Penetapan Petani Penerima Lahan Pertanian

g. Realokasi

Maksud dari realokasi yaitu penetapan penguasaan tanah bagi tiap-tiap penggarap yang memenuhi syarat sebagai calon penerima redistribusi berdasarkan desi tata ruang. Sasarannya yaitu jaringan irigasi dan jalan yang teratur serta bidang-bidang tanah yang teratur pula dengan penunjukan petani yang defenitive. Sedangkan caranya yaitu dengan penentuan dan penunjukan letak bidang tanah yang akan dibagikan kepada masing-masing penggarap yang memenuhi syarat sebagai penerima redistribusi tanah berdasarkan hasil analisa atau seleksi.

2. Penetapan Petani Penerima Lahan Pertanian

Untuk menentukan siapa yang menerima redistribusi lahan pertanian, dilihat dari urutan prioritas yang bertitik tolak dari ”siapa yang telah mempunyai hubungan paling erat dengan tanah yang digarapnya”. Secara terperinci urutan jenjang prioritas tersebut ditegaskan dalam Pasal 8 PP 224 Tahun 1961 yang telah dirubah dengan PP 61 Tahun 1964 tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pemebrian Ganti Kerugian, yaitu : a. Penggarap yang mengerjakan tanah yang bersangkutan; b. Buruh tani tetap pada bekas pemilik, yang mengerjakan tanah yang bersangkutan; c. Pekerja tetap pada bekas pemilik tanah yang bersangkutan; d. Penggarap yang belum sampai 3 tahun mengerjakan tanah yang bersangkutan; e. Penggarap yang mengerjakan tanah hak-pemilik; f. Penggarap tanah-tanah yang oleh Pemerintah diberi peruntukan lain berdasarkan Pasal 4 ayat 2 dan 3; g. Penggarap yang tanah garapannya kurang dari 0,5 hcktar; h. Pemilik yang luas tanahnya kurang dari 0,5 hektar; i. Petani atau buruh tani lainnya Ira Sumaya : Analisis Hukum Landreform Sebagai Upaya Meningkatkan Pendapatan Ekonomi Masyarakat Studi Pada Kegiatan Redistribusi Tanah Di Kota Medan Priode 2007-2008, 2009 Dan jika dalam tiap-tiap prioritas ini terdapat sebagaimana tercanntum dibawah ini maka kepada mereka diberikan pengutamaan diatas petani-petani lain yang ada di dalam golongan prioritas yang sama. Petani-petani tersebut adalah : a. Petani yang mempunyai ikatan keluarga sejauh tidak lebih dari dua derajat dengan bekas pemilik, dengan ketentuan sebanyak-banyaknya 5 orang; b. Petani yang terdaftar sebagai Veteran; c. Petani janJa pejuang kemerJekaan yang gugur; d. Petani yang menjadi korban kekacauan; e. Pasal 8 ayat 2 PP. No. 2241961 Dan penerapan urutan jenjang tersebut diatas harus memenuhi syarat-syarat umum, baru berhak menerima redistribusi lahan, sesuai PP 224 Tahun 1961 Pasal 9 yaitu : a. Warga Negara Indonesia b. Bertempat tinggal dikecamatan tempat letak tanah c. Kuat bekerja dibidang pertanian. Di samping syarat-syarat umum yang harus dipenuhi juga syarat-syarat khusus turut menentukan para petani mana yang berhak mendapatkan pembagian tanah. Syarat-syarat tersebut : a. Bagi petani yang tergolong dalam prioritas : 1 Penggarap yang mengerjakan tanah yang bersangkutan, 2 Buruh tani tetap pada bekas pemilik yang mengerjakan tanah yang bersangkutan, 3 Penggarap yang mengerjakan tanah hak milik, dan 4 Penggarap yang tanahnya kurang dari 0,5 hektar, Harus sudah mengerjakan tanah yang bersangkutan sekurang-kurangnya 3 tahun berturut-turut. b. Bagi petani yang tergolong sebagai penggarap yang belum samapai 3 tahun mengerjakan tanah yang bersangkutan, harus sudah mengerjakan tanahnya 