BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
C. Kesimpulan
1. Ketentuan Pasal 33 UUD 1945 sebagai pardigma yuridis, maupun filosofis dalam
sistem prekonomian Indonesia sebagai dasar dari pembentukan UUPA, maka hukum agraria sesungguhnya adalah hukum yang mengatur masalah ekonomi.
Ketentuan-ketentuan landreform merupakan contoh pengaturan dibidang ekonomi, bahwa ketentuan tersebut sebagai suatu sarana dalam rangka
pengaturan, penguasaan dan pemilikan tanah, dalam arti terwujudnya pemerataan sumber daya alam yang berupa tanah dapat dikatakan sebagai salah satu lingkup
dari hukum ekonomi Indonesia. Pemerintah melalui mandat yang ada memulai menjalankan Program Reforma Agraria. Tujuan program ini agar tanah dapat
dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, dengan cara memberdayakan para petani melalui penguatan hak rakyat atas tanah sekaligus
pemberian akses produksinya, sebagai wujud keberpihakan kepada rakyat kecil dalam meningkatkan prekonomian.
2. Objek redistribusi tanah di Kota Medan adalah tanah negara yang berdasarkan
SK. Menteri Agraria Nomor 24HGU1965 Tanggal 10-06-1965 adalah seluas 10.582.3842 hektar yang kemudian berhasil diredistribusi untuk priode tahun
2007 adalah seluas 45,0975 hektar dengan bidang persil 44 persil yaitu dengan jumlah SK pemberian sebanyak 33 SK. Kemudian terjadi penurunan pada priode
tahun 2008 tanah objek landreform yang berhasil diredistribusikan adalah seluas
Ira Sumaya : Analisis Hukum Landreform Sebagai Upaya Meningkatkan Pendapatan Ekonomi Masyarakat Studi Pada Kegiatan Redistribusi Tanah Di Kota Medan Priode 2007-2008, 2009
25,8688 hektar dengan jumlah persil 31 persil yaitu dengan jumlah SK Pemberian sebanyak 29 SK. Sumbangan pendapatan yang bersal dari usahatani masih sangat
melekat bagi petani penerima lahan redistribusi di Kota Medan dan bahkan masih menjadi sumber pendapatan utama dibanding sumber pendapatan lainnya. Artinya
pada strata kelas lahan 0,1 – 0,25 sampai 1 ha lebih masih konsisten, makin tinggi penguasaan lahan makin tinggi pula sumbangan pendapatan yang berasal dari
usaha tani, yang berbeda tentunya dengan pendapatan diluar usaha pertanian yang tidak teratur, tetapi bukan tidak berarti peranan sumber pendapatan diluar
pertanian tidak dapat memenuhi kebutuhan pendapatan rumah tangga, justru dapat menutupi kedaan rumah tangga petani untuk menutupi kebutuhan sehari-
hari. 3.
Dalam pelaksanaan kegiatan landreform yang menjadi hambatan adalah munculnya peraturan-peraturan yang mengatur masalah agraria termasuk
pertanahan yang tidak mengacu kepada UUPA sebagai acuan hukum dalam menentukan kebijakan hukum legal policy agraria. Sebagai akibat dari hal
tersebut terjadi tumpang tindih dalam pengaturan masalah pertanahan, serta ada kecendrungan tidak memihak kepada rakyat kecil petani sebagaimana yang
diamanatkan oleh UUPA. Disisi lain yang juga menjadi penghambat kegiatan landreform adalah dimana adanya beberapa ketentuan mengenai landreform yang
sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan perkembangan kebutuhan masyarakat pada saat ini, seperti ketentuan mengenai luas maksimum dan minimum, absentee
dan beberapa kendala teknis lainnya.
Ira Sumaya : Analisis Hukum Landreform Sebagai Upaya Meningkatkan Pendapatan Ekonomi Masyarakat Studi Pada Kegiatan Redistribusi Tanah Di Kota Medan Priode 2007-2008, 2009
D. Saran