Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mendidik anak adalah suatu aktifitas yang menyenangkan dan sangat menggembirakan. Di dalamnya terdapat berbagai macam pengalaman yang menyenangkan, permainan-permainan dan kegiatan-kegiatan yang mengasyikan. Tingkah laku anak yang mengagumkan, lucu, lincah serta menyenangkan akan banyak kita jumpai di sana. Demikianlah keadaannya bahwa dunia anak adalah dunia yang menyenangkan. Allah Taala berfirman tentang hal ini :                Artinya: “harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan .” Al-Kahfi : 46 Semua hal yang tergambar dalam benak kita tersebut, akankah berjalan sebagaimana yang kita inginkan? Pada kenyataanya memang tidak demikian, bahkan kita dihadapkan pada keadaan yang sangat bertolak belakang. Kita langsung dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang terjadi pada anak didik tersebut, baik berupa tingkah yang aneh-aneh dikelas sampai pelanggaran-pelanggaran terhadap peraturan kelas maupun sekolah. Sehubungan dengan permasalahan perilaku anak yang telah penulis sebutkan, 2 maka seorang pendidik hendaklah membekali diri dengan pengetahuan tentang psikologi dan seluk-beluk dunia anak, tak terkecuali juga tentang masalah kenakalan yang terjadi pada anak, meliputi : Faktor-faktornya, ciri- ciri, serta hal-hal yang menjadi sebab kuat pemicu perilaku kenakalan tersebut, sehingga akan tepat pula penanganannya dan pencegahanya. Mengingat tidak semua kenakalan yang tampak di depan mata kita adalah kenakalan yang mutlak, artinya kenakalan itu bisa jadi disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya adalah karena ketidaktahuan anak, sehingga dengan pengetahuannya yang terbatas anak tersebut melakukan hal-hal yang dia anggap sebagai sesuatu hal yang baik dan benar, tetapi pada hakikatnya adalah suatu kesalahan. Di dalam Al Quran telah dinyatakan bahwa keadaan manusia setelah dilahirkan adalah memiliki pengetahuan yang terbatas. Allah berfirman :                  Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.An-Nahl :78 Apabila kita mau menggali lebih dalam tentang faktor atau sebab yang memungkinkan seorang anak melakukan perilaku kenakalan, maka kita dapati sebab-sebab tersebut sangat bermacam-macam. Ada kemungkinan terkait dengan lingkungan serta kondisi dari si anak tersebut. 3 Berkaitan dengan masalah tersebut, penulis mengambil inisiatif untuk mengadakan penelitian tentang kasus kenakalan anak berikut faktor-faktor dan solusi dari kenakalan tersebut, khususnya pada siswa kelas V lima di SDIT Al-Amanah Pasiron. Penulis mengambil penelitian di SDIT Al-Amanh dengan alasan karena sekolah SDIT Al-Amanh sangat berbeda dengan sekolah- sekolah yang berada dilingkungan tersebut selain bersekolah pulang pergi di sana juga terdapat anak-anak yang mukim atuau tinggal di pesantren. Kemudian Tampak di sana fenomena perilaku yang kurang baik atau kenakalan yang muncul pada siswa-siswa kelas V lima di SDIT Al-Amanah Pasiron, di mana pada awal pendidikan mereka dari kelas I satu sampai kelas IV empat tidak menunjukan gejala-gejala apa pun, namun ketika mereka menginjak pertengahan kelas IV empat sampai ketika siswa-siswa tersebut menginjak kelas V lima, terlihat nampak sekali sikap-sikap dan perilaku- perilaku yang di luar batas kewajaran. Meskipun telah dilakukan beberapa penanganan tetapi hasilnya belum kelihatan efektif. Dengan alasan tersebut di atas, penulis berinisiatif untuk memilih siswa kelas V lima SDIT Al-Amanah pasiron sebagai subjek penelitian, dikarenakan tingkat kenakalannya yang sangat berbeda dari kelas-kelas yang lain di sekolah tersebut sehingga dikhawatirkan akan terjadi sikap saling mempengaruhi antara siswa satu dengan siswa yang lain. sehubungan dengan tinggalnya mereka di asrama dan di luar asrama sehingga dimungkinkan untuk saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. 4 Siswa adalah salah satu komponen manusia yang menempati posisi sentral dalam proses pendidikan pengajaran atau bimbingan dan menjadi unsur penentu dalam kegiatan tersebut, tanpa adanya siswa atau peserta didik sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran dan bimbingan. 