Gambaran Umum Responden Hasil Penelitian Hasil Utama Penelitian

BAB IV PRESENTASI DAN ANALISIS DATA

4.1 Gambaran Umum Responden

Responden penelitian ini adalah 40 siswa kelas XI IPA 1 SMAN 70 Jakarta. Adapun gambaran responden secara umum akan dilihat dalam dua kategori yaitu jenis kelamin dan usia responden. Berikut tabel gambaran responden : Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden Kategori Jumlah Persentase Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 12 28 30 70 Jumlah 40 100 Usia 15 tahun 16 tahun 17 tahun 2 10 28 5 25 70 Jumlah 40 100 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden laki-laki sebanyak 12 siswa dan responden perempuan sebanyak 28 siswa. Dalam bentuk presentase, jumlah responden laki-laki sebanyak 30 sedangkan jumlah responden perempuan sebanyak 70 . Hal tersebut menggambarkan bahwa jumlah responden perempuan lebih banyak daripada responden laki-laki. Berdasarkan sebanyak 10 orang, dan usia 17 tahun sebanyak 28 orang. Dalam presentase, jumlah responden usia 15 tahun sebanyak 5 , usia 16 tahun sebanyak 25 , dan usia 17 tahun sebanyak 70 . Dapat dilihat bahwa jumlah terbanyak responden adalah siswa perempuan dan kemudian siswa laki-laki.

4.2 Uji Persyaratan

Uji persyaratan adalah syarat untuk melakukan analisis lebih lanjut dalam mengolah data. Uji persyaratan yang digunakan adalah uji normalitas dan uji korelasional dengan menggunakan SPSS 16.0. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui kapasitas sebaran data yang diperoleh harus dilakukan uji normalitas terhadap data yang bersangkutan. Dengan demikian, analisis statistik yang pertama kali harus dilakukan dalam rangka analisis data adalah analisis statistik berupa uji normalitas. Data yang terdistribusi normal maka perhitungan datanya menggunakan metode statistik parametrik. Uji korelasional adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain.

4.2.1 Uji Normalitas

Analisis statistik pertama yang harus digunakan dalam rangkaian analisis data adalah uji statistik berupa uji normalitas. Adapun uji normalitas yang pengujian kurang dari 100 Kuncono, 2004. Adapun hipotesis statistiknya adalah: H o : Populasi berdistribusi normal. H 1 : Populasi tidak berdistribusi normal. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas dengan α = 0.05, yaitu: Jika probabilitas 0.05, maka H o diterima. Jika probabilitas 0.05, maka H o ditolak. Berdasarkan uji normalitas konsep diri dengan Shapiro Wilk didapat nilai 0.241 yang lebih besar dari α = 0.05, jadi berdasarkan nilai yang didapat maka H o diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data konsep diri berdistribusi normal. Berikut ini table uji normalitas skala konsep diri. Tabel 4.2 Hasil uji normalitas Konsep Diri Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. KONSEP DIRI .965 40 .241 a. Lilliefors Significance Correction Sedangkan uji normalitas skala bullying dengan Shapiro-wilk dengan nilai 0,675 yang berarti lebih besar daripada nilai α = 0.05, jadi dapat disimpulkan bahwa skala bullying berdistribusi normal. Berikut ini tabel uji normalitas skala bullying. Table 4.3 Hasil uji normalitas Bullying Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. BULLYING .980 40 .675 a. Lilliefors Significance Correction

4.2.2 Uji Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H a : Ada hubungan negatif yang signifikan antara konsep diri dengan kecenderungan berperilaku bullying siswa SMAN 70 Jakarta. H o : Tidak ada hubungan negatif yang signifikan antara konsep diri dengan kecenderungan berperilaku bullying siswa SMAN 70 Jakarta. Pengujian hipotesis perlu dilakukan untuk mengetahui apakah koefisien korelasi yang didapatkan signifikan pada taraf signifikansi yang ditentukan atau tidak. Dalam melakukan uji hipotesis, cara yang umum dilakukan adalah dengan membandingkan nilai r tabel dan nilai r hitung yang didapatkan. H o diterima jika r hitung r tabel Karena nilai r hitung yang didapat - 0.058 r tabel Sig. 5 ; N 40 = 0.312, maka hipotesis alternatif H a yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan kecenderungan berperilaku bullying diterima. Arah hubungan yang dihasilkan menunjukkan arah yang negatif, yang bermakna bahwa semakin tinggi konsep diri akan diikuti dengan menurunnya kecenderungan berperilaku bullying.

