Mata Pencaharian Penduduk Pola Pemukiman dan Mata Pencaharian Penduduk 1. Pola Pemukiman Penduduk

Rumah permanen yakni rumah yang bahan bakunya terbuat dari beton, rumah semi permanen yakni rumah yang bahan bakunya terdiri dari beton dan kayu, seperti yang banyak dibangun di Keluru saat ini, sedangkan non permanen merupakan rumah yang bahan bakunya berasal dari kayu seperti rumah panggung atau rumah larik kereta api. Jalan-jalan yang digunakan untuk memasuki pemukiman penduduk masih belum diaspal. Hanya jalan utama yang digunakan untuk kepusat kabupaten yakni Sungai Penuh dan pusat propinsi yakni Jambi yang diaspal. Walaupun demikian, menurut kepala desa sudah ada rencana dari PEMDA setempat untuk mengaspal jalan-jalan masuk menuju pemukiman penduduk.

2.4.2. Mata Pencaharian Penduduk

Pada umumnya masyarakat Keluru mata pencahariannya yang utama adalah petani. Mengingat kondisi tanah yang cukup subur dan didukung tingginya curah hujan, sangat cocok untuk areal persawahan. Dalam satu tahun masyarakat dapat memanen padi dua kali, sawah yang terbentang luas sangat mencukup i dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakat Keluru. Dalam pengelolaan sawah, mereka masih menggunakan peralatan tradisional. Peralatan tersebut, seperti cangkul, sabit, bahkan masih ada masyarakat yang memamfaatkan tenaga sapi atau kerbau dalam penggarapan sawah. Sawah di Desa Keluru terdapat beberapa macam dalam mengerjakannya yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Sawah Ternak Sawah ternak adalah sawah yang telah menjadi hak milik seseorang atau keluarga yang didapat melalui harta warisan ataupun sengaja dibeli kepada orang lain. Orang yang memiliki sawah ternak ini di Keluru menandakan orang tersebut orang yang kaya dan sangat disegani dalam masyarakat karena hartanya. Kepemilikan sawah ternak yang merupakan warisan dari keluarganya memiliki ukuran yang luas dan sangat mencukupi untuk kebutuhan pokok sehari-hari bahkan dapat dijual di pusat Kabupaten. 2. Sawah Giliran Sawah giliran adalah sawah yang didapat atau dikerjakan menunggu terlebih dahulu giliran dari klen lain yang juga mempunyai hak dalam kepemilikan sawah, maksudnya adalah sawah giliran ini adalah sawah yang tidak bisa di jual oleh siapapun karena banyak orang yang berhak dalam kepemilikannya. Proses pembagian dalam sawah giliran ini adalah dilihat dari perut masing-masing keluarga. Umpamanya, si A memiliki dua bidang sawah dan mempunyai empat orang anak. Dua bidang sawah tersebut dibagi empat. Apabila keempat orang tersebut sudah berkeluarga dan telah memiliki anak, maka bagian yang telah dibagi kembali berdasarkan perut masing-masing. Untuk mencegah terjadinya perselisihan dalam pembagian sawah, diberikan kepercayaan kepada anak tertua yang paham akan silsilah keluarganya, orang yang diberikan kepercayaan dalam membagi sawah tersebut biasanya mendapat bagian sawah lebih banyak dibandingkan dengan yang lain, hal itu di karenakan sebagai ucapan terima kasih atas pembagian sawah yang dilakukan. Universitas Sumatera Utara 3. Sawah Sasahan Sawah sasahan adalah sawah yang sengaja disasah atau disewa dari orang yang memiliki sawah ternak dan sawah giliran. Harga sasahan dalam sawah sasahan ini tergantung luas dan kondisi padi itu sendiri. Apabila sawahnya luas dan padinya baik maka harga sasahan tinggi begitu pula sebaliknya apabila sawah kurang begitu luas maka harga sasahannya kurang pula. 4. Sawah Bagi Hasil Sawah bagi hasil adalah adalah sawah ternak ataupun sawah giliran yang sengaja dibagikan kepada orang lain untuk menggarapnya dan hasilnya nanti dibagi rata. Dalam mengerjakan sawah bagi hasil, dikerjakan oleh orang yang dipercaya mulai dari menggarap, menanam, menyiangi, memupuk, sampai memanen. Setelah panen, baru dilakukan pembagian hasil antara pemilik sawah dengan penggarap sawah. Proses pembagian hasil dari sawah bagi hasil ini tergantung dari hasil padi yang diperoleh, umpamanya hasil padi yang diperoleh adalah 2000 Kg, maka hasilnya dibagi dua, 1000 Kg untuk yang membuat dan 1000 Kg untuk yang punya sawah. Selain bersawah, berkebun juga dilakukan oleh masyarakat Keluru dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jenis tanaman yang banyak ditanam adalah cabe, sayur-sayuran, cengkeh, kulit manis dan sebagainya. Lahan yang digunakan dalam berkebun adalah perbukitan-perbukitan yang dekat dengan daerah setempat. Waktu dulu, hasil perkebunan yang diunggulkan di Keluru adalah kulit manis, menurunnya harga kulit manis mengurangi minat masyarakat untuk menjaga dan merawat tanaman tersebut, kulit manis dibiarkan begitu saja tanpa perawatan khusus dan biasanya ditebang jika harganya meningkat. Saat ini, Universitas Sumatera Utara masyarakat lebih memfokuskan menanam cengkeh, cabe, dan segala jenis sayur- sayuran. Hasil perkebunan tersebut sangat membantu sekali bagi masyarakat dalam memenuhi kehidupan sehari-hari. Mata pencaharian lain di Keluru adalah Nelayan, PNS, Pertukangan, TNI dan POLRI, Wira swasta dan lain sebagainya. Untuk lebih jelas mengenai komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No Jenis Mata Pencaharian Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 Pegawai Negeri TNI dan POLRI Wira Swasta Petani Pertukangan Pensiunan Nelayan 28 10 4 250 8 25 38 7.7 2.7 1.1 68.8 2.2 6.8 10.4 Jumlah 363 100 Sumber : Kantor Kepala Desa Keluru, 2008 Namun, jumlah atau komposisi penduduk pada tabel tidaklah mutlak, dalam artian banyak penduduk yang memiliki pekerjaan rangkap. Seorang pegawai negeri juga bisa bertani dan memiliki lahan perkebunan untuk diolah. Begitu juga halnya dengan seorang wira swasta, pensiunan, maupun yang bekerja sebagai tukang. Sebagian besar penduduk di Keluru bisa bertani, dalam arti mengolah dan merawat hasil kebun dan ladang mereka. Bagi para pegawai negeri, bertani adalah pilihan kedua dan merupakan persiapan dalam menghadapi masa pensiunan nantinya. Bertani bagi pegawai negeri juga merupakan salah satu cara untuk menambah penghasilan keluarga. Universitas Sumatera Utara 2.5. Sistem Kekerabatan dan Struktur Sosial 2.5.1. Sistem Kekerabatan