titik berat pembahasannya adalah mengenai jaminan dalam hal pembiayaan pada bank syariah.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Saudara RIFKI SURYADI, Mahasiswa
Program Magister Kenotarian Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “PERJANJIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BANK
DENGAN PRINSIP-PRINSIP SYARIAH ISLAM”. Dalam penelitian tersebut titik berat permasalahannya adalah mengenai jaminan dalam
pembiayaan murabahah dan penyelesaian terhadap pembiayaan macet yang diikat dengan perjanjian murabahah.
Berdasarkan uraian diatas dalam kaitannya dengan penelitian ini, penelitian ini menitik beratkan pembahasannya kepada penerapan sistem jual beli murabahah
terhadap pembiayaan rumahproperti, dari pemilik barang – kepada bank – untuk kemudian dialihkan lagi kepada nasabah. Disamping juga penelitian ini membahas
tentang faktor-faktor yang sampai saat ini menjadi kendala terhadap pelaksanaan prinsip syariah sehingga bank syariah sulit untuk berkembang.
Dengan demikian dapat dikatakan penelitian ini asli dan dapat dipertanggungjawabkan keasliannya secara akademis.
F. Kerangka Teori Dan Konsepsi.
Penelitian ini sengaja mengambil judul “PENERAPAN SISTEM JUAL BELI MURABAHAH PADA BANK SYARIAH Studi Terhadap Pembiayaan
RumahProperti Pada PT. Bank BNI Syariah Cabang Medan”, karena memang pada
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007 USU e-Repository © 2008
kenyataannya diduga masih terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan sistem jual beli murabahah pada bank syariah. Karena itu tulisan ini hanya akan membahas mengenai
sistem jual beli murabahah dalam kaitannya dengan pembiayaan rumahproperi pada Bank BNI Syariah.
Bank merupakan salah satu lembaga yang memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Dari segi fungsinya, bank merupakan perantara dari dan
kepentingan masyarakat dibidang dana, yaitu kepentingan dari masyarakat yang berkelebihan dana dengan kepentingan dari masyarakat yang membutuhkan dana.
Cara menghimpun dana dari masyarakat luas dengan menyalurkan kembali kepada masyarakat melalui pemberian pinjaman atau kredit yang merupakan dua fungsi
utama bank dari ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998
yang dimaksud dengan bank adalah: ‘Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
Dalam rangka menyediakan dana bagi pemerintah untuk melaksanakan pembangunan ekonomi atau bagi masyarakat untuk malakukan kegiatan yang
prodiktif, bank membantu dalam menyediakan dana tersebut, yang dilakukan antara lain melalui usaha pemberian kredit. Karena itu tidaklah berlebihan bilamana
dikatakan bahwa kredit merupakan salah satu usaha untuk yang sangat vital. Mengingat kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko maka
“pemberian kredit oleh bank harus dilandasi oleh keyakinan bank atas kemampuan
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007 USU e-Repository © 2008
debitur untuk dapat melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan”.15 Oleh karena itu untuk meyakinkan bank bahwa si nasabah benar-benar dapat
dipercaya dan tidak mengandung resiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat dalam setiap pemberian kredit.
Bila Undang-Undang Perbankan diteliti, ada beberapa syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bank untuk menjalankan kegiatan usahanya dibidang perkreditan
yakni akan diuraikan sebagai berikut : a
Keharusan pemberian kredit berdasarkan analisis 5C dan 7P. Dalam pelaksanaannya untuk mengurangi resiko tersebut, jaminan pemberian
kredit dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan
merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank. Dalam hal ini pihak bank harus melakukan penilaian yang umum untuk
mendapatkan nasabah yang benar-benar membutuhkan dan beritikad baik, maka dilakukan dengan analisis lima 5C. dan selanjutnya penilaian suatu
ktedit dapat pula dilakukan dengan analisis 7P kredit dengan unsur penilaian sebagai berikut:16
1 Personality yakni mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan
nasabah dalam menghadapi suatu maslah dan menyelesaikannya. 2
Party yakni mengklasifikasikan nasabah dalam golongan-golongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya dan ini mendapat
fasilitas yang berbeda dari bank. 3
Perpose yakni menilai usaha tujuan nasabah dalam mengambil kredit
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007 USU e-Repository © 2008
sesuai dengan kebutuhan. 4
Prospect yakni menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang menguntungkan atau tidak, karena tanpa mempunyai prospek, bukan saja
bank yang rugi akan tetapi juga nasabah. 5
Payment yakni cara pembayaran dari mana sumber dana untuk pengemabalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur ini
semakin baik karena jika salah satu rugi dapat ditutupi dengan usaha yang lain.
6 Profitability yakni menganalisis kemampuan nasabah dalam mencari laba
yang diukur dalam periode ke periode apakah sama atau meningkat dengan adanya tambahan kredit yang diperoleh.
7 Protection yakni untuk mendapatkan jaminan perlindungan sehingga
kredit yang diberikan benar-benar aman, ini berupa jaminan barang atau jaminan asuransi.
Dengan penilaian tersebut diatas dapat dikatakan sebagai studi kelayakan usaha dan biasanya digunakan untuk proyek-proyek yang bernilai besar dan
berjangka waktu panjang. b
Batas maksimum pemberian kredit Berdasarkan Pasal 11 penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan mengatakan : Pemberian kredit pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah oleh bank
mengandung resiko kegagalan atau kemacetan dalam pelunasannya, sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatan bank. Mengingat bahwa kredit tersebut
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007 USU e-Repository © 2008
bersumber dari dana masyarakat yang disimpan pada bank, resiko yang dihadapi bank dapat berpengaruh pula kepada keamanan dan masyarakat
tersebut. Oleh karena itu untuk memelihara kesehatan dan meningkatkan daya tahannya, bank diwajibkan menyebar resiko dengan mengatur penyaluran
kredit atau pemberian pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, pemberian jaminan ataupun fasilitas lain sedemikian rupa sehingga tidak terpusat pada
nasabah atau kelompok nasabah debitur tertentu. Dalam hal ini untuk mengantisipasi hal tersebut Bank Indonesia telah
mengeluarkan Surat Keputusan No. 31177KEPDIR tanggal 31 Desember 1998 yang mengatur tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit BMPK bank umum
dengan tujuan untuk dilakukan penyebaran resiko dalam pemberian kredit. Adapun yang dimaksud dengan bank, secara awam adalah suatu lembaga atau
badan usaha yang bergerak di bidang keuangan. Dalam kamus Black Law Dictionary bank diartikan sebagai suatu institusi yang mempunyai peran yang besar dalam dunia
komersil, yang mempunyai wewenang untuk menerima deposito, memberikan pinjaman, dan menerbitkan promissory notes yang sering disebut dengan bank bills
atau bank notes. Namun demikian, fungsi bank yang orisinil hanya menerima deposito berupa uang logam, plate, emas, dan lain-lain.
15
Selanjutnya yang dimaksud dengan bank dalam tulisan ini adalah bank sebagaimana tersebut dalam Pasal 1 angka 2, 3, dan 4 Undang-Undang Nomor 10
15
Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hal. 14.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007 USU e-Repository © 2008
Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 menjelaskan pengertian bank adalah “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.” Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 menjelaskan
pengertian bank umum adalah “Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.” Selanjutnya Pasal 1 angka 4 menjelaskan pengertian bank perkreditan rakyat
adalah “Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.” Sedangkan bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 13 Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 yaitu:
“Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan Hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana danatau kegiatan usaha,
atau kegiatan lainnya yang dinyatakan dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil mudharabah, pembiayaan berdasarkan prinsip
penyertaan modal musyarakah, prinsip jual beli barang dengan memperoleh
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007 USU e-Repository © 2008
keuntungan murabahah, atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan ijarah atau dengan adanya pilihan pemindahan
kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain ijarah wa iqtina.”
Dengan demikian konsep bank syariah di Indonesia adalah bank, baik berbentuk bank umum maupun bank perkreditan rakyat yang menjalankan usaha
perbankan berdasarkan prinsip syariah.
G. Metode Penelitian. 1.