BAB III UPACARA ADAT KENDURI SKO
3.1. Sejarah Kenduri Sko
Dalam penelitian ini, peneliti tidak dapat menemukan data ataupun dokumen tentang kapan pastinya kenduri sko muncul. Namun, berdasarkan hasil
wawancara dari informan dijelaskan bahwa kenduri sko itu sudah dilakukan sejak lebih kurang 200 tahun yang lalu. Kenduri sko merupakan suatu upacara adat siap
panen yang dilakukan sebagai ucapan syukur atas hasil panen yang telah diberikan Allah SWT kepada masyarakat. Di dalamnya juga terdapat penurunan dan
pembersihan benda-benda pusaka nenek moyang. Upacara kenduri sko ini muncul dari gabungan dua upacara yang
dilakukan masyarakat pada saat itu, yakni upacara kenduri adat dan upacara pembersihan benda-benda pusaka nenek moyang atau disebut juga upacara sko.
Kenduri adat pada mulanya hanya dilakukan dilingkungan keluarga saja. Apabila salah satu keluarga masyarakat Keluru ada hajatan karena kesuksesan panen padi,
ataupun yang lainnya seperti diangkat menjadi depati, sunatan, perkawinan dan lain sebagainya, maka keluarga tersebut melaksanakan kenduri, dengan
mengundang sanak keluarga dan masyarakat untuk hadir. Kaum ibu dan remaja putri, secara suka rela membantu keluarga yang
memiliki hajatan seperti memasak, dan mempersiapkan semua peralatan lainnya. Setelah semua kegiatan memasak selesai, ibu-ibu dan remaja putri dibekali nasi
dan lauk pauk yang dibungkus dengan daun pisang. Hal ini merupakan tradisi masyarakat setempat sebagai ucapan terima kasih, karena telah membantu dalam
Universitas Sumatera Utara
acara hajatan tersebut. Kaum bapak dan remaja putra biasanya ditugaskan mencari buah nangka untuk digulai dan kayu bakar diladang-ladang terdekat. Mereka
melakukan semuanya dengan bergotong royong tanpa mengharap imbalan. Tradisi kenduri ini lambat laun oleh kaum adat dijadikan sebagi kenduri adat yang diikuti
oleh seluruh masyarakat desa untuk mensyukuri hasil panen yang didapat. Upacara ini dilakukan setiap tahun setelah siap memanen padinya.
Upacara pembersihan benda-benda pusaka nenek moyang atau upacara sko dilakukan masyarakat untuk menghormati jasa para nenek moyang mereka yang
telah meninggalkan sawah yang luas, sehingga dapat berguna bagi anak cucunya. Setelah benda-benda pusaka dibersihkan dilanjutkan dengan pemilihan para
pemangku-pemangku adat yang akan memimpin desa tersebut. Upacara ini juga dilaksanakan setiap tahunnya. Kalau upacara ini tidak dilaksanakan, mala petaka
akan datang kepada masyarakat berupa penyakit yang datang silih berganti dan kehidupan masyarakat bisa jadi kacau. Dikarenakan kenduri adat dan pembersihan
pusaka nenek moyang sama-sama dilakukan setiap tahun, maka orang-orang adat pada waktu itu menggabungkan kedua upacara tersebut. Dari gabungan kedua
upacara itu maka lahirlah kenduri sko. Dikatakan kenduri sko karena salah satu kegiatan dalam upacara tersebut
adalah pembersihan dan penurunan benda-benda pusaka nenek moyang, yang mana sko bagi orang Keluru itu diartikan pusaka. Sampai sekarang ini, kenduri
sko selalu di identikkan dengan penurunan dan pembersihan benda-benda pusaka nenek moyang yang dilaksanakan setahun sekali setelah masyarakat siap
memanen padinya. Kalau masih ada salah satu angota masyarakat yang belum
Universitas Sumatera Utara
memanen padinya maka para orang-orang adat belum akan menyetujui upacara ini.
3.2. Iuran Kenduri Sko