f. Mengupayakan dengan sungguh-sungguh pembiayaan dalam melaksanakan
program pembaharuan agararia dan penyelesaian konflik-konflik sumber daya agararia yang terjadi
99
. Dari ketetapan tersebut sangat jelas bahwa seiring dengan perkembangan
masyarakat dan situasi dan kondisi saat ini demikian juga antisipasi dimasa yang akan datang Bangsa Indonesia perlu melakukan pembaharuan agraria. Dalam rangka
pembaharuan agraria tersebut prinsip-prinsip landreform yang selama ini cenderung terabaikan terutama dalam implementasinya, ternyata untuk melakukan penataan,,
penguasasanpemilikan dan penggunaan tanah masih dianggap suatu pilihan yang tetap relevan untuk diterapkan di Indonesia.
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas paling tidak terdapat beberapa hal yang perlu difikirkan dalam pelaksanaan landreform kedepan yaitu yang berhubungan
dengan luas maksimum dan minimum penguasaan tanah pertanian, larangan absente serta objek landreform.
1. Luas Maksimum dan Minimum Penguasaan Tanah
Dalam ketentuan Pasal 17 UUPA telah disebutkan bahwa, dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 7 maka untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat
maka perlu diatur luas maksimum dan minimum tanah yang boleh dipunyai dengan sesuatu hak sebagaimana tersebut dalam Pasal 16 UUPA oleh suatu keluarga atau
badan hukum.
99
Ketetapan MPR Nomor. IXMPR2001.
Ira Sumaya : Analisis Hukum Landreform Sebagai Upaya Meningkatkan Pendapatan Ekonomi Masyarakat Studi Pada Kegiatan Redistribusi Tanah Di Kota Medan Priode 2007-2008, 2009
Khusus mengenai tanah pertanian pengaturan luas maksimum dan minimum tersebut diatur dalam undang-undang Nomor 56 Prp Tahun 1960 tentang Penetapan
Luas Tanah Pertanian. Undang-undang tersebut mengatur antara lain yaitu : Pasal 1
1 Seseorang atau orang-orang yang dalam penghidupannya merupakan satu
keluarga bersama-sama hanya diperbolehkan menguasai tanah pertnaian, baik miliknya sendiri atau kepunyaan orang lain ataupun miliknya sendiri
bersama kepunyaan orang lain, yang jumlah luasnya tidak melebihi batas maksimum sebagaimana yang ditetapkan dalam ayat 2 pasal ini.
2 Dengan memperhatikan jumlah penduduk, luas daerah dan faktor-faktor
lainnya, maka luas maksimum yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini ditetapkan sebagai berikut :
Di daerah-daerah yang : Sawah atau Tanah Kering hektar hektar
15 20 1. Tidak Padat
2. Padat : a.
Kurang Padat b.
Cukup Padat c.
Sangat Padat 10 12
7,5 9 5 6
Dalam ketentuan dimaksud disebutkan, jika tanah pertanian yang dikuasai itu merupakan sawah dan tanah kering, maka untuk menghitung luas maksimum
tersebut adalah luas sawah ditambah dengan luas tanah kering ditambah 30 didaerah-daerah yang tidak padat, dan 20 untuk daerah-daerah yang padat
dengan ketentuan, bahwa tanah yang dikuasai seluruhnya tidak boleh melebihi 20 hektar.
3
Atas dasar ketentuan dalam ayat 2 pasal ini maka penetapan luas maksimum untuk tiap-tiap daerah dilakukan menurut perhitungan
sebagaimana yang tercantum dalam daftar lampiran peraturan
Dalam lampiran peraturan dimaksud ditentukan kriteria kepadatan penduduk seagaimana yang dimaksud ayat 3 tersebut, yakni :
Ira Sumaya : Analisis Hukum Landreform Sebagai Upaya Meningkatkan Pendapatan Ekonomi Masyarakat Studi Pada Kegiatan Redistribusi Tanah Di Kota Medan Priode 2007-2008, 2009
Kepadatan Penduduk tiap km2 Golongan Daerah
1 0 sampai 50 orang Tidak Padat
2 51 sampai 250 Kurang Padat
3 251 sampai 400 Cukup Padat
4 401 orang keatas Sangat Padat
Pasal 2 ayat 2 : Jika jumlah anggota suatu keluarga melebihi 7 orang, maka bagi keluarga itu
luas maksimum sebagai yang ditetapkan dalam Pasal 1 untuk setiap anggota selebihnya ditambah dengan 10 dengan ketentuan bahwa jumlah tambahan
tersebut tidak boleh lebih dari 50, sedang jumlah tanah pertanian yang dikuasai seluruhnya tidak lebih dari 20 hektar baik sawah, tanah kering
maupun sawah dan tanah kering. Pasal 3 :
Orang-orang dan kepala-kepala keluarga yang anggota-anggota keluarganya menguasai tanah pertanian yang jumlah luasnya melebihi luas maksimum
wajib melapor kepada Kepala Agraria Daerah KabupatenKotamadya yang bersangkutan didalam waktu 3 bulan sejak mulai berlakunya peraturan ini
100
.