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian

Tabel 4.4 Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation KONSEP DIRI 40 46.00 73.00 59.9250 6.23632 BULLYING 40 33.00 64.00 49.0500 8.13650 Valid N listwise 40

4.3.1 Kategori Skor Konsep Diri

Kategorisasi ini bertujuan untuk menempatkan responden ke dalam kategori-kategori atau kelompok yang berjenjang, yaitu: tinggi, sedang, dan rendah. Adapun responden yang masuk pada kategori rendah adalah responden yang memiliki skor di bawah 53, responden yang masuk pada kategori sedang pada kategori tinggi adalah responden yang memiliki skor diatas 66. Berikut ini tabel hasil kategorisasi skor penyebaran skala konsep diri berdasarkan jumlah skor yang diperoleh responden. Tabel 4.5 Kategori skor skala konsep diri Kategori Rentang skor Frekuensi Persen Positif X M + 1SD 66 7 17,5 Cukup positif M - 1SD X M + 1SD 53 – 66 30 75 Negatif X M – 1SD 53 3 7,5 Total 40 100 Pada tabel diatas menunjukkan bahwa mayoritas sampel atau sebanyak 30 responden berada dalam kategori konsep diri cukup positif 75 , sedangkan 3 responden dalam kategori negatif 7,5 dan 7 responden termasuk ke dalam kategori positif 17,5 .

4.3.2 Kategori Skor Bullying

Adapun responden yang masuk pada kategori rendah adalah responden yang memiliki skor di bawah 40, responden yang masuk pada kategori sedang adalah responden yang memiliki skor antara 40 – 57 dan responden yang masuk pada kategori tinggi adalah responden yang memiliki skor diatas 57. Berikut ini tabel hasil kategorisasi skor penyebaran skala bullying berdasarkan jumlah skor yang diperoleh responden. Tabel 4.6 Kategori skor skala bullying Kategori Rentang skor Frekuensi Persen Tinggi X M + 1SD 57 6 15 Sedang M - 1SD X M + 1SD 40 – 57 30 75 Rendah X M – 1SD 40 4 1 Total 40 100 Pada tabel diatas menunjukkan bahwa mayoritas sampel atau sebanyak 30 responden berada dalam kategori sedang 75 , sedangkan 4 responden dalam kategori rendah 1 dan 6 responden termasuk ke dalam kategori tinggi 15 .

4.4 Hasil Penelitian

Seperti yang telah dikemukakan pada bab 1, bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara konsep diri dengan kecenderungan berperilaku bullying siswa SMAN 70 Jakarta. Berikut hasil penghitungan SPSS 16.0 dengan rumus Spearmen’s Rank Corelation : Tabel 4.7 Hasil Spearman’s Rank Correlations Correlations KONSEP DIRI BULLYING Correlation Coefficient 1.000 -.058 Sig. 2-tailed . .720 KONSEP DIRI N 40 40 Correlation Coefficient -.058 1.000 Sig. 2-tailed .720 . Spearmans rho BULLYING N 40 40 Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dengan teknik spearman’s rank correlations , maka diperoleh korelasi r hitung sebesar – 0,058. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa nilai koefisien korelasi antara konsep diri dengan kecenderungan berperilaku bullying adalah bernilai – 0,058 dan bernilai negatif.

4.5 Hasil Utama Penelitian

Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif yang signifikan antara konsep diri dengan kecenderungan berperilaku bullying siswa SMAN 70 Jakarta, sehingga semakin positif konsep diri maka akan diikuti dengan menurunnya kecenderungan berperilaku bullying.

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data serta pengujian hipotesis, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara konsep diri dengan kecenderungan berperilaku bullying. Dengan kata lain, semakin tinggi positif konsep diri seseorang maka semakin rendah kecenderungan seseorang untuk berperilaku bullying atau sebaliknya semakin rendah negatif konsep diri maka semakin tinggi kecenderungan berperilaku bullying.

5.2 Diskusi

Berdasarkan kesimpulan di atas, hubungan konsep diri dengan kecenderungan berperilaku bullying siswa SMAN 70 Jakarta dapat dijelaskan sebagai berikut. Siswa yang memiliki konsep diri positif semakin rendah kecenderungan berperilaku bullying. Hal ini dapat dijadikan tolak ukur bahwa seseorang yang memiliki konsep diri positif menimbulkan perilaku yang positif pula, dan sebaliknya seseorang yang memiliki konsep diri negatif maka cenderung untuk menghasilkan perilaku yang negatif pula. Rendahnya konsep diri memberi pengaruh besar terhadap perilaku negatif, sebagai akibat dari rendahnya etika serta ketidakpeduliannya terhadap orang lain maupun norma-norma sosial yang berlaku, yang pembentukannya berawal dari