Kebertahanan Kenduri Sko UPACARA ADAT KENDURI SKO

masyarakat karena setelah acara kenduri sko nantinya mereka akan bersama-sama turun ke sawah kembali. Setelah acara berdoa, dilanjutkan dengan acara yang terakhir yaitu makan bersama yang di ikuti oleh suluruh masyarakat dan para undangan dari desa-desa lain. Makan bersama ini mengandung makna persatuan dalam masyarakat. Makanan yang dihidangkan dalam acara ini berupa nasi dengan lauk pauknya, serta lemang, dimakan bersama oleh para tamu dan masyarakat yang hadir dalam upacara tersebut. Setelah makan bersama masyarakat saling bersalam-salaman antar sesamanya dan saling minta maaf atas semua kekhilafan yang pernah dilakukan sebelumnya. Pada acara ini bahkan ada yang sampai menangis menyesali kesalahan mereka. Setelah acara maaf-memaafkan, orang-orang yang telah menerima gelar, diiringi kerumah nya masing-masing dan selesailah upacara kenduri sko.

3.5. Kebertahanan Kenduri Sko

Upacara adat kenduri sko yang ada di Desa Keluru, masih tetap bertahan dan dijalankan oleh masyarakat hingga sekarang. Adapun hal-hal menyebabkan kenduri sko bertahan yakni: Pertama, Kenduri sko merupakan upacara adat yang dilakukan sebagai ucapan rasa syukur kepada Allah SWT atas hasil panen yang telah diberikan kepada masyarakat. Mereka telah bersusah payah mengerjakan sawahnya selama setahun dan sudah banyak tenaga yang dihabiskan sehingga dapat menikmati hasilnya. Dengan demikian, upacara ini selalu dilakukan setiap tahunnya. Kedua, kenduri sko merupakan salah satu tradisi yang telah diwariskan Universitas Sumatera Utara oleh nenek moyang yang harus dipertahankan sampai kapanpun. Salah satu informan, Bapak Abas bukan nama sebenarnya menyatakan bahwa: “ Upacara kenduri sko itu dilaksanakan bukan hanya sebagai rasa syukur dan penobatan depati saja, tetapi upacara kenduri sko ini dilaksanakan untuk melestarikan tradisi masyarakat Keluru karena menurut kepercayaan mereka, kalau upacara kenduri sko tidak dilaksanakan maka akan datang musibah kepada mereka yaitu datang penyakit pada padi mereka, sehingga mereka bisa gagal panen dan kehidupan masyarakat bisa kacau”. Dengan melaksanakan suatu tradisi budaya secara terus menerus, hal itu berarti bahwa masyarakat turut melestarikan budaya tersebut. Demikian juga dengan upacara-upacara tradisional yang lain di Keluru masih tetap dibertahankan sampai sekarang ini. Kebertahanan upacara kenduri sko itu dapat tetap memperkokoh norma dan nilai-nilai budaya yang telah berlaku secara turun menurun dari dulu hingga sekarang. Adat-istiadat yang dimiliki suatu masyarakat harus ditimbulkan kepermukaan, sehingga masyarakat yang berasal dari suku bangsa lain akan mengenal dan menghormati kebudayan suatu masyarakat tersebut. Dengan dikenal dan dihormatinya kebudayaan suatu masyarakat oleh masyarakat lain, maka akan menimbulkan kebanggaan pada masyarakat tersebut. Oleh sebab itu, supaya kebudayaan dikenal dan dihormati, kebudayan itu harus diwarisi kepada generasi-generasi berikutnya, dengan cara terus melaksanakan tradisi-tradisi baik yang berhubungan dengan upacara adat maupun tardisi lainnya. Dengan begitu, generasi-generasi berikutnya akan mengetahui dan mengerti tentang adatnya sendiri. Dengan demikian, diharapkan mereka juga akan tetap melaksanakan serta mempertahankannya, serta mereka tanamkan nilai-nilai tersebut kepada generasi Universitas Sumatera Utara setelah mereka. Hal itu berarti bahwa rasa kebanggaan akan tradisi kebudayaan masyarakat akan tetap bertahan sepanjang masa. Bukan hanya untuk memperkokoh norma dan nilai-nilai budaya, tetapi juga melestarikannya. Ketiga, dalam kenduri sko terdapat acara pengangkatan dan penobatan para pemangku-pemangku adat yang baru. Kalau kenduri sko tidak dilaksanakan maka gelar adat bisa hilang. Dengan demikian kehidupan masyarakat bisa menjadi kacau, karena para pemangku adat tersebut sangat berperan dalam kehidupan mereka, terutama dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan masyarakat. Jadi kenduri sko harus dilaksanakan setiap tahunnya. Keempat, upacara adat kenduri sko yang ada di Keluru merupakan salah satu agenda wisata yang ada di Kerinci, yang mana pada setiap pelaksanaan kenduri sko itu selalu dihadiri oleh rombongan bapak Gubernur Jambi dan bapak Bupati Kerinci. Hal itu mendorong masyarakat untuk tetap mempertahankan dan melaksanakan kenduri sko setiap tahunnya dengan meriah. Dengan Kenduri sko diharapkan dapat memancing para wisatawan-wisatawan, baik wisatawan dalam negeri maupun luar negeri sehingga nantinya dapat membantu pembangunan Kabupaten Kerinci. Upacara kenduri sko tetap bertahan sampai sekarang ini juga tidak lepas dari peran para depati ninik mamak dan pemangku-pemangku adat lainnya. Setiap masyarakat siap menuai padinya di sawah, para pemangku-pemangku adat tersebut, langsung mengadakan musyawarah kapan akan dilaksanakan kenduri sko. Kemudian hasil keputusan musyawarah tersebut langsung diberitahukan kepada masyarakat. Biasanya pemberitahuan tersebut disampaikan di mesjid pada hari jum at setelah sholat jum at. Sehingga dengan demikian, sebelum upacara Universitas Sumatera Utara kenduri sko dilaksanakan, para masyarakat telah mempersiapkan semua yang diperlukan dalam upacara nanti. Universitas Sumatera Utara

