penting sekali bagi orang Melayu Tua yang ada di Kabupaten Kerinci khususnya Desa Keluru.
1.2. Rumusan Masalah
Kenduri sko merupakan upacara adat yang masih bertahan atau tetap dijalankan hingga saat ini. Bagi orang Melayu Tua di Desa Keluru Kabupaten
Kerinci keberadaan upacara tersebut memiliki arti penting yang mencakupi berbagai acara-acara yang dilakukan dan melibatkan seluruh anggota masyarakat.
Atas dasar tersebut maka permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah apa makna upacara adat kenduri sko bagi orang Melayu Tua di Desa Keluru
Kabupaten Kerinci, sehingga upacara tersebut bertahan hingga saat ini ? Permasalahan ini diuraikan ke dalam empat pertanyaan penelitian yakni:
1. Siapa-siapa saja yang terlibat dalam upacara adat kenduri sko yang ada di
Desa Keluru Kabupaten Kerinci ? 2.
Bagaimana proses pelaksanaan upacara adat kenduri sko yang ada di Desa Keluru Kabupaten Kerinci ?
3. Apa kepentingan-kepentingan yang tercangkup dari pelaksanaan upacara
adat kenduri sko bagi kehidupan masyarakat di Desa Keluru Kabupaten Kerinci ?
4. Hal-hal apa saja yang mendukung upacara adat kenduri sko dapat bertahan
hingga saat ini ?
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan upacara adat kenduri sko yang memiliki arti penting bagi orang Melayu Tua di Desa
Keluru Kabupaten Kerinci, yang meliputi : orang-orang yang terlibat di dalamnya, proses pelaksanaannya, dan kepentingan-kepentingan yang tercakup dari upacara
adat tersebut. Dengan demikian, akan diketahui makna upacara adat kenduri sko bagi masyarakat Keluru sehingga masih dapat bertahan hingga sekarang ini.
Secara akademis, penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan di bidang Antropologi khususnya yang membahas tentang keberadaan upacara adat.
Secara praktis dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap pihak-pihak yang berkepentingan untuk memahami maupun dalam membuat berbagai
kebijakan yang diperlukan dan dalam rangka upaya pelestarian kebudayaan daerah.
1.4. Tinjauan Pustaka
Syamsudin 1985:1 menjelaskan Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaan, sebab kebudayaan ada karena adanya masyarakat
pendukungnya. Salah satu dari wujud kebudayaan dapat dilihat dari upacara yang merupakan wujud dari adat-istiadat yang berhubungan dengan segala aspek
kehidupan manusia baik itu aspek sosial, budaya, ekonomi dan lain sebagainya. Pelaksanaan upacara tersebut selalu dibayangkan sebagai upacara yang khidmat
dan merasa sebagai sesuatu yang bersifat magis dan disertai dengan berbagai
perasaan serta perlengkapan yang bersifat simbolis.
Universitas Sumatera Utara
Berbicara masalah upacara adat, sudah banyak sekali para peneliti yang telah mengkaji maupun menulis tentang hal tersebut. Seperti halnya Siregar
1994 yang mengkaji upacara mebat pada orang Batak Angkola. Kajiannya ingin mengungkapkan faktor-faktor yang menyebabkan pergeseran yang terjadi dalam
upacara Mebat di daerah Sidore Timur jika dibandingkan dengan konsepsi asli upacara dimaksud di daerah asalnya Bona Pasogit. Pada akhirnya ditemukan
kesimpulan bahwa faktor yang menjadi penyebab pergeseran dalam upacara mebat boru na marlojong adalah pihak yang melaksanakan kebanyakan sudah
kurang memahami rangkaian upacara yang dimaksud seperti yang terdapat di Bona Pasogit, dan juga adanya pengaruh kebudayaan luar yang sifatnya lebih
demikian. Sagala 1990 dalam kajiannya tentang upacara mengongkol holi upacara
penggalian tulang pada masyarakat Batak Toba. Adapun Masalah pokok yang ingin diungkapkan dalam penelitiannya adalah mengapa upacara itu masih
dilaksanakan dan bagaimana jalannya upacara. Pada akhirnya ditemukan kesimpulan bahwa ada beberapa Faktor yang mendorong masyarakat Batak Toba
masih melakukan upacara tersebut yaitu faktor religi, faktor tuntutan adat, faktor ekonomi dan faktor gengsi sosial.
Elisabet 1990 dalam kajiannya tentang upacara Tolak Bala pada Desa Sei Kambah Asahan. Adapun masalah pokok yang ingin diungkapkan dalam
penelitiannya adalah hal-hal yang membuat upacara tersebut masih bertahan, serta fungsi dari pelaksanaan upacara tersebut. Pada akhirnya ditemukan kesimpulan
bahwa upacara Tolak Bala di samping memberikan kekuatan spritual, juga dapat membuat dirinya merasa kuat, tetap aman, seakan-akan dirinya dilindumgi oleh
Universitas Sumatera Utara
kekuatan-kekuatan yang tidak terlihat, juga merupakan sarana penghormatan dan penyembahan masyarakat desa terhadap kekuatan yang dapat dijadikan pelindung
masyarakat agar terhindar dari bencana. Peristiwa ini menunjukkan adanya sifat yang abstrak dari jiwa manusia, apabila tidak dilaksanakan upacara ini masyarakat
merasa bencana yang akan datang dua kali lipat dari sebelumnya, kepuasan batin penduduk tidak akan tercapai.
