laku atau sebaliknya menahan untuk tidak melakukan suatu tindakan.
6 Di samping usaha-usaha aktif, usaha-usaha menciptakan suasana yang
baik dalam keluarga adalah usaha lain untuk memengaruhi kepribadian anak. Banyak hal yang berhubungan dengan perasaan senang atau tidak
senang, bahagia atau tertekan, sangat dipengaruhi oleh suasana rumah yang tentunya diarahkan dan ditentukan oleh orang tua. Cara orang tua
menangani masalah, melakukan kebiasaan-kebiasaan, semua menjadi objek, menjadi model, patokan yang sengaja atau tidak disengaja ditiru
oleh anak. Apalagi pada anak-anak yang sedang berada pada masa peka untuk menerima rangsangan-rangsangan dari luar. Proses peniruan
tidak hanya terjadi terhadap hal-hal yang menarik untuk ditiru positif, namun juga, secara tidak disadari, terhadap hal-hal yang negatif,
misalnya terhadap perilaku agresif yang cocok dengan keadaannya. Suasana emosi yang baik dalam keluarga bisa menjadi penangkal yang
ampuh munculnya perilaku yang tidak baik pada anak. Orang tua menjadi pribadi-pribadi yang banyak menentukan suasana emosi dalam
keluarga. 7
Dalam usaha memperbaiki lingkungan keluarga dengan pribadi- pribadinya dan lingkungan sosial, perlu memerhatikan lingkungan
hidup secara lebih luas dan menyeluruh dengan semua faktor yang
40
memengaruhinya. Berbagai perubahan sesuai dengan dinamika kehidupan hendaknya tidak terlalu banyak menimbulkan kegoncangan,
kepincangan, dan kesenjangan yang mudah sekali memengaruhi kondisi psikis pribadi maupun kelompok. Lingkungan hidup yang
menekan akan menyebabkan ketidakselarasan, baik dalam diri pribadi intrapsikis maupun dengan lingkungannya sehingga menjadi ladang
yang subur untuk tumbuhnya penyimpangan-penyimpangan perilaku. Pendekatan terpadu antara berbagai pihak yang menangani masalah ini
sangat diperlukan.
12
12
Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa dan Dra. Ny. Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Praktis:
Anak , Remaja dan Keluarga. Jakarta PT. BPK Gunung mulia 1955h.67
41
BAB III GAMBARAN UMUM SDIT-AL-AMANAH
A. Latar Belakang Berdiri
SDIT Al-Amanah didirikan pada tanggal 26 mei 2004 oleh pimpinan YPPQ. Nurul Amanah dengan maksud, agar YPPQ. Nurul Amanah bisa
menampung anak didik yang berasal bukan hanya dari kalangan menengah ke atas, tapi juga untuk kelompok ekonomi rendah yatim kaum dhuafa
1
. Sebagai salah satu lembaga pendidikan formal agama Islam swasta,
Yayasan Pendidikan Islam Al-Amanah Pasiron sejak tahun 80-an senantiasa berupaya keras untuk turut berperanserta membantu pemerintah dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945. Hal tersebut diindikasikan dengan terselenggaranya satuan-satuan
pendidikan formal di bawah naungan yayasan. Seperti Taman kanak-kanak atau TK Raudhatul Athfal RA Nurul Amanah, Wajar Dikdas dan Paket C
Nurul Amanah. Sejalan dengan Visi dan Misi yayasan yang bertujuan
menyelenggarakan pendidikan formal yang berkwalitas namun terjangkau oleh masyarakat luas, maka dari tahun-ketahun umumnya siswa siswi yang
masuk ke YPPQ Nurul Amanah Pasiron, semakin menunjukan grafik peningkatan. Hal tersebut disebabkan taklain karena pada satu sisi, akses
masyarakat untuk memperoleh pendidikan disekolah negeri pada umumnya
1
Brosur SDIT Al-Amanah Bojongsari depok