BAB IV MAKNA DARI PELAKSANAAN UPACARA ADAT KENDURI SKO

4.1. Rasa Syukur Atas Hasil Panen

Masyarakat Keluru, pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani. Dari dulu, nenek moyang mereka telah mewariskan sawah yang cukup luas bagi mereka, sampai sekarang sawah itu tetap dijaga dan dikerjakan sebagai warisan nenek moyang. Dengan adanya sawah tersebut, sangat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, dari sawah itulah mereka dapat mempertahankan hidup. Hasil panen sebagian dijual dan uangnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sebagian lagi di simpan dan dijadikan beras. Sebagai rasa syukur atas rezeki yang didapatkan itu, setiap tahunnya mereka mengadakan kenduri sko. Kenduri sko sebagai upacara adat yang terkait dengan keyakinan agama Islam sebagaimana keyakinan dari masyarakat Keluru. Masyarakat Keluru sangat berpegang kepada adat yang bersendikan syarak, syarak bersendikan Kitabullah. Adat merupakan kebiasaan yang bersifat magis dan religius dari kehidupan suatu penduduk asli yang meliputi nilai-nilai budaya, norma-norma atau aturan-aturan yang saling berkaitan dan kemudian menjadi suatu sistem atau peraturan tradisional. Syarak diartikan sebagai suatu ajaran agama, sedangkan Kitabullah adalah kitab Allah yaitu Al-Qur an. Abdullah dalam Pelly, 1987: 35 menyatakan bahwa Adat itu merupakan manifestasi dari ajaran agama atau adat itu mempraktek kehidupan beragama sesuai dengan ajaran Islam berdasarkan Al-Qur an dan Hadist. Hal ini menunjukkan bahwa adat dan agama saling berhubungan Universitas Sumatera Utara