Dari berbagai kajian tersebut dapat dipahami bahwa suatu upacara adat dianggap memiliki fungsi-fungsi tertentu di dalam kebudayaan suatu masyarakat.
Fungsi-fungsi tersebut seakan-akan tidak berubah dan tetap langgeng bagi masyarakat, tanpa memperhitungkan masyarakat pembentuk kebudayaan telah
berganti. Dengan kata lain, kajian fungsi tersebut tidak memperhitungkan adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Lebih dari itu, kajian-kajian
terhadap upacara adat sangat jarang menjelaskan tentang makna yang terkandung di dalamnya. Penelitian ini diajukan untuk mengkaji makna-makna yang
terkandung dalam upacara adat kenduri sko. Suatu makna yang yang memiliki arti penting bagi masyarakat Keluru yang menjadikan upacara tersebut dapat terus
bertahan hingga sekarang ini. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaan, sebab
kebudayaan ada karena adanya masyarakat pendukungnya. Salah satu dari wujud kebudayaan dapat dilihat dari upacara adat kenduri sko yang terdapat di Desa
Keluru Kabupaten Kerinci. Pelaksanaan upacara tersebut selalu dibayangkan sebagai upacara yang khidmat dan sebagai sesuatu yang bersifat magis dan
disertai dengan berbagai perasaan serta perlengkapan yang bersifat simbolis.
Universitas Sumatera Utara
Geertz 1992: 5 menjelaskan bahwa kebudayaan merupakan Suatu sistem keteraturan dari makna dan simbol-simbol, yang dengan makna dan simbol-
simbol tersebut individu-individu mendefenisikan dunia mereka, mengekspresikan perasaan-perasaan mereka, dan membuat penilaian mereka.
Geertz menfokuskan konsep kebudayaan kepada nilai-nilai budaya yang menjadi pedoman masyarakat untuk bertindak dalam menghadapi berbagai permasalahan
hidupnya. Sehingga pada akhirnya konsep budaya lebih merupakan sebagai pedoman penilaian terhadap gejala-gejala yang dipahami oleh si pelaku
kebudayaan tersebut. Lebih lanjut dijelaskan Geertz, di dalam kebudayaan, makna tidak bersifat
individual tetapi publik. Ketika sistem makna kemudian menjadi milik kolektif dari suatu kelompok, kebudayaan menjadi suatu pola makna yang diteruskan
secara historis terwujud dalam simbol-simbol. Kebudayaan juga menjadi suatu sistem konsep yang diwariskan terungkap dalam bentuk-bentuk simbolik yang
dengannya manusia berkomunikasi, melestarikan, dan memperkembangkan pengetahuan mereka tentang kehidupan dan sikap-sikap tentang kehidupan.
Untuk menjelaskan makna dari suatu upacara dapat dilihar dari simbol- simbol yang ada dalam upacara tersebut. Geertz 1992: 149 menjelasakan bahwa
simbol adalah segala objek berupa benda-benda, orang, peristiwa, tingkah laku dan ucapan-ucapan yang mengandung pengertian tertentu menurut kebudayaan
yang bersangkutan. Dalam penelitian ini, kenduri sko dalam proses pelaksanaannya mempunyai berbagai bentuk perbuatan seperti berdoa,penobatan,
bernyanyi, menari, dan makan bersama. Kegiatan tersebut memiliki simbol yang dapat ditafsirkan maknanya.
Universitas Sumatera Utara
Di lihat dari kegiatan-kegaiatan yang dilakukan saat kenduri sko, dapat dijelaskan bahwa kenduri sko memiliki makna sebagai ucapan terima kasih
kepada Sang Pencipta dan roh-roh nenek moyang atas hasil panen yang telah diberikan, dan sko merupakan simbol yang diidentikkan dengan pembersihan
benda pusaka nenek moyang. Untuk memperbincangkan makna, setiap individu harus menafsirkannya, sehingga dapat mengatur tingkah laku individu tersebut.
Hal itu hanya dapat ditampilkan melalui simbol yang terdapat dalam upacara. Berkaitan dengan hal itu, kenduri sko dilaksanakan sebagai pengikat
hubungan antara Sang Pencipta dan roh-roh nenek moyang dengan masyarakat Keluru, karena diyakini telah memberikan keselamatan bagi mereka serta rezeki
yang berlimpah dengan hasil panen yang didapat. Menurut kepercayaan masyarakat, padi tidak akan tumbuh dan hidup dengan sendirinya tanpa adanya
kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi semuanya. Hal itu yang menimbulkan keyakinan, bahwa sang pencipta dan roh-roh nenek moyang merekalah yang
memberikan segalanya. Baik itu keselamatan bagi mereka waktu melaksanakan aktivitas pertanian maupun hasil yang didapat dari pertanian tersebut.
Selain makna-makna tersebut, kemungkinan ada makna-makna lain yang terdapat dalam pelaksanaan kenduri sko. Berdasarkan hal tersebut, maka
penelitian ini akan mendeskripsikan makna dari pelaksanaan upacara adat kenduri sko sebagai upacara adat terbesar di Kerinci. Dalam pendeskripsiannya akan
diuraikan siapa-siapa saja yang terlibat dalam upacara kenduri sko, proses pelaksanaan upacara, hal-hal apa saja yang mendukung kebertahanan upacara adat
kenduri sko, serta kepentingan-kepentingan yang tercangkup dari pelaksanaan
Universitas Sumatera Utara
upacara adat kenduri sko bagi kehidupan masyarakat di Desa Keluru Kabupaten Kerinci .
1.5. Metode Penelitian