Struktur Sosial Sistem Kekerabatan dan Struktur Sosial 1. Sistem Kekerabatan

menyangkut kepentingan keluarga besarnya, dan fungsi keluarga batih atau tumbi adakalanya hilang dan terlebur dalam keluarga luasnya. Beberapa istilah kekerabatan dalam masyarakat Keluru yaitu: 1. Pakbapak : panggilan untuk orang tua laki-laki 2. Makindok : panggilan untuk orang tua perempuan 3. Woabangngah : panggilan untuk kakak laki-laki 4. Une : panggilan untuk kakak perempuan 5. Kakeknino : panggilan untuk kakek dan nenek dari pihak ibu 6. Nanggutnunngoh : panggilan untuk kakek dan nenek dari pihak bapak 7. Datungitek : pangilan untuk saudara perempuan dari bapak dan Ibu. 8. Mamakpak itek : panggilan untuk saudara laki-laki dari ibu juga berlaku untuk saudara laki-laki dari bapak.

2.5.2. Struktur Sosial

Struktur sosial dapat didefenisikan sebagai pola dari hak dan kewajiban para pelaku dalam suatu interaksi yang terwujud dari rangkaian-rangkaian hubungan sosial yang relatif stabil dalam jangka waktu tertentu. Pnegertian hak dan kewajiban para pelaku dikaitkan dengan masing-masing status dan peranan para pelaku. Status dan peranan bersumber pada sistem penggolongan yang ada dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan dan yang berlaku menurut masing-masing pranata dan situasi-situasi sosial di mana interaksi itu terwujud. Universitas Sumatera Utara Sebuah interaksi sosial terdiri atas serangkaian aturan-aturan dan norma- norma yang mengatur penggolongan para pelaku menurut status dan peranannya dan membatasi tindakan-tindakan yang boleh dan yang tidak boleh serta yang seharusnya diwujudkan oleh para pelakunya. Begitu juga halnya yang terdapat di Desa Keluru, secara tradisional masyarakat setempat masih mengenal adanya pengelompokan anggota masyarakat berdasarkan fungsinya dalam masyarakat. Pengelompokan tersebut meliputi depati ninik mamak, cerdik pandai, alim ulama dan orang kebanyakan atau masyarakat. Dalam masyarakat Keluru, gelar depati ninik mamak diberikan kepada pimpinan tertinggi. Akan tetapi, dia tidak bisa berjalan sendiri tanpa bermusyawarah dengan pejabat lain sesuai dengan kepentingannya. Seluruh pejabat itu terdiri dari depati ninik mamak, orang tua cerdik pandai dan alim ulama. a. Depati Tentang asal kata depati ada berbagai pendapat yaitu kata adipati yang berasal dari kata adat jawa, ada pula yang menyatakan bahwa kata itu berasal dari kata didapati karena segala sesuatu masalah kepada merekalah tempat menempatinya. Kata depati adalah kata memutus, dialah yang memakan habis memenggal putus dan membunuh mati. Artinya, segala perkara yang sampai kepadanya, lalu diputuskan, maka hasil keputusan itu tidak dapat dibantah lagi. Di Keluru, depati merupakan seorang pemimpin adat dalam masyarakat. Depati adalah orang yang diberikan wewenang untuk mengendalikan masalah Universitas Sumatera Utara yang tumbuh dan terjadi dalam masyarakat Keluru. Seperti yang dikatakan dalam pepatah adat : Depati itoah menjalankan sagalo perkaro gantoin putauh, biea tbeuk, mengga putauh Artinya: Tugas depati adalah menjalankan segala perkara genting putus, biang tembus, memenggal putus Pepatah adat lain mengatakan: Depati itoah menghukum dengan undang, mambujeo lalau malinta patah, lantoak idak boleh guyah, cermain idak boleh kabeo di asak matai, di anggoa layau, itolah kato adek ngan empat di alam kincai Artinya: Depati itu memegang hukum dengan undang, membujur lalu, melintang patah lantak tidak boleh goyah, cermin tidak boleh kabur, di geser mati, di ganggu layu, itulah kata adat yang empat di alam kincai Maksud dari pepatah adat tersebut adalah bahwa depati itu memegang hukum dengan undang, segala peraturan yang dikeluarkan dan segala hukuman yang telah dijatuhkan