1 Menurut Soesilowindradini, seperti dikutip oleh Abu Al-Ghifari, siswa yang berkembang secara psikologis tumbuh pada usia berbeda-beda. Masa ini adalah masa yang pendek sekitar 4 tahun, munculnya masa ini disebabkan mulai bekerjanya kelenjar seks untuk menghasilkan hormon sehingga muncul perubahan fisik dan psikisnya yang khas sekitar 5 tahun sebelum anak masuk usia puberitas telah ada hormon seks di tubuhnya. Hormon ini lama kelamaan semakin bertumbuh dan membawa kematangan pada struktur fungsi alat-alat kelamin. 2 Akan tetapi siswa dapat diartikan juga murid atau pelajar terutamakhususnya pada tingkat sekolah dasar dan menengah 3 . Siswa dipandang sebagai seorang anak yang sudah dewasa, tetapi dianggap juga sebagai anak yang masih ingusan. Hubungan dengan teman- temannya tidak menentu terkadang akrab terkadanag pula bermusuhan. Pada saat tertentu kadangkala mereka sangat bangga dengan diri mereka, namun di saat lain mereka sangat malu bahkan merasa minder dengan diri mereka sendiri. Persoalan siswa merupakan hal yang sangat menarik untuk didiskusikan. Hal ini disebabkan karena masalah kenakalan siswa dewasa ini 1 Departemen Agama RI, Wawasan Tugas dan Tenaga Kependidikan, Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2005, h. 46. 2 Abu Al-Ghifari, Fiqh Remaja Kontemporer, Jakarta: Media Qolbu, 2005, Cet. Ke-1, h. 272. 3 Kamus Besar Bahasa Indonesia 849:1988. 5 semakin meresahkan masyarakat, baik di negara yang sudah maju maupun di negara yang sedang berkembang. 4 Perkembangan emosi siswa ditandai dengan berbagai konflik, sehingga Perkembangan agama tidak luput dari berbagai bentuk dan nuansa yang bergerak dan sangat membutuhkan pendidikan agama sampai kepada kurang perhatian. Tidak jarang kita mendengar perkelahian terjadi antar pelajar yang tidak jelas penyebabnya, bahkan perkelahian bisa meningkat menjadi permusuhan. Bila ditanyakan kepada mereka, apa yang menyebabkan mereka berbuat kekerasan sesama siswa dan apa masalahnya sehingga peristiwa yang memalukan tersebut terjadi, banyak yang tidak sadar mengapa mereka secepat itu menjadi marah dan ikut berkelahi. Seorang siswa yang bertindak anarkis, tidak menghiraukan norma- norma yang berlaku di masyarakat disebut juga sebagai prilaku kenakalan siswa. Siswa delikuen siswa nakal dengan sering dihinggapi rasa “berbeda”, rasa inferior, frustasi dan dendam. Maka untuk mengkonpensasikan perasaan- perasaan minder, mereka melakukan perbuatan-perbuatan yang mereka tidak sadari, semua itu dilakukan dengan maksud mempertahankan harga dirinya dan untuk ”membeli” status sosial serta untuk mendapatkan perhatian lebih. 5 Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis memilih SDIT Al-Amanah Pasiron sebagai lembaga pendidikan yang berbasis islam yang dapat menjadi sebuah tempat bagi siswa untuk mendapakan ilmu umum 4 Prof. DR. Hj. Zakiah Daradjat, Siswa, harapan dan tantangan, jakarta: Ruhana, 1995. h.3. 5 Kartini Kartono, Patologi Sosial Gangguan-gangguan Kejiwaan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2003. h. 194. 6 dan ilmu agama. Ditanamkannya pendidikan agama sedini mungkin diharapkan dapat membentuk pribadi siswa yang Islami, karena pada hakikatnya keberadaan agama adalah keteraturan dan kedamaian hidup secara integral. 6 SDIT Al-Amanah Pasiron memiliki peraturan dan tata-tertib yang ketat dan bersifat konsisten. Siswa yang bersekolah di SDIT Al-Amanah Pasiron merupakan siswa-siswi pilihan dan terdapat juga kelas unggulan yang tingkat inteligensinya melebihi anak-anak yang lain. Tetapi semua anak memiliki kewajiban yang sama yaitu harus dapat membaca Al-Quran dan menghafal beberapa hafalan yang ditetapkan oleh pihak sekolah sebagai persyaratan untuk pengambilan rapot. Dengan peraturan yang sudah diberlakukan dengan sangat ketatpun, masih ada siswasiswi yang berani untuk melakukan pelanggaran terhadap tata-tertib yang telah di buat oleh sekolah. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis berniat untuk menyusun kajian skripsi dengan judul : ”Intervensi Mikro Terhadap Siswa kelas V lima di SDIT Al-Amanah Pasiron Bojongsari Depok ”

B. Fokus dan Pembatasan Masalah