C. Tinjauan Umum Tentang Murabahah
Jual beli murabahah bukanlah suatu bentuk jual beli yang lazim terjadi pada masyarakat Indonesia. Istilah murabahah itu sendiri bukanlah suatu istilah yang
dikenal dalam bahasa Indonesia, melainkan istilah yang berasal dari bahasa arab. Karena itu pembahasan mengenai murabahah pada bab ini dimulai dari pembahasan
murabahah di dalam fiqih.
1. Murabahah Di Dalam Fiqih
Adullah Saeed menyatakan dalam bukunya bahwa para teoritisi perbankan Islam berargumen perbankan Islam harus didasarkan pada Profit and Loss Sharing
PLS, bukan berdasarkan bunga. Namun, dalam prakteknya, bank-bank Islam sejak awal telah menemukan bahwa perbankan berdasar PLS adalah sulit untuk diterapkan
karena penuh resiko dan tidak pasti. Problem-problem yang terkait dengan pembiayaan ini telah mengakibatkan penurunan bertahap penggunannya dalam
perbankan Islam. Oleh sebab itu bank-bank Islam lalu mencari jalan ‘lain’ dengan menggunakan mekanisme pembiayaan yang mirip bunga.
54
Mereka bank syariah menemukan apa yang di dalam fiqih disebut dengan murabahah, suatu model jual beli yang pihak pembeli – karena satu dan lain hal –
tidak bisa membeli langsung barang yang diperlukannya dari pihak penjual, sehingga ia memerlukan perantara untuk bisa membeli dan mendapatkannya. Dalam proses ini,
si perantara biasanya menaikkan harga sekian persen dari harga aslinya. Produk ini
54
Arif mahtuhin, Dikutip dalam Abdullah Saeed, Op. Cit., hal. 118.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007 USU e-Repository © 2008
kemudian menjadi bisnis yang paling populer dan disenangi oleh bank-bank Islam karena nyaris tanpa resiko.
55
Udovitch, sebagaimana telah dikutip, mengatakan bahwa murabahah adalah satu bentuk jual beli dengan komisi, dimana si pembeli biasanya tidak dapat
memperoleh barang yang diinginkan kecuali lewat seorang perantara, atau ketika si pembeli tidak mau susah-susah mendapatkannya sendiri, sehingga ia mencari jasa
seorang perantara. Hasballah Thaib sebagaimana juga telah dikutip sebelumnya memberikan
pengertian murabahah sebagai salah satu bentuk jual beli namun berbeda dengan jual beli musawwamah tawar menawar. Murabahah terlaksana antara penjual dan
pembeli berdasarkan harga barang, harga asli pembelian si penjual diketahui oleh si pembeli dan keuntungan penjual pun diberitahu kepada pembeli, sedangkan
musawwamah adalah transaksi yang terlaksana antara si penjual dengan si pembeli dengan suatu harga tanpa melihat harga asli barang.
Kemudian Gemala Dewi dalam bukunya menyatakan bahwa murabahah adalah pembelian oleh satu pihak kepada pihak lain yang telah mengajukan
permohonan pembelian terhadap suatu barang dengan keuntungan atau tambahan harga yang transparan.
56
55
Ibid., Bandingkan dengan pengertian murabahah sebagaimana terdapat dalam buku Hasbi Ash-Shiddieqy, Hukum-Hukum Fiqih Islam, Op. Cit.
56
Gemala Dewi dkk, Hukum Perikatan Islam Di Indonesia, Penerbit Prenada Media Bekerjasama Dengan Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2005, hal. 111.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007 USU e-Repository © 2008
As-Shiddieqy menjelaskan dalam bukunya bahwa jual beli murabahah ini merupakan jual beli yang kurang disukai oleh kalangan sahabat Nabi s.a.w., namun
oleh beberapa imam mazhab bentuk jual beli murabahah ini dibolehkan.
57
Menurut Abdullah Saeed, pada dasarnya murabahah adalah suatu bentuk jual beli, namun bukanlah suatu bentuk transaksi jual beli yang dikenal dalam Islam
karena tidak ada hadits yang menjelaskan bentuk jual beli murabahah ini. Para ulama generasi awal semisal Malik dan Syafi’i yang secara khusus mengatakan bahwa jual
beli murabahah adalah halal, tidak memperkuat pendapat mereka dengan satu hadits pun.
58
Al-Kaff, menyatakan
pendapatnya sebagaimana telah dikutip sebelumnya,
menyimpulkan bahwa murabahah adalah salah satu jenis jual beli yang tidak dikenal pada zaman nabi atau para sahabatnya. Menurutnya, para tokoh ulama mulai
menyatakan pendapat mereka tentang murabahah pada seperempat pertama abad kedua Hijriyah, atau bahkan lebih akhir lagi.
Dalam hukum Islam, dibolehkannya jual beli dengan memakai jasa perantara ini didasarkan atas pendapat Ibnu Abbas yang berkata “Juallah pakaian ini, sekiranya
lebih dari sekian, maka untuk anda.”
59
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa transaksi murabahah adalah transaksi jual beli yang termasuk dalam bidang muamalah yang tidak dikenal pada
zaman nabi, dan baru berkembang di kemudian hari pada masyarakat Madinah sehingga ia merupakan ‘urf adat-istiadat atau kebiasaan setempat di bidang
57
Hasbi Ash-Shiddieqy, Op. Cit., hal. 361.
58
Abdullah Saeed, Op. Cit., hal. 119.
59
M. Ali Hasan, Op. Cit., hal. 292. Bandingkan dengan: Sayyid Sabiq, Op. Cit., hal. 70.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007 USU e-Repository © 2008
muamalah, dan karena dianggap tidak bertentangan dengan syariat Islam maka hukumnya dikembalikan kepada hukum asal muamalah yang menyatakan “segala
sesuatunya dibolehkan kecuali ada larangan dalam Quran atau Sunnah”. Dalil yang dapat dijadikan dasar dalam transaksi murabahah merupakan dalil-
dalil transaksi jual beli, karena itu dasar-dasar syariah mengenai jual beli dijadikan pula sebagai dasar syariah pada transaksi murabahah.
Adapun dalil-dalil tersebut antara lain yaitu Surat al-Baqarah ayat 275 yang artinya “Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”, dan Surat
an-Nisaa ayat 29 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesama kamu dengan jalan bathil, kecuali melalui perniagaan yang
berlaku suka sama suka diantara kamu.”
2. Murabahah Di Indonesia