hendaklah menurut garis adat yang telah ditentukan, yaitu hukum adat yang disesuaikan dengan hukum Syarak Bersendikan Kitabullah. Tidak dibenarkan menyimpang dari ketentuan yang berlaku, kalau depati yang berbuat salah baik salah adat maupun salah hukum, sebagai akibatnya negeri akan kacau, kedudukan depati akan goyah dan bisa diperhentikan dengan tidak hormat dengan mencabut gelat depatinya. Pencabutan gelar tersebut bertujuannya agar para depati menjalankan hukum dan undang-undang yang telah dibuat. Seperti dikatakan dalam pepatah adat: jangea tajadi dalam negri, padi pulau samo satangkeh padi anoak indropuro, ngan kusauk ideak salesai ujaoun Universitas Sumatera Utara pungko idak basuo Artinya: Jangan terjadi dalam negeri, padi pulut samo setangkai, padi anak indrapura, yang kusut tidak selesai, ujung pangkal tidak bersua. Maksudnya adalah agar tidak terjadi hal-hal yang tidak dingini dalam menentukan hukum sehingga yang kusut tidak bisa diselesaikan dan yang keruh tidak bisa dijernihkan. Sebaliknya, apabila depati telah menjalankan peraturan yang telah ditentukan, istilahnya mengukir hendaklah pada garis, bertunas hendaklah pada tunggul. Segala sesuatu itu harus dijalankan dengan kebijaksanan. Misalnya, orang berbuat salah dengan tidak sengaja dapat diringankan hukumannya Atau denda pada orang miskin tentu lebih kecil dari pada orang kaya, itulah tugas depati. Sebagai depati, sangat dihormati dan disegani oleh seluruh anggota masyarakat, sesuai dengan pepatah adat mengatakan ditinggikan seranting, didahulukan selangkah. Artinya seorang depati ditinggikan sedikit dan didahulukan selangkah, dalam hal yang berkaitan dengan adat seperti upacara pernikahan, aqiqah anak, pendirian rumah, dan hal-hal yang berhubungan dengan adat lainnya. Depati juga dipilih berdasarkan garis keturunan depati yang lama menurut garis keturunan ibu. Dipilihnya depati berdasarkan garis keturunan, sebagai ucapan terima kasih masyarakat karena depati yang dahulu telah mewariskan sawah dan ladang yang merupakan mata pencaharian utama masyarakat Keluru. Walaupun demikian, menjadi seorang depati bukan sembarang orang yang diberi Universitas Sumatera Utara tanggung jawab dan wewenang dalam jabatan tersebut. Syarat-syarat menjadi depati Keluru adalah: 1. Laki-laki Menjadi seorang depati harus laki-laki, tidak boleh perempuan. Hal itu dikarenakan tugas menjadi depati sangat berat, dan berhubungan dengan masyarakat banyak. 2. Memiliki hubungan pertalian darah dengan depati sebelumnya Untuk di angkat menjadi depati, pengganti depati tersebut harus laki-laki dewasa yang bertalian darah satu nenek dan menjadi seorang depati harus mempunyai keturunan. Depati yang tidak mempunyai keturunan seperti kemenakan dan lain sebagainya, tidak boleh menjadi seorang depati, karena tidak ada pewaris berikutnya dalam menyandang gelar depati. Depati yang terpilih merupakan warisan depati yang lama, yaitu suami dari kemenakan perempuan yang bertalian darah, dihitung menurut garis keturunan ibu matrilineal. 3. Baik zatnya Artinya yang menjadi depati adalah keturunan yang baik-baik, tidak boleh cacat keturunannya misalnya gila, mabuk, penjudi, penjahat dan lain sebagainya. 4. Kaya Seorang depati harus orang yang kaya, baik kaya harta warisan, maupun harta pribadi. Hal ini bertujuan agar depati nantinya tidak melakukan tindakan korupsi atau lain sebagainya. 5. Berilmu Artinya seorang depati di samping harus mampu menguasai ilmu agama, juga diharapkan memiliki pengetahuan yang luas tentang ilmu pengetahuan secara Universitas Sumatera Utara umum. Seorang depati haruslah pintar, karena yang dipimpin adalah masyarakat dengan jumlah yang banyak. 