Musyawarah Memilih Siapa yang Akan diberi Gelar

Masyarakat juga mempunyai peran dalam pelaksanaan kenduri sko yaitu untuk memeriahkan upacara tersebut yang merupakan salah satu dari upacara adat warisan nenek moyang. Dalam pelaksanaan kenduri sko ini, seluruh masyarakat harus hadir karena sudah menjadi ketentuan adat di Keluru. Sesuai dengan pepatah adat mengatakan: “Nan di bukit turun, diluhah naik, nan kecik dibangkit, nan tuo dipapah, nan lemah dibimbing”. Dari pepatah tersebut, jelas sekali bahwa masyarakat dituntut untuk hadir dalam pelaksanaan kenduri sko, kalau masyarakat tidak hadir dalam pelaksanaan kenduri sko maka masyarakat tersebut telah melanggar adat. Selain dihadiri oleh masyarakat desa setempat, upacara kenduri sko juga dihadiri oleh masyarakat desa terdekat, karena karena kenduri sko tersebut merupakan upacara adat yang sangat meriah dan mempunyai nilai-nilai religi yang sangat tinggi, setiap diadakan kenduri sko, masyarakat akan saling mengunjungi satu sama lain untuk memeriahkan acara tersebut.

3.4. Pelaksanaan Upacara Kenduri Sko

Dalam proses pelaksanaan kenduri sko di Desa Keluru ada beberapa tahap yang akan dilalui, mulai dari musyawarah pemilihan siapa yang akan dipilih, sampai dengan acara terakhir yaitu makan bersama. Adapun proses pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

3.4.1. Musyawarah Memilih Siapa yang Akan diberi Gelar

Musyawarah memilih siapa yang diberi gelar ini dilakukan apabila semua masyarakat telah menuai padinya di sawah. Apabila ada yang belum menuai padinya, maka musyawarah ini belum dapat dilakukan. Dalam musyawarah ini Universitas Sumatera Utara duduklah para pemangku-pemangku adat yang terdiri dari para depati ninik mamak, orang tuo cerdik pandai, alim ulama, dan orang-orang yang dituakan dalam masyarakat Keluru. Mulanya diteliti dulu siapa-siapa orang tua yang bergelar yang sudah meninggal, atau siapa-siapa saja diantara mereka yang menyandang gelar tersebut yang patut diperhentikan karena mungkin sudah tua atau tidak bisa lagi menjalankan kewajiban mereka dalam mengurus masyarakat. Setelah itu diteliti pula siapa anak kemenakan yang harus menerima gelar itu. Di Keluru, warisan gelar adat tersebut diwariskan kepada kemenakan yang perempuan, tetapi yang memakai gelar tersebut adalah suaminya. Dalam istilah adat dikatakan “ anak batino yang menerimo, suami yang memakai”. Berbeda dengan daerah-daerah lain di Kerinci terutama Kerinci daerah mudik, warisan gelar itu diturunkan kepada kemenakan jantan atau anak jantan. Jadi apabila anak laki-laki di Keluru kawin dengan anak batino di daerah lain, maka dia tidak akan mendapat gelar adat. Kalau kemenakannya banyak, mungkin ada dua atau lebih. Maka gelar itu akan diturunkan kepada orang pilihan antara kemenakan-kemenakan tersebut. Dalam pepatah adat disebutkan bahwa depati itu hendaknya orang yang langsing kokoknya, sibar ekornya, kembang sayapnya, besar paruhnya, lebar dadanya, dan runcing tajinya, adapun maksud dari pepatah tersebut adalah: - Langsing kokoknya yaitu Orang yang pandai berbicara, kata-kata dan perintahnya dapat diterima dan dituruti oleh orang atau masyarakat. - Sibar ekornya yaitu bisa menuruti kata orang banyak, tau mana yang baik dan mana yang buruk. Universitas Sumatera Utara - Kembang sayapnya yaitu orangnya harus adil, tidak memihak kepada seseorang, dan suka melindungi yang lemah. - Besar paruhnya yaitu orang yang tau dengan adat dan banyak akalnya. - Lebar dadanya yaitu berhati lapang, kalau berpikir tenamg, orangnya sabar dan tak pemarah. - Runcing tajinya yaitu orang yang tau dengan hukum dan peraturan, putusannya tidak bisa dibantah. Kepada orang-orang yang mempunyai sifat tersebutlah diturunkan gelar adat dan kalau semua kemenakan calon penerima gelar itu mempunyai sifat yang sama, maka akan dipilih orang yang tertua, kuat fisiknya dan mau bekerja. Di dalam musyawarah ini juga ditentukan kapan upacara kenduri sko dilaksanakan, dan berapa iuran yang harus dibayar untuk upacara kenduri sko nanti.

3.4.2. Tempat Pelaksanaan Kenduri Sko