2 musim berturut-turut. Ira Sumaya : Analisis Hukum Landreform Sebagai Upaya Meningkatkan Pendapatan Ekonomi Masyarakat Studi Pada Kegiatan Redistribusi Tanah Di Kota Medan Priode 2007-2008, 2009 c. Bagi mereka yang tergolong sebagai pekerja tetap pada bekas pemilik yang mengerjakan tanah yang bersangkutan harus sudah bekerja 3 tahun berturut- turut. Jika syarat khusus pada a, b dan c diatas tidak dapat dipenuhi sekalipun syarat umum sudah, maka petani tidak tidak berhak mendapatkan redistribusi lahan pertanian tersebut. Selanjutnya redistribusi lahan pertanian ini sangat ditentukan oleh klasifikasi daerah asal berdasarkan ketentuan dalam UU No. 56 Prp 1960 yaitu dalam melaksanakan pembagian tanah redistribusi lahan pertanian, penetapan luasnya dilakukan sesuai dengan ketentuan PP 224 Tahun 1961 Pasal 10 memakai ukuran sebagai berikut : 1 Penggarap yang sudah memiliki tanah sendiri seluas 1 hektar atau lebih tidak mendapat. 2 Penggarap yang sudah memiliki tanah sendiri seluas kurang dari 1 hektar mendapat pembagian seluas tanah yang dikerjakannya tetapi jumlah tanah milik dengan dibagikan kepadanya itu tidak boleh melebihi 1 hektar. 3 Penggarap yang tidak memiliki tanah sendiri mendapatkan pembagian seluas tanah yang dibagikan kepadanya itu tidak boleh melebihi 1 hektar. 4 Petani yang tergolong dalam : a. Buruh tani tetap bekas pemilik yang mengerjakan tanah yang bersangkutan, b. Penggarap yang belum smapai 3 tahun mengerjakan tanah yang bersangkutan, c. Penggarap tanah yang mengerjakan tanah hak milik, dan d. Penggarap tanah-tanah yang oleh pemerintah diberi peruntukan lain berdasarkan Pasal 4 ayat 2 dan 3, Mendapat pembagian tanah seluas mencukupi sampaia 1 hektar. 5 Petani yang tergolong dalam : a. Pekerja tetap pada pemilik tanah yang bersangkutan b. Penggarap yang tanah garapannya kurang dari 0,5 hektar, dan c. Petani atau buruh tani lainnya, Mendapat pembagian tanah untuk mencapai 0,5 hektar. 6 Di daerah tidak padat dapat memperoleh pembagian tanah melebihi luas untuk daerah daerah padat oleh penetapan BupatiWalikotamadya Kepala Daerah Ira Sumaya : Analisis Hukum Landreform Sebagai Upaya Meningkatkan Pendapatan Ekonomi Masyarakat Studi Pada Kegiatan Redistribusi Tanah Di Kota Medan Priode 2007-2008, 2009 Tingkat II setempat dengan memperhitungkan luas tanah yang tersedia untuk dibagi-bagikan dan jumlah petani yang memerlukannya Pasal 10 ayat 2 Ketentuan diatas sepintas lalu kelihatannya tidak konsisten dengan bunyi Pasal 6 UU No. 56 Prp 1960 bahwa : “Pemerintah mengadakan usaha-usaha agar supaya setiap petani sekeluarga memiliki tanah pertanian minimum 2 hektar” Tetapi jika dilihat dari penjelasan Pasal 8 dari undang-undanng tersebut dinyatakan bahwa usaha-usaha tersebut yang harus dijalankan untuk mencapai tujuan, supaya setiap keluarga petani mempunyai tanah 2 hektar itu ialah terutama ekstensifikasi tanah pertanian dengan pembukaan tanah secara besar-besaran di luar Jawa. Dan didukung pula oleh penjelasan Pasal 10 PP No. 224 Tahun 1961 yang menyatakan bahwa pada umumnya didaerah yang padat luas pembagian tanah bersifat melengkapi agar pemilikan mencapai luas 0,5 hektar dan 1 hektar, tidak 2 hektar karena luas tanah yang akan dibagikan terbatas sekali, maka ketentuan- ketentuan diatas dapat diterima kebenarannya.

3. Kewajiban Penerima Lahan Pertanian