6. Arif dan bijaksana Dalam memimpin masyarakat Keluru, seorang depati harus mampu bersikap arif dan bijaksanan. Keputusan yang diambil dalam menetapkan sesuatu seperti jumlah iuran kenduri sko, denda bagi masyarakat yang melanggar peraturan adat dan lain sebagainya hendaklah secara adil. Maksudnya tidak memandang itu anak kemenakan, sanak keluarga maupun orang lain. Sosok depati juga diibaratkan dengan seekor ayam jantan yang nyaring kokoknya, simbai ekornya, kembang sayapnya, besar paruhnya, dan runcing tajinya. Nyaring kokoknya diartikan memiliki kemampuan berbicara, dan apa yang menjadi perintahnya dapat diterima dan dituruti masyarakat. Simbai ekornya diartikan bisa menuruti kemampuan masyarakat dan tahu mana yang baik dan mana yanag buruk. Kembang sayapnya diartikan mampu bertindak secara adil dan bijaksana terhadap siapa saja tanpa memandang status sosial serta dapat melindungi yang lemah. Besar paruhnya dapat diartikan mengetahui seluk beluk adat dan memiliki pemikiran yang luas serta panjang akal. Runcing tajinya dapat diartikan mengetahui dan mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan bisa memberikan keputusan yang tepat. Keputusan yang diambil tidak boleh dibantah, serta sanggup menempuh segala resiko dan bertanggung jawab dalam upaya menegakkan hukum dan peraturan. Jumlah depati di Keluru adalah tiga orang yaitu Rio Gilang, Rio Ganum dan Menggung. Ketiga depati inilah yang merupakan tempat berlindung masyarakat Keluru terhadap segala permasalahan yang berkaitan dengan adat Universitas Sumatera Utara seperti upacara perkawinan, mendirikan rumah, aqiqah anak dan lain sebagainya. Adapun tugas dari depati tersebut yaitu Rio Gilang bertugas pucuk pemerintahan dengan sebutan berkato dulu sepatah, berjalan dulu selangkah, tinggi tampak jauh, putih tampak malam. Rio Ganum di bidang pertanahan, dengan sebutan yang menyipat pertanian dan tempat perumahan untuk rakyat. Menggung, di bidang urusan rakyat, dengan sebutan menyelesaikan yang kusut, menjernihkan yang kerut, dan meluruskan yang bengkok dan meniup yang sumbing. b. Ninik mamak Di samping para depati-depati yang tersebut di atas sebagai pemimpin informal di Keluru, juga dibantu oleh ninik mamak. Ninik mamak adalah orang yang mengatur segalanya. Dialah yang jadi nenek yang akan menasehati cucu- cucunya dan dialah yang menjadi mamak yang akan mengatur anak kemenakannya, dialah yang mengatur kesejahteranan dalam negeri. Segala keputusan yang akan ditetapkan oleh depati harus disetujui oleh para ninik mamak. Depati tidak boleh mengambil keputusan sepihak tanpa persetujuan ninik mamak seperti dalam penetapan iuran kenduri sko, sanksi yang ditetapkan bagi anggota masyarakat yang melanggar ketentuan adat, seperti zina, sengketa tanah, dan lain sebagainya. c. Orang Tuo Cerdik Pandai Orang tuo cerdik pandai adalah orang yang telah banyak pengalaman, bekas depati ninik mamak, orang-orang pintar dan orang-orang yang cerdik. Orang yang disebut orang tuo yaitu bekas depati ninik mamak, adalah tempat meminta nasehat dan petunjuk, sedangkan orang yang cerdik pandai adalah orang Universitas Sumatera Utara yang pintar dan bijaksana. Kepada orang-orang inilah diminta pendapat dan petunjuk yang baik dari pada segala perkara dan urusan. Segala sesuatu yang berkaitan dengan masyarakat, keluhan yang dialami oleh masyarakat maka tugas cerdik pandai yang mengatasi semuanya. Cerdik pandai disini sebagai jembatan penyalur aspirasi masyarakat. Dia tidak memihak satu sama lain, ia mampu mengkondisikan posisinya kapan berada dalam masyarakat dan kapan berada dalam adat. Misalnya dalam penetapan iuran kenduri sko, apabila jumlah iuran tersebut tidak disetujui masyarakat, maka cerdik pandailah yang menyampaikan keluhan masyarakat tersebut kepada para