Ciri-ciri Remaja Remaja .1 Definisi Remaja

atau biasa disebut sebagai gerbang menuju kedewasaan. Sedangkan Luthfiah 2002 mengatakan masa remaja merupakan periode perubahan yang sangat pesat baik dalam perubahan fisiknya maupun perubahan sikap dan perilakunya. Ada empat perubahan yang bersifat universal selama masa remaja, yaitu : 1. Meningkatnya emosi, ini tergantung intensitasnya pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi ; perubahan emosi ini banyak terjadi pada awal remaja. 2. Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk diperankan, menimbulkan masalah baru, sehingga selama masa ini remaja merasa ditimbuni masalah. 3. Dengan berubahnya minat dan perilaku, maka nilai – nilai juga berubah. Apa yang dianggap penting atau bernilai pada masa kanak – kanak sekarang tidak lagi. Bila pada masa kanak – kanak kuantitas yang dipentingkan, sekarang segi kualitaslah yang diutamakan. 4. Sebagian besar remaja bersikap ambivalensi terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut.

2.3.2 Ciri-ciri Remaja

Masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, di mana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Selain itu remaja juga berubah secara kognitif dan mulai mampu berfikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa. Clarke – Stewart Friedman, 1987 ; Ingersoll, 1989 dalam Hendriati Agustiani, 2006 Secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut ; Konopka, 1973 dalam Pikunas, 1976 ; Ingersoll, 1989 dalam Hendriatai Agustiani, 2006 1. Masa remaja awal 12 – 15 tahun, pada masa ini adanya penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebaya. 2. Masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, teman sebaya masih memiliki peran penting, namun individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri self - directed dan mulai mengembangkan kematangan tingkah laku, membuat keputusan yang akan dicapai. 3. Masa remaja akhir 19 – 22 tahun, masa ini adalah persiapan akhir untuk memasuki peran – peran orang dewasa, keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan orang dewasa. Menurut Erikson 1968, seorang remaja bukan sekedar mempertanyakan siapa dirinya, tapi bagaimana dan dalam konteks apa atau dalam kelompok apa dia bisa menjadi bermakna dan dimaknakan. Dengan kata lain, identitas seseorang tergantung pula pada bagaimana orang lain mempertimbangkan kehadirannya. Pada masa remaja terjadi perubahan yang sangat penting pada identitas diri Harter, 1990. Pada masa remaja, mereka sangsi akan identitas dirinya dan tidak hanya sangsi akan personal sense dirinya tapi juga untuk pengakuan dari orang lain dan dari lingkungan bahwa dirinya merupakan individu yang unik dan khusus. Berhubung perkembangan tidak hanya berisi pemasakan dan reaksi lingkungan terhadap pemasakan tadi, melainkan juga berisi pengaruh lingkungan terhadap remaja, maka juga dibicarakan mengenai pengaruh teman sebaya sekolah dan keluarga terhadap perkembangan remaja, berhubung dengan itu juga dibicarakan mengenai perkembangan sosial remaja dan pengisian waktu luangnya. Siti Rahayu, 2004 Dalam kehidupan sosial, remaja sangat tertarik pada kelompok sebayanya sehingga tak jarang orang tua di nomor duakan sedangkan kelompoknya di nomor satukan. Apa – apa yang diperbuatnya ingin sama dengan anggota kelompok lainnya, bila tidak sama ia akan merasa turun harga dirinya dan menjadi rendah diri Zulkifli, 1995. Remaja memiliki kebutuhan afiliasi yang sangat kuat. Dengan peer affiliation, seseorang mengukuhkan konsep – konsep dirinya, mengitegrasikan individu ke kelompoknya dan memudahkan proses ia mengembangkan diri dari orang tuanya. Dalam kelompok teman sebaya, remaja dapat memenuhi kebutuhannya, misalnya kebutuhan mencari pengalaman baru, kebutuhan berprestasi, kebutuhan diterima statusnya, kebutuhan harga diri, rasa aman yang belum tentu dapat diperoleh di rumah maupun sekolah. Pada masa ini keadaan emosi remaja tidak stabil, mereka mudah marah, sedih ataupun senang. Ketidakstabilan emosi ini juga mempengaruhi tingkah laku mereka yang terkadang menjadi tidak terkendali seperti memunculkan perilakumenyimpang dalam kehidupan sosial. Selain karena emosi yang tidak stabil, terkadang pengaruh dari kelompok mereka yang memprovokatori dirinya untuk ikut terlibat dalam semua perilaku yang dilakukan baik yang positif maupun negatif bagi lingkungannya. Gambaran remaja mengenai dirinya mulai berubah, dari hanya mengacu pada kondisi fisik, tingkah laku, dan atribut eksternal lainnya menjadi mengarah pada kualitas – kualitas yang terdapat di dalam dirinya, yaitu trait, nilai, keyakinan, dan ideology Damon Hart ; Livesly Bromley dalam Shaffer, 2002. Pada masa ini remaja mulai mampu untuk berfikir abstrak atau berfikir tentang apa yang akan mereka lakukan di masa mendatang. Remaja menjadi lebih menyadari bahwa mereka bukan merupakan orang yang sama dalam segala situasi, misalnya ketika berhubungan dengan orang tua, teman, pacar, guru, dan sebagainya. Pada perkembangannya, konsep diri pada akhirnya akan mulai menetap dan stabil pada masa remaja akhir. Pada masa remaja awal 11 – 14 tahun walaupun tampak stabil, konsep diri masih dapat berubah karena pengaruh dari teman sebaya. Konsep diri mulai sulit berubah pada remaja akhir, yaitu usia sekitar 18 – 21 tahun. Pada masa ini, konsep diri seseorang sudah mantap karena konsep mengenai diri yang dibentuknya sudah relatif menetap dan stabil. Remaja akhir pada dasarnya mempunyai konsep diri yang lebih stabil dari pada remaja awal. Steinberg, 1990, Gunarsa ; Offer Howard dalam Hapsari, 2001 dalam Dewi Maulina, 2004

2.4 Hubungan Konsep Diri Dengan Kecenderungan Berperilaku Bullying