BAB IV KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI OLEH BANK SYARIAH DALAM
PELAKSANAAN PEMBIAYAAN MURABAHAH TERHADAP RUMAHPROPERTI.
Dalam pelaksanaan pemberian pembiayaan bagi nasabah-nasabahnya, bank menghadapi beberapa kesulitan, demikian juga halnya dengan Bank BNI Syariah
yang juga menghadapi beberapa kesulitan dalam pelaksanaan pemberian pembiayaan, khususnya dalam hal pembiayaan murabahah untuk rumahproperti.
Kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh pihak bank dapat juga digolongkan sebagai kendala-kendala yang dihadapi oleh Bank BNI Syariah dalam penerapan
pembiayaan murabahah terhadap rumahproperti.
A. Kendala-kendala Dari Segi Internal Bank.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007 USU e-Repository © 2008
Berdasarkan pengamatan Penulis selama melakukan penelitian di Bank BNI Syariah, Penulis menyimpulkan terdapat beberapa kelemahan atau kesulitan yang
menjadi kendala dalam pemberian pembiayaan murabahah, yaitu dalam hal Sumber Daya Manusia SDM.
SDM yang bertugas di Unit Pemasaran Pembiayaan terlihat masih belum dapat bekerja secara maksimal dalam melaksanakan tugas. Dalam hal ini, dilihat dari
kemampuan dan jumlah tenaga SDM yang ada saat ini, terlihat adanya kelemahan atau kekurangan. Hal mana dapat dilihat antara lain dari contoh sebagai berikut:
Setiap menjelang akhir bulan dan di awal bulan, praktis pelayanan terhadap nasabah atau calon nasabah pemohon pembiayaan sangat minim dan selalu
terabaikan. Demikian juga halnya dengan pelayanan di unit administrasi.
Nasabah atau calon nasabah yang datang untuk memohon pembiayaan atau membutuhkan informasi mengenai pembiayaan, yang datang pada saat akhir bulan
atau diawal bulan, selalu disuruh kembali lagi setelah lewat tanggal sepuluh atau dipertengahan bulan, dengan alasan:
a. Petugas sedang tidak ditempat, sedang keluar menagih angsuran.
b. Petugas sedang sibuk menyiapkan laporan bulanan dan lain-lain.
Jawaban dan sikap tersebut tentu saja membuat calon nasabah kecewa dan pergi meninggalkan bank. Kondisi ini meberikan konsekuensi bahwa calon nasabah
tersebut tidak mau kembali lagi ke Bank BNI Syariah dan beralih kepada bank yang lain
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007 USU e-Repository © 2008
Jawaban dan sikap yang sama juga biasa disampaikan petugas bank kepada pihak ketiga yang datang ke bank untuk suatu keperluan, apabila mereka fihak ketiga
tersebut datang pada saat akhir bulan.
B. Kendala-kendala Dari Segi Penerapan Peraturan Dan Ketentuan
Pembiayaan Murabahah.
Berdasarkan Fatwa DSN No.04DSN-MUIIV2000 Tentang Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syariah ditetapkan antara lain:
1. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri,
dan pembelian ini harus sah dan bebas riba. 2.
Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah pemesan dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini
bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
3. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada
jangka waktu tertentu yang telah disepakati. 4.
Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang
secara prinsip menjadi milik bank.
Bank Syariah dan Bank BNI Syariah khususnya, menghadapi kendala dalam melaksanakan ketentuan dan fatwa DSN tersebut.
Kendala-kendala yang dihadapi bank dalam hal ini antara lain:
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007 USU e-Repository © 2008
1. Apabila pembiayaan murabah terhadap rumah dilaksanakan sesuai dengan
fatwa DSN, dimana bank membeli terlebih dahulu rumah tersebut, untuk kemudian menjualnya lagi kepada nasabah, maka sesuai dengan peraturan
dalam PP No.24 Tahun 1997 dan peraturan pelaksananya, dalam hal ini bank akan terkena kewajiban dan harus membayar Pajak Penghasilan
PPH-Final dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB, yang nilainya cukup besar.
