kuat lagi bagi peranan tersebut yang membedakan manusia dari makhluk hidup yang lainnya. RB, Burns. 1993.
Konsep diri terbentuk dan berkembang dipengaruhi oleh pengalaman atau kontrak eksternal dengan lingkungannya dan juga pengalaman internal tentang
dirinya. Pengalaman internal ini akan mempengaruhi respon terhadap pengalaman eksternalnya. Lalu bagaimana dengan konsep diri remaja tersebut, dimana yang ia
lakukan tidak lepas dengan ikatan kelompoknya. Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam perilaku seseorang, karena setiap orang
bertingkah laku sesuai dengan konsep dirinya, atau secara sederhana dapat dikatakan bahwa konsep diri merupakan pandangan – pandangan atau
penghayatan dan perasaan tentang diri sendiri. Hal inilah yang menarik peneliti
membuat penelitian dengan judul HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN BERPERILAKU
BULLYING SISWA SMAN 70 JAKARTA
. Peneliti melakukan penelitian di SMAN 70 Jakarta dengan alasan, yaitu menurut penuturan dan beberapa informasi bahwa sekolah tersebut
merupakan salah satu sekolah yang fenomenal dengan kasus tawuran antar pelajar dan tindakan bullying. Atas dasar inilah peneliti kemudian memutuskan untuk
melakukan penelitian di SMA tersebut.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran perilaku bullying siswa SMAN 70 Jakarta ?
2. Bagaimana konsep diri siswa SMAN 70 Jakarta ?
3. Adakah hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan kecenderungan
berperilaku bullying siswa kelas XI SMAN 70 Jakarta ?
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah pokok dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan
yang signifikan antara konsep diri dengan kecenderungan berperilaku bullying siswa SMAN 70 Jakarta ?”
1.4 Batasan Masalah
1. Perilaku Bullying yang dimaksud adalah perilaku penindasan yang dilakukan
seseorang atau kelompok yang dianggap lebih kuat kepada yang lemah dalam bentuk fisik maupun nonfisik. Dalam bentuk fisik misalnya menjambak,
memukul, menendang serta merusak barang. Sedangkan nonfisik berupa verbal memfitnah, mempermalukan dan nonverbal mengisolasi, meneror,
menunjukkan gerak tubuh yang kasar. 2.
Konsep diri yang dimaksud adalah persepsi individu mengenai kemampuan dirinya dalam hal akademik, sosial, emosional, dan fisik individu itu sendiri
sesuai dengan konstrak yang ada dari teori Shavellson. 3.
Siswa yang diteliti yaitu siswa kelas XI SMAN 70 Jakarta, remaja pertengahan 15 – 18 tahun, di mana teman sebaya masih memiliki peran
penting, namun individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri self -
directed dan mulai mengembangkan kematangan tingkah laku, membuat keputusan yang akan dicapai.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mengungkap adanya hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan kecenderungan
berperilaku bullying siswa kelas XI SMAN 70 Jakarta.
1.5.2 Manfaat
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana dalam psikologi perkembangan remaja. Bagi pengembangan keilmuan diharapkan hasil
penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan pustaka umtuk mengkaji masalah konsep diri dan kecenderungan berperilaku bullying siswa SMA.
Secara praktis diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi para pendidik siswa, serta umumnya bagi masyarakat pemerhati masalah remaja.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bab I
Pendahuluan yang meliputi latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Kajian pustaka yang meliputi teori tentang perilaku bullying yang
meliputi definisi perilaku bullying, bentuk – bentuk bullying, faktor penyebab terjadinya bullying, penanggulangan bullying, dampak
perilaku bullying. Konsep diri yang meliputi pengertian konsep diri, jenis – jenis konsep diri, aspek – aspek konsep diri. Dan
remaja yang di antaranya definisi remaja, ciri-ciri remaja. Serta penjelasan hubungan konsep diri dengan kecenderungan
berperilaku bullying siswa SMAN 70 Jakarta. Bab III
Metode Penelitian yang meliputi jenis penelitian, variabel penelitian, pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, teknik
analisis data, prosedur penelitian Bab IV
Presentasi dan analisis data meliputi ; gambaran umum subjek penelitian, presentasi data, hasil penelitian.
Bab V Kesimpulan meliputi : kesimpulan, diskusi, dan saran.
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Perilaku Bullying
2.1.1 Definisi Perilaku Bullying
Istilah bullying diilhami dari kata bull bahasa Inggris yang berarti
”banteng” yang suka menanduk. Pihak pelaku bullying sering disebut bully. Bullying adalah sebuah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan
kekuatankekuasaan yang dilakukan oleh seseorangsekelompok.Semai Jiwa
Amini, 2008
Menurut Ken Rigby, bullying merupakan sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan ke dalam aksi, menyebabkan seseorang menderita. Aksi
ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau kelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang, dan dilakukan dengan perasaan
senang. Ponny Retno Astuti, 2008 Sullivan, 2000 menyatakan bahwa bullying sebagai bentuk kenakalan
remaja dikalangan siswa, memerlukan model intervensi yang baik dan terencana untuk sebuah perubahan. Bullying merupakan bagian dari kegagalan membangun
kecerdasan yang komprehensif. pernyataan Mendiknas Bambang Sudibyo dalam seminar ”Bullying ; masalah tersembunyi dalam dunia pendidikan di Indonesia”,
Jakarta 29 April 2006 dikutip dari harian Kompas, 1 Mei 2006. dalam buku Meredam Bullying. Selain itu bullying juga dapat berupa perilaku tidak langsung,
misalnya dengan mengisolasi atau dengan sengaja menjauhkan seseorang yang