Jenis – Jenis Konsep Diri

adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin. Sedangkan Congruence berarti situasi di mana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati. Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan satu hal yang sangat penting dalam pengitegrasian kepribadian, memotivasi tingkah laku sehingga pada akhirnya akan tercapainya kesehatan mental. Sehingga konsep diri dapat didefinisikan sebagai gambaran yang ada pada diri individu yang berisikan bagaimana individu melihat dirinya sendiri sebagai pribadi yang disebut pengetahuan diri, bagaimana individu merasa atas dirinya yang merupakan penilaian dirinya sendiri serta bagaimana individu menginginkan diri sendiri sebagai manusia yang diharapkan.

2.2.2 Jenis – Jenis Konsep Diri

Menurut Callhoun dan Acocella 1990, dalam perkembangannya konsep diri terbagi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. 1. Konsep Diri Positif Konsep diri positif lebih kepada penerimaan diri bukan sebagai suatu kebanggaan yang besar tentang diri. Konsep diri yang positif bersifat stabil dan bervariasi. Individu yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang tahu betul dirinya, dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam – macam tentang dirinya, evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat menerima keberadaan orang lain. Individu yang memiliki konsep diri positif akan merancang tujuannya secara realitas, yaitu tujuan yang memiliki kemungkinan besar untuk tercapai, mampu menghadapi kehidupan di depannya serta menganggap bahwa hidup adalah sebuah penemuan. Menurut Jalaludin dalam Fitriyanti, orang yang memiliki konsep diri positif ditandai dengan lima hal : a. Kemampuan mengatasi masalah b. Merasa setara dengan orang lain c. Menerima pujian tanpa rasa malu d. Ia menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat. e. Ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek – aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. 2. Konsep Diri Negatif Calhoun dan Acocella 1993 membagi konsep diri negatif menjadi dua tipe, yaitu; a. Pandangan individu tentang dirinya sendiri tidak teratur, tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar – benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatan atau kelemahannya atau yang dihargai dalam kehidupannya. b. Pandangan individu tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini bisa terjadi karena individu dididik terlalu keras, sehingga menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan adanya penyimpangan dari seperangkat hukum yang dalam pikirannya merupakan cara hidup yang tepat. Singkatnya, individu yang memiliki konsep diri negatif terdiri dari dua tipe. Tipe pertama yaitu individu yang tidak tahu dirinya dan tidak mengetahui kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Sedangkan tipe kedua adalah individu yang memandang dirinya dengan sangat teratur dan stabil. Menurut William D. Brooks dan Philip Emmert, ada empat tanda orang yang memiliki konsep diri negatif, yaitu : a. Peka terhadap kritikan orang lain, tidak tahan terhadap kritik yang diterimanya, mudah marah, baginya koreksi sering kali dipersepsi sebagai usaha menjatuhkan harga dirinya b. Sangat responsif terhadap pujian, bersifat hiper kritis terhadap orang lain, selalu mengeluh, mencela atau meremehkan apapun atau siapapun, mereka tidak bisa mengungkapkan penghargaan atau kelebihan orang lain c. Merasa tidak disenangi orang lain, merasa tidak diperhatikan, karena itu ia bereaksi kepada orang lain sebagai musuh, tidak pernah mempersalahkan dirinya, tetapi akan menganggap dirinya sebagai korban dari sistem sosial yang tidak beres d. Cenderung bersifat pesimis terhadap kompetisi, seperti terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. William H. Fitts 1971, mengemukakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan kerangka acuan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Fitts 1971 membagi konsep diri dalam dua dimensi pokok, yang sebagai berikut ; Hendriati Agustiani, 2006 1. Dimensi Internal meliputi : identity self diri sebagai objek, behavioral self diri sebagai pelaku, judging self diri sebagai penilai. a. Diri identitas identity self, kemungkinan merupakan aspek dasar dari konsep diri. Merupakan segi ”siapa saya?” dari