Penanggulangan Bullying Perilaku Bullying

dengan teman sekitar rumah kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Kadang kala beberapa anak melakukan bullying pada anak yang lainnya dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut. Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan mengenai penyebab terjadinya bullying, antara lain : 1. Lingkungan sekolah yang kurang baik 2. Senioritas tidak pernah diselesaikan 3. Guru memberikan contoh kurang baik pada siswa 4. Ketidakharmonisan di rumah 5. Karakter anak

2.1.4 Penanggulangan Bullying

Untuk mencegah dan menghambat munculnya tindak kekerasan di kalangan remaja, diperlukan peranan dari semua pihak yang terkait dengan lingkungan kehidupan remaja. Sedini mungkin anak – anak memperoleh lingkungan yang tepat. Keluarga semestinya dapat menjadi tempat yang nyaman untuk anak dapat mengungkapkan pengalaman – pengalaman dan perasaannya. Orang tua hendaknya mengevaluasi pola interaksi yang dimiliki selama ini dan menjadi model yang tepat dalam berinteraksi dengan orang lain. Berikan penguatan atau pujian pada perilaku prososial yang ditunjukkan oleh anak. Selanjutnya dorong anak untuk mengembangkan bakat atau minatnya dalam kegiatan mereka dan orang tua tetap harus berkomunikasi dengan guru jika anak menunjukkan adanya masalah yang bersumber dari sekolah. Bullying sudah menjadi masalah global yang kemudian tidak bisa kita abaikan lagi. Banyak hal yang harus bisa kita lakukan untuk meyelamatkan perkembangan psikologis anak-anak dan remaja kita. Kekerasan sejak dini bukan merupakan bagian dari perkembangan psikologis mereka, oleh sebab itu banyak elemen harus ikut terlibat, baik orang tua, pihak sekolah, bahkan pemerintah. Beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain: 1. Orang tua membiasakan diri memberikan feedback positif bagi anak sehingga mereka belajar untuk berperilaku sosial yang baik dan mereka mendapatkan model interaksi yang tepat bukan seperti perilaku bullying dan agresi. Kemudian, menggunakan alternatif hukuman bagi anak dengan tidak melibatkan kekerasan fisik maupun psikologis. Selain itu, orang tua mau menjalin relasi dengan sekolah untuk berkonsultasi jika anaknya sebagai pelaku bullying ataupun korban. 2. Pihak sekolah menciptakan lingkungan yang positif misalnya dengan adanya praktik pendisiplinan yang tidak menggunakan kekerasan. Selain itu juga, meningkatkan kesadaran pihak sekolah untuk tidak mengabaikan keberadaan bullying. www.kabarindonesia.com 3. Kurikulum sekolah semestinya mengandung unsur pengembangan sikap prososial dan guru – guru memberikan penguatan dan penerapannya dalam kehidupan sehari – hari di sekolah. Sekolah sebaiknya mendukung kelompok kegiatan agar diikuti oleh seluruh siswa. Selanjutnya sekolah menyediakan akses pengaduan atau forum dialog antar siswa dan sekolah, atau orang tua dan sekolah, dan membangun aturan sekolah dan sanksi yang jelas terhadap tindakan bullying. 4. Membangun kesadaran atas buruknya akibat bullying di komunitas sekolah, termasuk siswa, dan orang tua siswa, dan perlunya menyebarluaskan pengawasan dan perilaku bersahabat, bertanggung jawab, jujur, adil, tekun belajar, dan takwa sebagai insan manusia. Bullying sebagai bentuk agressifitas seseorang atau kelompok yang bertujuan menyakiti orang lain, telah menjadi tradisi yang berlangsung hampir di sekolah – sekolah bahkan di dalam masyarakat. Dikutip dari tesis Willem Sopacua, 2006 Pascasarjana psikologi UI, bahwa upaya untuk mengurangi perilaku bullying tersebut merupakan impian indah menyongsong harapan hari esok adalah menjadikan komunitas siswa pada SMA Z sebagai komunitas yang ”Bersahabat”, memiliki nilai – nilai toleransi yang tinggi, memiliki kesadaran untuk menghargai teman, dan memahami pentingnya sebuah komunikasi efektif di antara siswa. Ada satu program yang dinamakan ”Program Sahabat”, adalah program bersama tim intervensi untuk menanggulangi perilaku bullying di sekolah. Program sahabat adalah program yang dibuat dalam rangka menekan angka perilaku bullying supaya semakin berkurang. Dengan melihat bahwa bullying ini bisa teratasi hanya dengan melibatkan semua elemen dalam komunitas sekolah SMA Z yakni ; guru, orangtua, siswa untuk aktif dan berpartisipasi bersama membentuk nilai – nilai etika persahabatan sehingga menjadi nilai yang betul tertanam dalam diri setiap siswa. Program ini untuk membangun komitmen, antara lain Kasih Sayang, Baik Budi, Harmoni dan Tanggung Jawab. 1. Kasih sayang, berkonotasi cinta. Saling berbagi, saling memberi, membuat orang lain merasa nyaman, menghilangkan rasa marah Diane Tillman dan Diana Hsu, 2004. 2. Baik budi, berkonotasi memberi dengan tulus, berbuat jujur, membantu orang yang sedang dalam kesulitan, rendah hati, menerima apa adanya, adil dan toleransi 3. Harmoni, dikonotasikan sebagai prinsip hidup bersama dengan damai, toleran, tenang, saling menghargai dan saling mengakui adanya perbedaan. 4. Tanggung jawab, berkonotasi melakukan sesuatu dengan sebaik – baiknya, membantu orang lain ketika mereka membutuhkan bantuan, menjaga, merawat barang, diri sendiri, mampu menciptakan dunia yang lebih baik.

2.1.5 Dampak Perilaku Bullying