Hal ini menurut pihak bank memberatkan bagi bank, karena harus mengeluarkan biaya yang cukup besar, dengan alasan:
a. Kepemilikan bank atas rumah tersebut hanya bersifat sementara
karena seketika itu juga akan dijual lagi kepada nasabah. b.
Penghasilan bank dari penjualan rumah kepada nasabah bukanlah merupakan penghasilan final pada saat transaksi, tetapi merupakan
penghasilan yang diperhitungkan untuk beberapa tahun kedepan. c.
Jual beli tersebut apabila dilaksanakan akan meletakkan Bank BNI Syariah dalam posisi yang lemah, apabila nasabah membatalkan
niatnya untuk meneruskan akad pembiayaan murabahah dengan berbagai alasan.
Jalan keluar yang diambil bank BNI Syariah dalam pelaksanaan jual beli tersebut, yaitu dengan;
a. Melakukan jual beli secara lisan dengan pemilik barangrumah,
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007 USU e-Repository © 2008
b. Diikuti kemudian dengan pelaksanaan jual beli langsung antara
pemilik barang dengan nasabah. lebih jelas sebagaimana diuraikan pada bab III.
Hal tersebut adalah tidak sesuai dengan sistem jual beli murabahah. Kekeliruan dalam mengambil jalan keluar tersebut diatas, erat kaitannya
dengan faktor sumber daya manusia SDM, dimana pada dasarnya SDM yang ada pada Bank BNI Syariah adalah SDM yang berasal dari Bank
Konvensional yang belum memiliki pengetahuan yang mendalam tentang hukum syariah di Indonesia. Akibatnya pola-pola pemikiran konvensional
masih terbawa-bawa dalam operasional perbankan syariah dan cenderung tidak bisa mencarikan solusi yang tepat terhadap permasalahan yang
dihadapi. 2.
Apabila pembiayaan murabahah terhadap rumah tersebut diterapkan sesuai dengan ketentuan hukum positip yang berlaku sebagaimana diatur
dalam Fatwa DSN No.04DSN-MUIIV2000 Jo. PBI No. 0746PBI2005, PP No. 24 Tahun 1997 Jo. PMNAKPBN No. 3 Tahun
1997, dan peraturan pelaksana lainnya ketentuan hukum yang berlaku, maka akan menemukan kesulitan-kesulitan secara teknis, seperti:
a. Apabila jual beli antara suplier-bank-nasabah, dilakukan dengan akta
PPAT, maka akan terjadi kerancuan karena akad pembiayaan murabahah adalah akad jual beli dengan pembayaran tunda tidak
lunas sementara akta jual beli PPAT adalah untuk transaksi jual beli yang pembayarannya lunas.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007 USU e-Repository © 2008
b. Apabila jual beli dilakukan dengan akta perikatanpersetujuan jual beli
yang dibuat dihadapan Notaris, maka bank tidak dapat membebani objek jual beli dengan hak tangungan sebelum di lakukan balik nama
ke atas nama nasabah yang dalam hal ini berhutang kepada bank. Hal ini akan meletakkan posisi bank pada posisi yang lemah.
Kendala-kendala tersebut diatas tidak dapat dipungkiri sangat menyulitkan bank dan masih terus berlanjut sampai saat ini. Hal tersebut memperlihatkan bahwa
belum ada usaha yang serius terutama sekali dari pihak pemerintah untuk memperbaiki sistem pembiayaan murabahah ke arah yang lebih sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku. Sebagai jalan keluar atas permasalahan dan kendala-kendala yang dihadapi
bank, maka menurut Penulis dapat ditempuh hal-hal sebagai berikut: 1.
Dari segi Sumber Daya Manusia. a.
Petugas bank senantiasa harus berada, sehingga setiap orang yang datang ke bank dapat dilayani dengan baik dan tidak kecewa karena tidak
mendapat pelayanan sebagimana mestinya disebabkan petugas bank tidak berada ditempat.
b. Bank harus meningkatkan pelayanan dan menekankan kepada seluruh
pegawai akan pentingnya pelayanan. Pelayanan yang baik bukan saja hanya diberikan kepada nasabah, tetapi juga tidak kalah pentingnya harus
diberikan kepada calon nasabah dan pihak ketiga lainnya yang datang berhubungan dengan bank.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007 USU e-Repository © 2008
Kepada pegawai-pegawai yang kurang peduli dalam memberikan
pelayanan kepada tamu apakah itu nasabah, calon nasabah atau pihak ketiga lainnya, perlu diambil tindakan apakah dalam bentuk teguran
langsung, peringatan atau sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku di bank.