depati. d. Alim Ulama Alim ulama yan dimaksud disini adalah imam, khatib, bilal, Kadhi, guru agama, dan pengurus mesjid. Semua persoalan yang menyangkut agama Islam, misalnya soal nikah, talak, rujuk, cerai, perzinaan, dan pelanggaran-pelanggaran terhadap norma-norma agama, pada alim ulama lah berurusan. Alim ulama disebut juga imam pegawai. Imam adalah segala orang yang dianggap tahu dengan seluk beluk agama Islam, sedangkan pegawai adalah pengurus mesjid, dari ketua sampai kepada penjaga mesjid. Imam pegawai itulah ditunjuk oleh kerapatan negeri, untuk mengatur segala urusan agama Islam. Dalam pepatah adat disebutkan: Kato ulamo kato hakikat. Ada t basendi syarak syarak basendi kitabullah. Ulamo itouh tau ngan syoah dengan batea hak dengan haroa, ngan batea kato syarak saloh kato adat, ideak bennea dalam pemakaian. Artinya: Kata alim ulama kata hakikat. Adat bersendi syarak syarak bersendi kitabullah. Ulama itu tahu yang sah dengan batal, halal dengan haram, yang batal kata syarak salah kata adat, tidak benar dalam pemakaian Universitas Sumatera Utara Dari pepatah tersebut dijelaskan bahwa alim ulama itu diberikan tanggung jawab dalam hal agama. Alim ulama menyesuaikan antara agama dengan adat karena agama dalam adat Keluru menjadi pondasi dalam berbuat dan bertindak. Di samping kepemimpinan tradisional, juga terdapat pemimpin formal. Kepala desa merupakan pemimpin formal di Keluru. Segala hal yang menyangkut permasalahan pemerintahan di Keluru, seperti pembuatan akta kelahiran, kartu keluarga, surat keterangan tidak mampu dan lain sebagainya, maka kepala desa lah yang menjadi tanggung jawab. Kedudukan antara kepala desa dan depati tidak saling tumpang tindih satu sama lain. Hal-hal yang berkaitan dengan hari-hari besar nasional seprti 17 agustus, lomba kebersihan, PKK, dan lain sebagainya maka kepala desalah yang menjadi panutan, lain halnya dengan depati, apabila ada acara yang berkaitan dengan adat seperti perkawinan, aqiqah, kenduri sko, Maulid Nabi, Isra Miraj, lebaran , hajatan, dan acaa-acara adat lainnya maka depatilah yang menjadi pemimpin. Tidak ada kecemburuan sosial satu sama lain, semuanya berjalan dengan baik. Universitas Sumatera Utara

BAB III UPACARA ADAT KENDURI SKO

3.1. Sejarah Kenduri Sko

Dalam penelitian ini, peneliti tidak dapat menemukan data ataupun dokumen tentang kapan pastinya kenduri sko muncul. Namun, berdasarkan hasil wawancara dari informan dijelaskan bahwa kenduri sko itu sudah dilakukan sejak lebih kurang 200 tahun yang lalu. Kenduri sko merupakan suatu upacara adat siap panen yang dilakukan sebagai ucapan syukur atas hasil panen yang telah diberikan Allah SWT kepada masyarakat. Di dalamnya juga terdapat penurunan dan pembersihan benda-benda pusaka nenek moyang. Upacara kenduri sko ini muncul dari gabungan dua upacara yang dilakukan masyarakat pada saat itu, yakni upacara kenduri adat dan upacara pembersihan benda-benda pusaka nenek moyang atau disebut juga upacara sko. Kenduri adat pada mulanya hanya dilakukan dilingkungan keluarga saja. Apabila salah satu keluarga masyarakat Keluru ada hajatan karena kesuksesan panen padi, ataupun yang lainnya seperti diangkat menjadi depati, sunatan, perkawinan dan lain sebagainya, maka keluarga tersebut melaksanakan kenduri, dengan mengundang sanak keluarga dan masyarakat untuk hadir. Kaum ibu dan remaja putri, secara suka rela membantu keluarga yang memiliki hajatan seperti memasak, dan mempersiapkan semua peralatan lainnya. Setelah semua kegiatan memasak selesai, ibu-ibu dan remaja putri dibekali nasi dan lauk pauk yang dibungkus dengan daun pisang. Hal ini merupakan tradisi masyarakat setempat sebagai ucapan terima kasih, karena telah membantu dalam Universitas Sumatera Utara