memanen padinya maka para orang-orang adat belum akan menyetujui upacara ini.
3.2. Iuran Kenduri Sko
Sumber dana dalam upacara kenduri sko didapat melalui iuran masyarakat Keluru per kepala keluarga yang berupa uang. Tidak ada ketetapan adat berapa
jumlah iuran yang harus dibayar dalam kenduri sko, hal itu tergantung pada hasil panen masyarakat. Apabila dalam tahun ini hasil panen masyarakat melimpah,
maka jumlah iuran akan dinaikkan, begitu pula sebaliknya hasil panen kurang memuaskan iuran akan disesuaikan pula. Sebagaimana yang dikatakan Bapak
Dahlan bukan nama sebenarnya: “ Memang tidak ada ketetapan yang mutlak berapa iuran dalam
upacara kenduri sko ini dibayar. Yang jelas menjadi patokannya adalah tergantung hasil panen masyarakat”.
Ibu Tutik bukan nama sebenarnya juga memberikan tanggapan dengan mengatakan:
“Selamo kamai berado di Keluru, tiap melaksanakan kenduri sko, pupuan kadang-kadang tetap sebanyak tahun ngak duleu
kadang-kadang baruboah, tergantung uhang adat lah ngak menetapkan berapo banyeak jumlah pupuan”.
Artinya: “Selama kami tinggal di Keluru ini,Tiap melaksanakan
kenduri sko, iuran kadang-kadang tetap, kadang-kadang berubah. Tergantung orang adatlah yang menetapkan
banyak jumlah iuran”.
Universitas Sumatera Utara
Pada pelaksanaan kenduri sko masyarakat juga harus membawa lemang serta nasi yang telah dibungkus dengan daun pisang serta lauk pauknya. Biasanya
lemang dibawa 3 batang dan nasi bungkus yang dibawa sekitar 2-3 bungkus per kepala keluarga, tergantung dengan hasil musyawarah yang telah dilaksanakan
oleh para pemangku-pemangku adat. Begitu juga dengan uang yang harus dibayar.
Uang hasil pungutan dari masyarakat tersebut digunakan untuk membeli kerbau yang akan dikorbankan pada acara kenduri sko dan dagingnya nanti akan
dibagi-bagikan lagi kepada masyarakat setelah acara kenduri sko selesai. Lemang dan nasi bungkus akan dimakan secara bersama-sama oleh para masyarakat dan
para tamu-tamu yang hadir pada acara tersebut. Dalam penetapan iuran ini ada pertimbangan-pertimbangan tertentu bagi
warga masyarakat yang kurang mampu kehidupan ekonominya, seperti janda dan keluarga yang benar-benar kurang mampu, biasanya menyumbang semampunya
saja. Seperti Ungkapan ibu Santi bukan nama sebenarnya mengatakan: “Bilo kenduri sko tibo, kamai menyambut dengan gembira
mengenai pupuan kamai tetap unyumbang demi lancarnyo upacara ngak meriah inih. Biasonyo kamai nyumbang
tergantung adea padi dumeah apo ideak, kalu adokamai bageh kalu adak ado ya manen...:”.
Artinya: “Apabila kenduri sko datang, kami menyambutnya dengan
gembira, mengenai pupuan kami tetap nyumbang demi lancarnya kenduri sko yang meriah ini. Biasanya kami
menyumbang tergantung ada tidaknya padi dirumah kalau ada kami kasih, apabila tidak ada ya mau apalagi...”
Universitas Sumatera Utara
3.3. Orang-orang yang Terlibat Dalam Kenduri Sko