konsep diri atau label dan simbol yang dikenakan pada diri oleh seseorang untuk menjelaskan dirinya dan membentuk identitasnya. Kemungkinan sumber utama bagi materi diri identitas adalah diri pelaku ”behavioral self”. b. Diri pelaku behavioral self, seseorang melakukan sesuatu sesuai dorongan stimuli internal dan eksternal. Konsekuensi perilaku tersebut mempengaruhi kelanjutan atau disudahinya perilaku tersebut juga menentukan apakah suatu perilaku akan diabstraksikan, disimbolisasikan dan digabungkan ke dalam diri identitas. c. Diri penilai judging self, interaksi antara diri identitas dan diri pelaku serta integrasinya ke dalam konsep diri melibatkan diri penilai. Salah satu kapasitas manusia adalah kamampuan untuk sadar akan dirinya serta mengamati dirinya dalam bertindak dan menilai diri sendiri. 2. Dimensi Eksternal meliputi : physical self diri fisik, moral ethical self diri moral, personal self diri pribadi, family self diri keluarga, social self diri sosial. a. Physical Self, persepsi individu terhadap keadaan dirinya secara fisik, seperti kesehatan, penampilan dan keadaan tubuh. b. Moral – Ethical Self, persepsi individu terhadap keadaan dirinya dilihat dari standar pertimbangan nilai moral dan etika. c. Personal Self, persepsi individu terhadap keadaan pribadinya. d. Family Self, menunjukkan persepsi individu yang berhubungan dengan kedudukannya sebagai anggota keluarga. e. Social Self, persepsi individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain atau lingkungan di sekitarnya. Hendriati Agustiani, 2006 Penelitian ini mengarah pada dimensi internal konsep diri yaitu identitas diri. Identitas diri menurut kamus lengkap psikologi J.P Chaplin adalah diri atau aku individual, kepribadian, suatu kondisi kesamaan dalam sifat – sifat karakteristik yang pokok – pokok. Dalam the penguin dictionary of psychology, personal identity the sense or feeling of being the same person, based mainly on common sensibility and continuity of aims, purposes, and memories. Sedangkan dalam kamus Chaplin, personal identity adalah rasa kesinambungan pribadi melewati waktu, kekerasan hati, sekalipun banyak menghadapi perubahan lingkungan dan struktural dengan berlalunya waktu. Identitas diri merupakan faktor dari identitas sosial, dimana seseorang akan mengikuti kelompok sosialnya yang pada akhirnya seseorang tersebut mengidentifikasikan dirinya pada kelompok sosialnya. Identitas sosial merupakan produk dari proses identifikasi sosial. Identitas sosial mencerminkan karakteristik yang khas dimana anggota kelompok sosial melakukan identifikasi. Proses identifikasi sosial ini berlangsung tiga tahapan. Pertama, identifikasi berlangsung secara tidak sadar secara sendirinya. Kedua, umumnya muncul secara irasional berdasarkan perasaan atau kecenderungan diri yang tidak diperhitungkan secara rasional, dan ketiganya identifikasi mempunyai kegunaan untuk melengkapi sistem norma – norma, cita – cita dan pedoman – pedoman tingkah laku orang yang mengidentifikasi itu. Identifikasi dilakukan orang kepada orang lain yang dianggapnya ideal dalam satu segi untuk memperoleh sistem norma – norma, sikap – sikap dan nilai – nilai yang dianggap ideal. Gerungan, 1977 Persepsi identitas remaja berkembang secara perlahan – lahan melalui berbagai identifikasi masa kanak – kanak. Nilai dan standard moral anak sebagian besar merupakan nilai dan standard orang tua mereka. Pada waktu para remaja beralih ke dunia sekolah yang lebih luas, nilai – nilai kelompok sebaya menjadi bertambah penting, seperti juga halnya kata – kata pujian dari guru dan orang sekitarnya. Jika pandangan dan nilai orang tua sangat berbeda dengan nilai teman sebaya serta tokoh penting lainnya, kemungkinan akan adanya konflik itu besar dan remaja tersebut mungkin mengalami apa yang disebut kebingungan peran. Remaja mencoba peran yang satu bergantian dengan peran lain dan menghadapi kesulitan mensintesiskan berbagai peran yang berbeda menjadi satu identitas. Shavelson dkk. Marsh Hattie, 1996 dalam Dewi Maulina, 2004 mengemukakan konsep diri terbagi dua, yaitu : 1. Konsep diri akademik, terdiri dari kemampuan individu pada mata pelajaran tertentu. 2. Konsep diri non-akademik terdiri dari, komponen social, komponen emosi, dan komponen fisik individu.

2.2.3 Aspek – Aspek Konsep Diri