Ketiadaan Organisasi Masyarakat Tani yang Kuat dan Terintegrasi

maksimum dan atanah absentee. Menurut penilaian Arie Hutagalung 160 kewenangan Pemerintah Daerah relatif kecil dalam pelaksanaan landreform.

2. Ketiadaan Organisasi Masyarakat Tani yang Kuat dan Terintegrasi

Jika ditelusuri perkembangan keberadaan kelembagaan atau adakalanya disebut organisasi dalam masyarakat pertanian dan pedesaan, terlihat bahwa kelembagaan pada umumnya dibentuk dari atas, dan lebih sebagai wadah untuk distribusi bantuan dari pemerintah sekaligus untuk memudahkan untuk pengontrolannya 161 . Ribuan kelompok tani yang dibuat dan ditambah lagi ribuan koperasi, umumnya bukan bukan berasal dari ide dan kebutuhan masyarakat setempat. Jenis kelembagaan seperti ini jelas bukan merupakan wadah perjuangan yang representatif untuk mengimplementasikan landreform, karena selain kondisi individualnya yang lemah, juga tidak terstruktur dan terintegrasi satu sama lain. Kelompok tani dibangun lebih sebagai organisasi ekonomi dan sosial, bukan organisasi untuk aktifitas politik praktis. Selain itu, beberapa organisasi yang sudah terbentuk semenjak era orde baru misalnya Himpunan Kerukunan Tani Indonesia HKTI selain masih terjebak pada kalangan elite petani, juga pada awalnya kurang diberi keleluasaan dalam perjuangan politik. 160 Arie Hutagalung, Tantangan Pelaksnaan Landreform dalam Konteks Otonomi Daerah. Seminar Nasional Pembaharuan Agraria Untuk Kesejahteraan Rakyat. BPN HKTI dan Chatolic Relief Services, Jakarta : 24-25 Agustus 2004. 161 Syahyuti, Bedah Konsep Kelembagaan : Strategi Pengembangan dan Penerapannya dalan Penelitian Pertanian. Puslitbang Sosek Pertanian Bogor : 2003. www.google.com . Akses tanggal 2 Maret 2009. Ira Sumaya : Analisis Hukum Landreform Sebagai Upaya Meningkatkan Pendapatan Ekonomi Masyarakat Studi Pada Kegiatan Redistribusi Tanah Di Kota Medan Priode 2007-2008, 2009 Namun semenjak era reformasi, organisasi-orrganisasi masyarakat yang tumbuh dari bawah banyak bermunculan, dan sebagian mengklaim sebagai organisasi yang berskala nasional. Salah satu lembaga yang banyak memperjuangkan ide-ide tersebut adalah Konsorsium Pembaharuan Agraria KPA yang juga terlibat langsung dalam aksi-aksi dilapangan. Meskipun demikian secara kesluruhan belum terbentuk suatu organisasi yang mampu berperan sebagai basis untuk mengimplementasikan gerakan landreform ataupun gerakan reforma agraria secara secara lebih luas. Beberapa demonstrasi yang sering diberitakan media masa menjadikan reforma agraria sebagai topiknya, namun baru sebatas tuntutan dengan tujuan memberikan kesadaran kepada khalayak. Organisasi itupun masih bersifat parsial dan temporal dan tampaknya masih bergantung pada inspirator-inspirator yang berasal dari luar.

3. Miskinnya Ketersediaan Data Pertanahan dan Keagrariaan