Untuk melihat lemahnya atau relevansi peraturan ini dengan kondisi tanah yang tersedia dan perkembangan zaman kiranya sudah saaatnya peraturan ini ditinjau
kembali sebagaimana yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut diatas
101
: Pertama yang berkaitan dengan ukuran luas maksimum penguasaaan tanah
yang diatur dalam ketentuan Pasal 1 ayat 2 UU Nomor 56 Prp 1960, ketentuan tersebut sudah tidak relevan lagi, sebab pada saat ini bukan saja persoalan telah
semangkin bertambahnya jumlah penduduk pada setiap daerah, melainkan juga yang
100
Lihat Pasal 1, 2 dan 3 Undang-Undang nomor 56 Prp tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian.
101
Herawan Sauni, Op.Cit, hlm. 317-320.
Ira Sumaya : Analisis Hukum Landreform Sebagai Upaya Meningkatkan Pendapatan Ekonomi Masyarakat Studi Pada Kegiatan Redistribusi Tanah Di Kota Medan Priode 2007-2008, 2009
menjadi pertimbangan adalah adanya berbagai keperluan penggunaan tanah setiap kegiatan pembangunan yang secara kuantitas telah menyebabkan semangkin
berkurangnya persediaan tanah pertanian. Kedua
di samping itu juga ketentuan Pasal 2 UU Nomor 56 Prp 1960 yang menentukan luas maksimum tanah pertanian yang dimiliki didasarkan pada jumlah
anggota keluarga, kiranya juga perlu diadakan peninjauan kembali. Sebab pada perkembangan sebagai dampak keberhasilan pembangunan kependudukan melalui
program keluarga berencana ada kecenderungan jumlah anggota keluarga di Indonesia saat ini, termasuk juga keluarga petani semakin menurun. Berdasarkan data
statistik tahun 2000 menunjukan bahwa rata-rata besarnya anggota rumah tangga di Indonesia adalah 3,9 orang. Kalau besaran keluarga tersebut dijadikan salah satu
dasar penetapan maksimum pemilikan tanah pertanian, maka dengan menurunnya jumlah keluarga petani tersebut tentunya, jumlah maksimum pemilikan tanah
pertanian yang boleh dikuasai oleh rumah tangga petani seharusnya juga mengalami perubahan.
Dalam keterhubungannya dengan hal ini Maria SW Soemardjono
102
menyatakan kiranya dipikirkan kembali penyesuaian jumlah anggota keluarga dengan batas maksimum tanah yang dapat dimiliki. Lebih lanjut dijelaskan bahwa penetapan
maksimum luas tanah yang dimiliki hendaknya ditentukan berdasarkan perhitungan ekonomis agar dapat menunjang kehidupan yang layak bagi petani beserta
102
Maria SW Soemardjono, Loc.Cit, hlm.6.
Ira Sumaya : Analisis Hukum Landreform Sebagai Upaya Meningkatkan Pendapatan Ekonomi Masyarakat Studi Pada Kegiatan Redistribusi Tanah Di Kota Medan Priode 2007-2008, 2009
keluarganya, yang bervariasi sesuai dengan kondisi daerahnya saat ini serta perkiraan dimasa yang akan datang.
Ketiga demikian juga dengan subjek haknya, yang menguasai tanah yang
sangat luas sesunggguhnya, bukan terletak pada petani perorangan sebagaimana yang diatur dalam peraturan ini, melainkan kebanyakan dikusai oleh badan-badan usaha
baik swasta maupun badan usaha yang dimiliki oleh pemerintah. Oleh karena itu dimasa yang akan datang kiranya dalam menetapkan luas maksimum penguasaan
tanah tersebut hendaknya dilakukan tidak hanya terbatas pada tanah-tanah pertanian yang dimiliki oleh perorangan tetapi juga terhadap tanah-tanah yang dimiliki oleh
badan-badan usaha. Demikian juga dengan dasar pemikiran tersebut kiranya tidak terbatas pada hak milik tanah pertanian semata-mata tetapi juga terhadap hak-hak lain
seperti hak guna usaha dan hak guna bangunan. Keempat
adanya ketentuan batas minimum kepemilikan tanah pertanian seluas dua hektar yang ditentukan dalam Pasal 8 UU No.56 Prp 1960 kiranya sudah
waktunya dilakukan pengkajian kembali. Sebab laju pertambahan penduduk semankin lama mempunyai kecendrungan bertamabah, dengan jumlah anggota dalam
satu keluarga cenderung menurun. Disamping itu juga dengan kemajuan teknologi pertanian dalam pengolahan tanah semankin tinggi tentunya akan berpengaruh
terhadapa hasil pertanian. Selain itu yang tak kalah penting adalah terbatasnya persediaan tanah untuk berbagai keperluan pembangunan saat ini adalah faktor yang
harus sangat diperhatikan dalam penentuan batas minimum yang ideal untuk usaha pertanian yang dikelola oleh satu keluarga petani.
Ira Sumaya : Analisis Hukum Landreform Sebagai Upaya Meningkatkan Pendapatan Ekonomi Masyarakat Studi Pada Kegiatan Redistribusi Tanah Di Kota Medan Priode 2007-2008, 2009
Oleh karena itu kiranya dalam penentuan batas minimum kepemilikan tanah pertanian bagi suatu keluarga hendaknya ditentukan atas dasar pertimbangan
ekonomis dengan memperhatikan kondisi penduduk rumah tangga petani dan kondisi tanah saat ini, serta prediksi dimasa yang akan datang. Dalam penentuan
tersebut tentunya sebelum dilakukan pengaturan perlu adanya suatu studi yang sifatnya konprehensif, dengan melibatkan berbagai pihak
103
2. Larangan Absentee