kredit dengan syarat yang ringan, pembinaan teknologi budidaya dan paska panen, pemasaran, pelatihan, pemberian bibit, aspek manajemen, teknologi, dsb. Hal ini
sejalan dengan Penjelasan Pasal 10 UUPA. Di samping itu, dalam pengembangan petani tersebut perlu pula dipikirkan mekanisme keterkaitan antara kelompok petani
dengan pihak luar yang memiliki kaitan produksi. Dengan perkataan lain, program pemberdayaan petani dapat meliputi peningkatan kualitas sumberdaya manusianya
petani; menciptakan hubungan kemitraan kerjasama antara kelompok petani dengan pihak lain; pembinaan sikap mental petani; dan penyediaan akses kepada
modal
121
.
2. Perlindungan Tanah Pertanian Produktif
Ditinjau dari aspek pertanahan, pengembangan sektor pertanian dihadapkan pada berbagai masalah, antara lain
122
: 1.
Terbatasnya sumber daya tanah yang tidak cocok untuk untuk kegiatan pertanian
2. sempitnya tanah pertanian per kapita penduduk Indonesia
3. Makin banyaknya jumlah petani gurem
4. cepatnya konversi tanah pertanian menjadi nonpertanian
121
Yuswanda A.Temenggung, Ibid, hlm. 6.
122
Iwan Isa, Direketur Penatagunaan Tanah, BPN-RI Kebijakan dan Permasalahan Penyediaan Tanah Mendukung Ketahanan Pangan, hlm.85.
www.google.com , akses tanggal 21 April
2009.
Ira Sumaya : Analisis Hukum Landreform Sebagai Upaya Meningkatkan Pendapatan Ekonomi Masyarakat Studi Pada Kegiatan Redistribusi Tanah Di Kota Medan Priode 2007-2008, 2009
Tingginya konversi tanah pertanian menjadi nonpertanian dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan sebagai berikut :
1. Menurunnya produksi pangan yang menyebabkan terancamnya ketahanan
pangan 2.
Hilangnya matapencaharianpetani yangmenimbulkan pengangguran dan pada akhirnyamemicu masalah sosial
3. Hilangnya investasi infrastruktur pertanian irigasi yang menelan biaya
sangat tinggi Sampai saat ini undang-undang yang mengatur khusus perlindungan dan
pengendalian tanah pertanian produktif belum diterbitkan. Ketentuan tentang perlindungan tanah sawah beririgasi teknis tertuang dalam berbagai
peraturankeputusansurat edaran menteri dan Kepala BPN sampai degan peraturan daerah. Namun demikian peraturan tersebut belum mampu mengendalikan konversi
tanah secara efekktif, oleh karena itu diperlukan suatu peraturan setingkat undnag- undang yang secara khusus mengatur perlindungan tanah pertanian.
Faktor-faktor yang menyebabkan cepatnya konversi lahan pertanian menjadi nonpertanian antara lain
123
: 1.
Faktor kependudukan : pesatnya peningkatan jumlah penduduk telah meningktakan permintaan tanah untuk perumahan, jasa, industri dan fasilitas
umum lainnya.
123
Ibid. Hlm.87.
Ira Sumaya : Analisis Hukum Landreform Sebagai Upaya Meningkatkan Pendapatan Ekonomi Masyarakat Studi Pada Kegiatan Redistribusi Tanah Di Kota Medan Priode 2007-2008, 2009
2. Kebutuhan tanah untuk kegiatan nonpertanian anataralain pembangunan real
estate, kawasan industri, kawasan perdagangan dan jasa-jasa lainnyayang memerlukan tanah yang luas, sebagian diantaranya berasal dari lahan
pertanian termasuk sawah. 3.
Faktor ekonomi, yaitu tingginya tingkat keuntungan land rent
124
atau rentabilitas lahan yang diperoleh sektor nonpertanian dan rendahnya lan rent
dari sektor pertanian itu sendiri. 4.
Faktor sosial budaya, antara lain keberadaanhukum waris yang menyebabkan terfragmentasinya tanah pertanian sehingga tidak memnuhi skala ekonomi
usaha yang menguntungkan. 5.
Degradasi lingkungan, antara lain kemarau panjang yang menyebabkan kekurangan air untuk pertanian terutama sawah; penggunaan pupuk dan
pestisida secara berlebihan yang berdampak pada meningkatnya serangan hama tertentu akibat musnahnya predator alami dari hama yangbersangkutan
serta meracuni air irigasi; rusaknya lingkungan sawah sekitar pantai menyebabkan terjadinya intrusi air laut kedaratan, yang berpotensi meracuni
tanaman padi. Selain itu, sebagai acuan bagi pemerintah, pihak swasta dan masyarakat,
kiranya perlu di tetapkan zonasi tanah pertanian yang dilindungi tidak dapat dikonversi dalam bentuk Peraturan Pemerintah atau KeputusanPeraturan Presiden
124
Land rent merupakan kontribusi factor produksi lahan untuk setiap aktifitas yang dilaksanakan diatasnya. Land rent merupakan selisih antara total penerimaan dengan total pengeluaran
factor-faktor produksi kecuali lahan.
Ira Sumaya : Analisis Hukum Landreform Sebagai Upaya Meningkatkan Pendapatan Ekonomi Masyarakat Studi Pada Kegiatan Redistribusi Tanah Di Kota Medan Priode 2007-2008, 2009
yang mengikat baik pemerintah pusat maupun pemerinntah daerah. Degan demikian upaya pengendalian alih fungsi tanah pertanian subir dapat berjalan efektif dengan
tidak mengabaikan hak keperdataan masyarakat dan kepentingan pembangunan yang berkelanjutan. Khusus untuk bidanng pertanahan, ketentuan-ketentuan tersebut diatas
dapat diaplikasikan dalammenindaklanjuti permohonan administrasi pertanahan pada tanah-tanah pertanian.
Kebijakan pertanahan dalam rangka pengendalian konversi tanah pertanian adalah terintegrasi dalam Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW. Pasal 10 Peraturan
Pemerintah nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah menetapkan bahwa setelah menetapkan RTRW, penyelesaian administrasi pertanahan hanya dapat
dilaksnakan apabila telah memenuhi persyaratan penggunaan dan pemanfaatan tanah sesuai dengan arahan peruntukan dalam RTRW. Dengan demikian peran rencana tata
ruang menjadi sangat dominan dalam upaya pengendalian konversi tanah pertanian. Kenyataan masih banyak RTRW yang mengalokasikan kegiatan nonpertanian
ditanah-tanah subursawah tentunya perlu dievaluasi.
3. Pengendalian Alih Fungsi Tanah Pertanian