c. Manajemen perlu mengkaji dan mengevaluasi mengenai tenaga SDM
yang ada saat ini, baik dari segi jumlah maupun kemampuan dalam mengelola pembiayaan. Karena ketersediaan tenaga SDM yang cukup dan
mampu di unit pemasaranpembiayaan, akan sangat besar pengaruhnya terhadap citra bank itu sendiri. Disamping itu, pengelolaan pembiayaan
yang baik pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan bank memperoleh labapendapatan.
2. Dari Segi Penerapan Peraturan Ketentuan Pembiayaan Murabahah.
a. Untuk pelaksanaan Jual Beli dalam pembiayaan murabahah, memang akan
sangat sulit bagi bank untuk dapat menerapkan apa yang diatur dalam DSN No.04DSN-MUIIV2000 Jo. PBI No. 0746PBI2005, PP No. 24
Tahun 1997 Jo. PMNAKPBN No. 3 Tahun 1997, dan peraturan pelaksana lainnya ketentuan hukum yang berlaku. Untuk itu bank dapat menempuh
jalan sebagai berikut: 1
Mengusulkan kepada pemerintah khususnya Bank Indonesia bahwa peraturan yang mengatur tentang jual beli murabahah saat ini seperti
DSN No.04DSN-MUIIV2000 Jo. PBI No. 0746PBI2005, adalah
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007 USU e-Repository © 2008
tidak dapat dilaksanakan karena dalam penerapannya tidak sesuai dengan hukum positip. Karena itu perlu diadakan revisi untuk segera
membentuk peraturan yang dapat mendukung kegiatan usaha bank syariah, sebagaimana telah dilakukan pemeintah terhadap bank
konvensional melalui Pasal 15 Undang-Undang No. 4 tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Jo. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
No. 2624KEPDir mengenai Penetapan Batas Waktu Penggunaan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan Untuk Menjamin
Pelunasan Jenis Kredit Tertentu. Sebagai contoh: untuk bank konvensional, Surat Kuasa Memasang
Hak Tanggungan SKMHT berlaku maksimal 1 bulan untuk tanah yang telah mempunyai hak dan 3 bulan untuk tanah yang belum
mempunyai hak, dan selanjutnya harus dilaksanakan menjadi Hak Tanggungan. Jika tidak maka SKMHT tersebut batal dan tidak dapat
dipergunkan lagi. Tetapi untuk membantu bank konvesional dalam pemasaran kredit
bagi pengusaha-pengusaha kecil, maka pemerintah mengeluarkan peraturan mengenai Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan
SKMHT, untuk debitur-debitur kecil dengan jumlah pinjaman sd Rp.50.000.000,- dapat berlaku untuk jangka waktu tidak terbatas dan
tidak perlu segera ditingkatkan menjadi Hak Tanggungan. Bantuan yang sama tetapi dalam bentuk yang lain, tentunya dapat juga
diberikan pemerintah untuk membantu kelancaran dan peningkatan
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007 USU e-Repository © 2008
usaha serta perkembangan bank syariah, misalnya dengan pemerintah mengeluarkan peraturan bahwa untuk jual beli murabahah antara bank
dengan pemilik rumahbarang dibebaskan dari kewajiban balik nama dan tidak dipungut pajak.
Untuk memperoleh keringanan ini, maka sebaiknya bank-bank syariah mengajukan usulan resmi kepada Bank Indonesia dan instansi
pemerintah terkait serta Dewan Perwakilan Rakyat. 2
Apabila produk murabahah tersebut secara nyata tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka sebaiknya
produk ini tidak dipasarkan, karena apabila tetap dipasarkan maka produk ini tidak ada bedanya dengan produk kredit pada bank
konvensional sehingga akan menimbulkan kesan bahwa bank syariah hanyalah bank konvensional yang memakai stempel syariah.
Ridha Kurniawan Adnans : Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah, 2007 USU e-Repository © 2008
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN